Review Hitman: 1001 Cara Menghabisi Nyawa!
1001 Cara!

Anda tentu saja sudah sering mendengar soal game berbasis stealth yang biasanya akan langsung mengacu pada banyak franchise raksasa seperti Metal Gear Solid, Splinter Cell, dan tentu saja – Hitman. Tak seperti game third person shooter yang menjadikan peluru sebagai solusi semua masalah, game-game seperti ini justru mendorong Anda untuk menghabisi banyak target dengan perhatian seminim mungkin. Namun bahkan di genre stealth sekalipun, ada pendekatan gameplay yang berbeda. Game seperti Metal Gear Solid, Splinter Cell, atau Sniper Elite, misalnya, lebih meminta Anda untuk membersihkan satu area, membunuh ancaman yang ada tanpa suara, dan kemudian melakukan hal yang sama di area selanjutnya. Hitman tak pernah berfokus di hal tersebut.
Sebagai seorang pembunuh dengan target yang jelas, Hitman lebih berfokus pada kemampuan Anda untuk membaur dan mencari informasi yang relevan untuk membunuh satu atau dua target utama Anda, jika bisa dengan kekerasan seminimal mungkin. Cita rasa Hitman inilah yang berhasil dibangkitkan oleh IO Interactive dan Square Enix kembali dengan seri teranyar yang satu ini, apalagi didukung dengan teknologi yang lebih mutakhir. Walaupun harus diakui cukup dikecewakan untuk konten yang terhitung minim, bahkan untuk sebuah game episodik bagian pertama, salah satu arena permainan utama – Paris memberikan gambaran yang cukup jelas soal potensinya di masa depan. Bahwa pada akhirnya, Anda hanya diberikan ruang dan misi. Cara Anda menempuhnya? Akan sangat bergantung pada kreativitas Anda sendiri.


Di sinilah daya tarik Hitman itu sendiri. Bukan sekedar masuk dan membunuh siapapun yang menghalangi Anda, Anda justru dituntut untuk mempelajari dan menguasai tak hanya “ruang bermain” Anda, tetapi juga rutinitas target itu sendiri. Kemana Anda harus berlari jika misi ini rampung? Bagian mana saja yang bisa Anda manfaatkan sebagai celah untuk menghabisi mereka? Kesempatan apa saja yang bisa Anda ambil untuk menghabisi mereka tanpa menimbulkan kecurigaan sama sekali? Semua hal ini akan jadi sesuatu yang harus Anda kuasai untuk menyelesaikan Hitman terbaru ini.
Karena harus diakui, peralihan ke platform generasi saat ini memang membuat IO Interactive untuk meracik sebuah skenario yang lebih “realistis” untuk diselesaikan. Paris di episode pertama ini jadi bukti akan hal itu. Menawarkan arena permainan yang lebih luas dibandingkan level-level di seri sebelumnya, ia juga memuat keramaian yang jauh lebih banyak. Ini berarti lebih sedikit celah untuk menempuh rencana Anda yang tak tersusun matang tanpa menarik perhatian sama sekali. Anda misalnya, tak lagi bisa sekedar menembakkan pistol dengan silencer Anda dari sudut tertentu dan melenggang bebas begitu saja. Untungnya, sistem penyamaran kini juga dibenahi.
Agent 47 tentu saja masih bisa menundukkan NPC yang ada dan mencuri pakaian mereka sebagai bentuk penyamaran, tentu saja lengkap dengan kemampuan untuk menyembunyikan tubuh mereka di sudut ruang tertentu. Kini ada heirarki dan pendekatan lebih realistis soal akses ruang yang bisa Anda ambil ketika mengenakan pakaian tertentu. Jika Anda berhasil mencuri pakaian seorang model ternama misalnya, yang punya popularitas tinggi di acara, Anda punya akses begitu bebas untuk melenggang kemanapun Anda inginkan. Tetapi jika Anda hanya mencuri pakaian seorang Satpam, misalnya, Anda hanya bisa masuk ke area tertentu dengan potensi ketahuan oleh mereka yang mungkin familiar dengan korban Anda yang seharusnya mengenakan pakaian tersebut. Untungnya, Agent 47 kini juga dilengkapi dengan sejenis X-Ray Vision yang akan memberikan Anda informasi jelas area mana saja yang bisa dan tak bisa Anda lalui dengan pakaian saat ini, sehingga memperkecil potensi kesalahan yang Anda tak inginkan terjadi.



