Review Zombi: Kurang Menggigit!
Otot Lebih Kuat Dari Peluru!

Maka seperti tipikal game action first person bertema zombie selama ini, Zombi juga akan berfokus untuk menuntut Anda bergerak dari satu titik ke titik lainnya sembari menempuh misi spesifik tertentu dan bertahan hidup untuk melanjutkan cerita. Atmosfer gameplay-nya sendiri pantas untuk diacungi jempol, apalagi ketika Anda mulai mengeksplorasi bagian kota London itu sendiri. Gelap, cahaya yang seolah sulit menembus debu, hingga hujan deras membuat segala sesuatunya terasa lebih dramatis, ditambah dengan raungan para zombie di kejauhan. Mekanisme gameplay utamanya sendiri tidak menawarkan sesuatu yang terhitung inovatif.


Maka tugas Anda menjadi lebih sederhana, membunuh para zombie ini atau pelan tapi pasti, berakhir menjadi santapan makan malam mereka. Opsi terakhir ini tentu saja bukanlah alternatif yang menarik untuk dijajal. Karakter utama yang Anda gunakan akan punya dua variasi senjata yang bisa digunakan – Melee yang pemukul atau Range yang berupa senjata api. Namun berbeda dengan game zombie kebanyakan, Zombi justru lebih mendorong Anda berfokus pada senjata melee daripada range. Percaya atau tidak, otot Anda akan jauh lebih efektif daripada timah panas di game ini! Dengan hanya berfokus memecahkan kepala, beberapa kali pukulan di kepala akan cukup untuk menghabisi mereka. Sementara dengan peluru, Anda butuh lebih dari 3-4 kali tembakan sebelum satu dari mereka tumbang.


Di sisi lain, gameplay seperti ini menghasilkan dua efek secara langsung. Pertama, ekstra ketegangan. Mengingat bahwa melee selalu lebih efektif, Anda mau tidak mau akan selalu tergoda untuk “mengatasi” setiap zombie yang ada dengan serangan jarak dekat ini. Jarak dekat berarti potensi terkena damage dan berakhir tewas, yang kemudian mendorong Anda menciptakan strategi permainan tertentu: memukul lalu mundur beberapa langkah, hingga kepala sang zombie pecah berserakan. Kedua? Ia setidaknya meminimalisir kebutuhan Anda untuk mengatur dan memikirkan resource, terutama dari segi senjata dan peluru. Hampir sebagian besar zombie bisa ditundukkan dengan serangan melee ini, waluapun beberapa variasi – seperti yang menggunakan helm misalnya, akan butuh beberapa kali effort ekstra.


Karakter utama yang Anda gunakan sendiri akan dibantu dengan beberapa perlengkapan utama. Akan ada resource sekali ambil yang tersebar di sepanjang perjalanan untuk Anda gunakan, dari sekedar makanan, ranjau, flare untuk mengalihkan perhatian para zombie, hingga med kit. Semuanya akan ditampung di dalam tas ransel Anda yang punya kapasitas terbatas. Seiring dengan perjalanan, management resource menjadi hal yang esensial untuk bertahan hidup. Kapasitas terbatas berarti mulai menentukan item mana saja yang memang dibutuhkan dan mana yang layak untuk ditinggalkan. Karakter utama Anda juga dilengkapi dengan Prepper Pad – sebuah scanner yang akan membantu Anda mendapatkan beragam informasi dari beragam objek yang memang pantas mendapatkan perhatian di dalam satu area. Ia bahkan akan membantu menentukan item atau objek mana saja yang berisi loot dan yang tidak, membantu Anda menghemat lebih banyak waktu.

