Review Firewatch: Tak Seperti yang Dibayangkan!
Kedamaian Alam Liar

Sebelum kita membahas lebih jauh apa yang ditawarkan oleh Firewatch dari sisi cerita dan gameplay, game racikan developer Campo Santo dan publisher bernama Panic ini pantas untuk mendapatkan apresiasi tersendiri atas kemampuan mereka menawarkan desain setting yang pantas untuk diacungi jempol, dengan engine Unity yang mereka pilih sebagai basis.
Setting timeline akhir tahun 1980-an membuat Anda harus berhadapan dengan banyak teknologi lawas seperti radio panggil ataupun kompas, hingga bahkan sebuah peta fisik di dalamnya. Tak sekedar memperkuat tema, fakta bahwa Anda masih harus berkutat dengan teknologi lawas seperti ini juga mereka implementasikan dengan baik di dalam gameplay. Sebagai contoh? Satu-satunya untuk tahu dimana Anda harus melangkah adalah dengan melihat kompas dan peta. Tidak ada tanda panah ala GPS yang biasanya “memanjakan” gamer untuk konsep game seperti ini. Anda harus mencari jalan sendiri.



Sementara dari sisi visual, walaupun terlihat jelas tak berupaya untuk menawarkan pendekatan serealistis mungkin, alam liar yang diproyeksikan Firewatch tetap pantas mendapatkan acungan jempol tersendiri. Ia memperlihatkan kesan kartun yang kuat tetapi juga halus di saat yang sama. Dunia yang dibangun terlihat natural dan hidup, dengan efek tata cahaya yang membuat aksi eksplorasi Anda terasa dramatis di beberapa titik. Kemampuan sang developer untuk merancangnya level di atasnya adalah salah satu yang membuat kami cukup berdecak kagum. Ada begitu banyak jalan rahasia, begitu banyak jalan yang baru bisa Anda akses setelah mendapatkan item tertentu yang terhubung satu sama lain dengan rapi dan terkadang menghasilkan kejutan tersendiri.
Dari sisi visual, Firewatch tetaplah sebuah game yang indah walaupun ia tak mengejar pendekatan presentasi sebuah alam liar yang realistis di dalamnya. Setidaknya melihat bagaimana sungai kecil mengalir di tengah lembah dengan sinar matahari terbenam yang halus di kejauhan tetap akan membuat hati kecil Anda tenang, di luar semua drama thriller yang muncul.
Tak Seperti yang Dibayangkan!

Maka seperti yang kami bicarakan di paragraf-paragraf awal, minimnya informasi dan teaser pertama yang memperlihatkan kesan thriller yang kuat mungkin akan membuat banyak gamer hadir dengan ekspektasi yang sama ketika mencicipi Firewatch untuk pertama kalinya, seperti halnya kami. Bahwa kisah seorang penjaga hutan dengan rumah tangga yang berakhir tak sebahagia cerita dongeng ini hanyalah basis untuk sebuah cerita yang mungkin berakhir jadi kematian, potongan tubuh, dan darah yang mengucur di mana-mana. Bahwa ada kemungkinan ini hanyalah awal dari awal munculnya kepribadian ganda yang mungkin akan membuat Anda lahir sebagai seorang psikopat baru yang mulai memutilasi para pendaki gunung yang tidak bersalah. Teaser awal tersebut melemparkan kesan yang begitu kuat soal pendekatan game seperti ini. Namun hasilnya? Tak seperti yang dibayangkan.


Lantas, apa itu sebenarnya Firewatch? Secara sederhana, Anda tampaknya bisa melemparkannya sejajar dengan game-game “interactive story” sekelas Everybody Gone to the Rapture atau mungkin Gone Home, namun dengan skala dunia dan kebebasan pergerakan yang lebih baik. Bahwa pada akhirnya, kisah Anda lebih banyak dihabiskan untuk menyelesaikan satu tugas spesifik sebelum bergerak ke naratif yang lain. Tidak ada ancaman sama sekali di game ini yang akan membuat Anda bisa tewas, gagal, dan mengulang segala sesuatunya dari awal. Tidak ada kejatuhan tiba-tiba, tidak ada serangan beruang, tidak ada terkilir dengan efek dramatisasi untuk jatuh bersama dengan aliran sungai yang deras, atau tidak ada soal terjebak di tengah kebakaran hutan dan mati karena kesulitan napas. Firewatch bukanlah game seperti itu.
Sebagian besar waktu permainan Anda akan dihabiskan dengan meminta untuk bergerak dari Tower menuju ke satu titik tertentu, memicu event yang ada, dan kemudian mengulang hal yang serupa hingga akhir cerita. Satu-satunya tantangan yang akan Anda temukan hanyalah cara membaca peta yang masih harus dilakukan manual dengan kompas. Bahwa tidak adanya GPS, mengharuskan Anda untuk tahu kemana Anda harus bergerak, yang biasanya cukup jauh dari lokasi pertama Anda muncul. Sisanya? Berjalan dan berlari, menyelesaikan event, dan melihat konklusi cerita yang ada. Beberapa area akan memuat stash rahasia dengan kode sederhana yang biasanya memuat item yang Anda butuhkan untuk melanjutkan cerita atau sekedar mendapatkan ekstra plot dari dua karakter yang tak signifikan lewat catatan yang Anda temukan. Tak ada pertarungan, tak ada bahaya, hanya sedikit misteri, itulah Firewatch.


Maka seperti game-game interactive story pada umumnya, kekuatannya justru ada pada interaksi antara Henry dan Delilah yang secara konsisten terjadi lewat radio. Anda bisa melaporkan setiap hal kecil yang Anda temukan kepada Delilah dan memicu sebuah percakapan yang terkadang, cukup untuk mengundang senyum. Kerennya lagi? Percakapan ini juga biasanya memuat ragam pilihan respon yang biasanya akan menentukan arah percakapan ini. Namun sayangnya, seperti kebanyakan game interactive story pula, dialog yang diperkuat dengan voice acting yang begitu luar biasa ini tak akan banyak membantu Anda merangkai cerita Anda soal sosok Henry itu sendiri. Jalinan percakapan ini bisa dibilang sekedar pengalihan dari sebuah garis cerita linear yang hasil akhirnya, tak bisa Anda otak-atik. Sesuatu yang sangat disayangkan, tentu saja.


Dari semua deksripsi yang kami tuliskan di atas, Firewatch memang terdengar seperti sebuah game paling membosankan yang bisa Anda temukan di industri game saat ini. Namun benarkah demikian? Tunggu dulu. Tetapi kami harus membahasnya lebih dalam untuk menggambarkan kepada Anda, mengapa game ini berhasil menawarkan sesuatu yang memesona di mata kami.