Terlepas dari arena permainan yang lebih luas, Anda yang tak “kreatif” untuk mencari celah membunuh Anda sendiri bisa memanfaatkan sistem yang dibawa IO Interactive dari seri Absolution sebelumnya – Opportunities. Intinya? Beberapa kesempatan yang muncul dalam opsi ini akan langsung membuka kepada Anda cara apa saja yang bisa ditempuh untuk membunuh setiap target dengan seaman mungkin lewat sebuah runtut objektif dengan ikon yang jelas di layar. Menempuh setiap objektif dengan tepat akan menjamin sebuah aksi pembunuhan yang berjalan aman dan minim resiko, terkadang dengan ekstra tambahan scene sinematik di belakangnya. Sebagai contoh? Anda bisa menyamar menjadi seorang pelayan bar, belajar resep minuman favorit target Anda, meraciknya, dengan ekstra bumbu racun tikus di dalamnya. Selanjutnya? Tinggal menikmati efek dari hasil mahakarya Anda. Tetapi ingat, waktu berjalan di Hitman ini. Jika rutinitas target sudah bergerak terlalu maju, maka bukan tak mungkin Opportunities ini akan hilang begitu saja.
Namun bukan berarti, Anda yang ingin kreatif tak bisa menempuh cara Anda sendiri. Tak ada yang lebih seru selain menemukan bahwa Anda ternyata bisa menghabisi para target ini dengan cara Anda sendiri tanpa mengundang rasa curiga sama sekali. Seperti kasus yang terjadi dengan kami. Setelah melewatkan timing Opportunities yang berhubungan dengan listrik, kami menemukan diri kami berada di atap panggung catwalk peragaan busana dengan acara yang masih berlangsung di bawah. Ada satu jendela yang terbuka dan dengan hiruk pikuk di bawah, hampir tak ada yang memerhatikan bahwa seorang pembunuh berdarah dingin yang tengah menyamar jadi model tengah menunggu di sana. Mengingat di sesi gameplay sebelumnya bahwa salah satu target akan melenggang di jalur catwalk ini, kami memutuskan untuk menunggu hingga saat itu tiba di tempat yang sama. Sisanya? Menyarangkan satu peluru silencer di kepala dan kemudian berjalan seolah tak sedang terjadi apapun. Voila! Misi pun selesai.


Kasus serupa juga terjadi di misi training kedua di kapal yang memperkenalkan kepada Anda ragam senjata yang bisa Anda gunakan untuk menghabisi target yang ada. Setelah beberapa kali gagal, kami akhirnya mempelajari bahwa pada satu titik, target akan melakukan meeting rahasia di bagian atas kapal dengan satu NPC yang lain. Selalu terjadi. Memahami rutinitas tersebut, langkah kami selanjutnya adalah mendapatkan penyamaran pakaian secepat mungkin dan bergerak ke titik tersebut, walaupun sang target masih berada di titik yang jauh dan tengah sibuk melakukan hal lain. Sisanya? Meletakkan sebuah bomb kecil dengan pemicu di sana secara rahasia dan kemudian keluar dari area tersebut. Tak ada yang lebih memuaskan lagi selain menunggu target Anda masuk ke dalam perangkap yang sudah Anda buat sebelumnya dan BOOM! berakhir tinggal mayat tanpa ada sedikit pun kecurigaan terhadap sosok Anda yang sudah mengamankan diri terlebih dahulu.
Walaupun demikian, bukan berarti Hitman sempurna di sisi gameplay. Ada beberapa keluhan yang bisa membuatnya berakhir jadi menjengkelkan. Seperti jika Anda memutuskan untuk mengambil jalur Opportunities misalnya, Anda tak diperkenankan untuk “berkreasi” sendiri di tengah progress yang terhenti. Sebagai contoh, ketika kami memilih untuk menyamar menjadi model ternama “Helmut Kruger”. Anda tak bisa, misalnya, menguntit sejauh yang Anda inginkan dan kemudian membunuh model plontos ini, mencuri bajunya, dan langsung memicu objektif Opportunities selanjutnya. Anda benar-benar harus mengikuti hingga titik yang sudah direncanakan, membunuhnya setelah titik yang sudah ditentukan, dan melakukan hal tertentu agar objektif selanjutnya dibuka. Membunuhnya terlalu cepat? Kami memang berhasil mendapatkan bajunya, tetapi kesempatan untuk mendapatkan makeup supaya lebih mirip dengan Helmut Kruger dan bertemu dengan salah satu target secara empat mata tak bisa lagi dipicu. Menyebalkan, tentu saja.


AI yang menghiasi keseluruhan level, termasuk dua level training di awal selain Paris, juga tak bisa dibilang adaptif dan cerdas. Mereka memang memenuhi setiap sudut dan tak segan membuat penyamaran Anda ketahuan jika Anda tak sengaja melakukan aksi yang ekstrim, seperti menembakkan senjata Anda atau jika Anda membunuh NPC terang-terangan. Namun usaha untuk membuat suasana bermain lebih realistis tak lantas membuat mereka lebih realistis. Aksi Anda yang bergerak mengendap di belakang bar minuman tak dilihat sebagai sesuatu yang “aneh” untuk dicurigai. Usaha Anda untuk menumpuk mayat di satu titik dan menjadikannya sebagai pancingan untuk membunuh lebih banyak AI juga tak dicurigai. AI yang ditawarkannya masih terhitung lemah. Target utama Anda juga bergerak dalam satu rutinitas tertentu yang bisa diprediksi. Berita baiknya? Ini semua membuat Hitman jauh lebih “bersahabat” untuk diselesaikan.