Dari sisi mekanik gameplay, Zombi memang tidak terhitung istimewa. Ia tetap terasa seperti sebuah game action dengan atmosfer yang pantas untuk diacungi jempol, namun tidak akan cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding. Ada sedikit ketidakpastian dan ketakutan di 30 menit permainan awal karena Anda tidak tahu ancaman seperti apa yang Anda hadapi, namun sensasi actionnya akan mulai lebih terasa ketika Anda sudah menguasai penuh kombinasi serangan melee dan memastikan bahwa resource peluru tidak seberapa penting. Bahkan ketika Anda berhadapan dengan fitur utama yang ia jual sekalipun – Permanent Death.
Sistem Kematian Permanen yang Kurang Menggigit!

Satu hal yang membuat Zombi berbeda dengan game zombie lainnya adalah fitur Permanent Death atau kematian permanen yang ia usung. Jadi berbeda dengan game lain yang meminta Anda untuk memainkan hanya satu karakter utama dan berfokus pada cerita yang ia rangkai, Zombi akan meminta Anda untuk berperan sebagai seorang karakter baru setiap kali karakter sebelumnya tewas. Walaupun Anda tetap akan mengusung garis cerita dan tempat mulai yang sama, konsep ini melahirkan mekanik baru. Seperti halnya Dark Souls, item yang sudah dikumpulkan karakter yang tewas akan tetap bertahan di tempat terakhir ia berdiri. Anda bisa memilih untuk mencari dan mengambil kembali isi tas tersebut atau mengabaikannya begitu saja. Berita yang lebih buruk? Jika karakter sebelum Anda tewas karena gigitan zombie, ia juga akan menjadi zombie untuk karakter selanjutnya.


Di atas kertas, konsep permanent death untuk game survival-horror seperti ini seharusnya bisa menawarkan sesuatu yang baru. Setidaknya, anda menjadi lebih hati-hati untuk mengatasi setiap ancaman yang mengintai di setiap sudut untuk memastikan karakter utama Anda tidak tewas dengan mudah. Sayangnya, hal ini tidak berlaku di Zombi ini. Terlepas dari fakta bahwa Anda berganti tiap karakter setiap kali tewas, sama sekali tidak ada latar belakang atau koneksi emosional yang akan membuat Anda merasa sayang untuk mengorbankan satu karakter tertentu. Tidak ada ikatan, tidak ada kedekatan, tidak ada pula perk tertentu yang membuat Anda menghindari kematian sebisa mungkin. Para karakter ini hanyalah sekedar tubuh berbeda dan nama, dan tidak lebih dari sekedar pion fisik Anda untuk menyelesaikan Zombi. Jika mereka harus mati dan berubah menjadi zombie, tidak ada penyesalan di sana.

Perlahan namun pasti, konsep kematian yang seharusnya super menyeramkan di Zombi berakhir menjadi hal yang biasa-biasa saja. Berganti karakter dan menjalani hidup orang baru sama sekali tidak terasa signifikan. Agak sangat disayangkan memang bahwa sebuah konsep sebenarnya potensial ini berujung dieksekusi kurang sempurna dan terasa kurang menggigit. Di otak kami sendiri, permanent death seperti ini sebenarnya bisa jauh lebih menggoda jika implementasi sistem seperti game indie – Rogue Legacy diterapkan. Bahwa setiap karakter hadir dengan kekurangan dan kelebihan masing-masing setiap kali berganti, misalnya ada yang buta warna, ada yang rabun dekat ketika dihadapkan pada cahaya yang gelap, namun di sisi lain, ada karakter lain yang punya strength serangan melee lebih kuat atau lari tanpa cepat merasa lelah. Setidaknya, dengan perbedaan seperti ini, setiap karakter akan punya nilai jual dan daya tariknya tersendiri, membuat Anda berpikir ulang banyak kali sebelum mengambil resiko dan melihat wajah kematian secara langsung.
Namun untuk saat ini, permanent death di dalam Zombi bukanlah sesuatu yang pantas untuk diantisipasi atau hadir sebagai fitur yang membuat game ini terasa berbeda dibandingkan game-game bertema sama pada umumnya.