10 Game Paling Mengecewakan di 2015!
-
Dragonball Xenoverse

Xenoverse mungkin adalah pemenuhan mimpi banyak gamer PC yang selama ini memang selalu dikucilkan ketika membicarakan game-game fighting berbasis anime. Namun semua berubah ketika Bandai Namco mulai memahami potensi keuntungan yang bisa mereka torehkan dari belasan juta user yang tergabung di Steam. Bukan perkara mudah untuk mengeksploitasi lebih jauh Dragon Ball – sebuah seri anime yang sudah berakhir begitu lama, kita mengerti hal tersebut. Xenoverse terlihat menggoda apalagi dengan pendekatan timeline alternatif dan racikan karakter sendiri yang ia tawarkan. Sayangnya, eksekusi gameplay yang ia tawarkan tak sebaik yang dipikirkan. Kami sendiri menyebutnya sebagai sebuah game fighting yang melelahkan, karena bukan saja sistem pertarungannya tak terasa menegangkan atau menyenangkan, tetapi ia juga menuntut Anda untuk melakukan proses grinding karakter dan memperkuatnya sebelum bisa melawan karakter tentu. Konsep sebuah dunia online untuk game Dragon Ball Xenoverse hanyalah jadi bukti lebih jauh bahwa sistem seperti ini, ada baiknya tak pernah lagi diimplementasikan di masa depan.
-
Metal Gear Solid V: The Phantom Pain

Oke, sebelum Anda menyebut kami gila atau dengan ekstra kutukan-kutukan lainnya, Anda harus membaca terlebih dahulu paragraf pembuka kami di bagian pertama artikel ini. Mengecewakan tak bersinonim buruk, melainkan lebih ke ekspresi bahwa ia gagal memenuhi harapan sebagian besar gamer. Kami tak akan ragu memberikan predikat sebagai game action terbaik 2015 untuk MGS V: The Phantom Pain, apalagi lewat keberanian Hideo Kojima untuk menabrak pakem seri MGS selama ini yang terkenal linear lewat mekanisme open-world yang dieksekusi dengan luar biasa. Sayangnya, tak demikian dari sisi cerita. Terlepas dari beragam karakter memorable yang ia tawarkan, klaim Kojima bahwa MGS V: TPP akan menjadi sebuah jembatan penghubung untuk lubang cerita MGS selama ini justru menyisakan lebih banyak tanda tanya. Dengan konsep Episode 51 yang sebenarnya bisa berakhir jadi arc cerita tersendiri dan konklusi yang jauh lebih mumpuni, MGS V: TPP terasa seperti sebuah game tak rampung. Salah Kojima atau Konami? Itu akan jadi bahan perdebatan yang lain.
-
Need for Speed

Gamer mana yang tak memberikan acungan dua jempol mereka ketika EA akhirnya memutuskan utnuk tidak merilis sebuah game Need for Speed – yang selama ini dikenal sebagai franchise tahunan – di tahun 2014 yang lalu. Ada harapan baru ketika Ghost Games – developer yang bertanggung jawab atas proses ini mengaku membutuhkan waktu lebih banyak untuk melahirkan seri terbaru ini. Kerennya lagi? Mereka terlihat mengerti apa yang salah dengan franchise ini dan berkomitmen untuk memperbaikinya lewat sebuah proses reboot yang diperkenalkan dengan cita rasa Underground yang begitu kental. Begitu dirilis? Sayangnya, tak sebaik yang diharapkan. Pertama, ia bukan Underground. Kedua, dia always online untuk alasan yang tak jelas. Ketiga, monoton. Tiga alasan kuat untuk membuat kami lebih memilih dan berharap EA untuk mengistirahatkan franchise ini untuk beberapa waktu, setidaknya sampai mereka menemukan formula yang lebih pasti untuk membuat gamer kembali tertarik.
-
Batman: Arkham Knight

Apa yang Anda harapkan dari sebuah seri penutup dari sebuah cerita yang sudah Anda ikuti selama bertahun-tahun lamanya, baik dari novel, manga, anime, film seri, atau video game? Semua dari kita tentu saja berharap bahwa ia akan ditutup dengan sesuatu yang fantastis, sesuatu yang memang pantas berakhir menjadi sebuah kesimpulan dari pengalaman dan keterikatan yang sudah kita bangun selama ini. Hal yang sama juga kami harapkan dari Arkham Knight, apalagi dengan kehadiran sosok tokoh antagonis misterius, eksistensi Batmobile, kota Gotham yang lebih besar, dan akhirnya, kesimpulan cerita untuk menutup kisah sang ksatria kegelapan di industri game. Namun malang, Arkham Knight berakhir memble. Implementasi Batmobile ternyata tak sebaik yang dibayangkan dan lebih terkesan “dipaksakan” ketika masuk ke dalam desain misi tertentu.Yang paling mengecewakan? Adalah fakta bahwa pertempuran Batman dengan sebagian besar tokoh antagonis ikoniknya yang lain berakhir jadi misi sampingan yang terkesan didesain begitu malas. Padahal ia seharusnya jadi sebuah seri kesimpulan yang menutup salah satu adaptasi game superhero terbaik di industri game saat ini. Diperparah dengan kasus port PC yang bahkan masih belum terselesaikan hingga saat ini? Arkham Knight gagal memenuhi banyak harapan.