Secara garis besar, Hitman terbaru ini memang menawarkan sisi gameplay yang pantas untuk diacungi jempol, apalagi dengan arena bermain yang lebih luas dan keramaian yang lebih membatasi kebebasan gerak Anda. Ada kesempatan untuk mencicipinya secara linear lewat Opportunities dan memperlakukannya seperti sebuah game open-world yang memicu Anda berkreasi di tengah AI yang masih terhitung lemah. Sejauh yang ditawarkan episode pertama ini, sisi gameplay-nya terlihat sangat menjanjikan.
Konten Online yang Mengecewakan

Anda yang sempat mengikuti balada IO interactive dan Square Enix sebelum Hitman dirilis tentu sempat mengetahui rencana mereka untuk menjadikan online sebagai sebuah pengalaman yang tak terpisahkan dari seri Hitman terbaru ini. Anda memang masih bisa memainkannya secara offline, namun online akan menawarkan sesuatu yang lebih optimal di sana. Harus diakui, kami sendiri membangun ekspektasi tersendiri ketika kalimat ini meluncur, apalagi ketika mereka membicarakan soal “Contracts” yang akan membawa Agent 47 ke seluruh bagian dunia dan membunuh target-target di luar cerita utama. Ada beberapa mode lainnya yang hanya akan tersedia jika Anda terhubung dengan dunia maya. Lantas, bagaimana dengan implementasinya? Sejauh di episode pertama, kami hanya menuai ekstra kekecewaan darinya.
Pertama, keputusan yang cukup absurd untuk memisahkan save data untuk mode offline dan online di satu game yang sama. Percaya atau tidak, hal inilah yang dilakukan oleh IO Interactive di seri Hitman terbaru ini. Benar sekali, Anda tak bisa melakukan load data dari mode offline yang sudah Anda mainkan ketika masuk ke mode online dan begitu juga sebaliknya walaupun Anda hanya ingin melanjutkan mode cerita utama yang ada. Bayangkan sebuah skenario jika Anda sudah melanjutkan permainan cukup jauh di mode online dan karena suatu kejadian, tak bisa terhubung ke internet. Ketika Anda berusaha melanjutkan progress permainan Anda karena tengah bosan, Anda mau tidak mau harus masuk ke mode offline dan otomatis save data online Anda tak berlaku. Anda harus kembali memainkannya kembali dari awal. Ya, absurd. Apalagi jika sumber masalah Anda harus masuk ke mode offline tidak mengakar pada masalah internet Anda, tetapi server Hitman itu sendiri.


Kekecewaan juga bersumber dari sistem Contracts yang ditawarkan. Klaim bahwa Anda akan bisa “menjelajahi” seluruh dunia untuk membunuh target-target baru di luar misi utama tentu saja menyisakan sebuah antisipasi tersendiri. IO Interactive tak pernah menyebut bahwa mereka akan menerjemahkan klaim tersebut dengan meminta Anda untuk bermain di satu area yang sama secara terus-menerus, namun kini dengan “hanya” target dan syarat penyelesaian yang berbeda, dan tak lebih. Anda tidak akan tiba-tiba dibawa ke sebuah area yang tak ada di misi utama sebelumnya seperti yang berada di bayangan kami ketika mendengar kata “seluruh dunia” ketika berbicara mode Contracts ini. Tentu saja, dengan lebih banyak episode di masa depan, dengan lebih banya area untuk misi utama, maka perputarannya akan lebih bervariasi. Namun tetap saja, tak ada yang baru di sini.

Satu-satunya motivasi Anda untuk mengulang misi yang sama atau peduli dengan semua mode Contracts yang hanya tersedia secara online ini adalah beragam unlockable dan juga leaderboard yang ada, dua hal yang sebenarnya bagi kami pribadi, tak pernah jadi sebuah motivasi yang menggoda. Terlihat usaha keras IO Interactive untuk membuat replayability Hitman menjadi jauh lebih tinggi terlepas dari minimnya konten yang ia tawarkan untuk setiap episode yang ada. Sayangnya, bagi kami ini tak berhasil. Tak seperti MGS V: The Phantom Pain yang menawarkan reward cukup sepadan untuk aksi replay yang Anda lakukan, apalagi mengingat ragam misi utama yang selalu mengambil tempat di sebuah area yang berbeda. Hitman tak mampu melakukan itu di kondisinya saat ini. Mungkin di beberapa episode di depan dimana areanya jauh lebih banyak daripada saat ini, hal seperti ini mungkin bisa lebih menarik apalagi jika Anda sudah lupa dengan area-area di misi sebelumnya.