Review King’s Quest – A Knight to Remember: Game Legendaris Berwajah Muda!
Game adventure point-and-click mungkin tidak begitu mencuri perhatian gamer saat ini, tetapi lain adanya ketika video game masih baru memulai masa keemasannya. Bahkan, beberapa game legendaris yang terus diingat hingga saat ini oleh gamer veteran berasal dari masa tersebut. Salah satunya adalah King’s Quest, game yang memulai debutnya pada 1984, hampir bersamaan dengan dijualnya Super Famicom (atau di barat disebut Nintendo Entertainment System). Seakan menjawab keinginan gamer veteran untuk mengenang kembali keindahan game di awal revolusinya, King’s Quest kembali hadir dengan kemasan modern dan masih mempertahankan daya tarik utamanya.
Kehadiran kembali”Sang Raja” game adventure tersebut bukan hanya ditemani oleh tampilan grafis yang baru saja. Memang harus diakui, tampilan grafis 3D yang ditampilkan dalam game ini begitu menawan dan menarik untuk dilihat. Namun, kelebihan utama dari game ini justru berasal dari elemen lain, yaitu cerita dan gameplay-nya. Elemen tersebut merupakan nyawa dari game adventure di tahun 80’an dan membawanya kembali dalam versi modern seakan memberikan nilai plus yang besar untuk game ini.
Perbedaan terbesar antara game terbarunya dengan pendahulunya di tahun 1984 terletak pada metode permainannya. Kini, Anda tidak lagi menggunakan klik mouse untuk menggerakkan tokoh utama di dalam game, cara yang membuat game ini disebut game adventure point-and-click, tetapi dengan bantuan tombol WASD seperti pada game adventure modern. Sebagai catatan, penggunaan klik mouse baru terdapat pada King’s Quest V yang dirilis pada 1990. Sebelumnya, gamer harus mengetik perintah untuk menggerakkan karakter utama di layar monitor!
Kisah Tersembunyi Sir Graham
Meskipun game ini adalah “remake” dari game retronya, tetapi Anda akan menemukan nuansa baru di dalam game ini. Langkah pertama yang dirombak adalah ceritanya. Kali ini, Anda akan menjalankan cerita dari sisi kisah yang diceritakan oleh King Graham kepada cucunya, Gwendolyn. Melalui cara bercerita seperti ini, seakan Anda melihat sisi baru dari petualangan yang dijalankan Sir Graham dalam game tahun 1984, seandainya Anda pernah memainkannya.
Kisah dari Sir Graham dalam game ini adalah petualangan untuk mencari tiga benda sihir pusaka yang disimpan oleh raja di kerajaan Daventry. Raja Daventry berusaha untuk mencari ksatria yang mampu menemukan ketiga benda pusaka tersebut guna membebaskan kerajaannya dari malapetaka. Selain itu, ksatria yang berhasil menyelesaikan “Quest” tersebut akan dijadikan raja berikutnya, karena raja saat ini tidak memiliki keturunan untuk meneruskan kekuasaannya.
Cerita yang dinarasikan dengan baik ketika Anda bermain begitu menarik dan seringkali menyentuh perasaan, seringkali juga kocak dan menghibur. Aktor suara yang membawakan cerita tersebut juga harus diakui begitu bagus kualitasnya. Saking bagusnya sampai ia tidak kalah dengan aktor di dalam film layar lebar. Berkat bantuan aktor suara tersebut, Anda akan menikmati dimensi baru dari game legendaris ini dengan penuh kepuasan.
Sesuai dengan judulnya, cerita yang dibawakan oleh King’s Quest terbaru ini akan dibagi ke dalam beberapa chapter. Game ini tampaknya mengikuti pola bisnis Episodic Game seperti The Walking Dead dan Life is Strange. Jadi, Anda dapat mengikuti episode berikutnya dari game ini setelah Anda membeli chapter pertamanya dan kembali membeli chapter berikutnya untuk meneruskan cerita.
Review ini didukung oleh Roccat
Dikerjakan Dengan Roccat Isku FX, Roccat Kone Pure, Roccat Hiro, dan Roccat Kave XTD Digital