Review Far Cry Primal: Menguasai Atau Dikuasai Alam!
Potensi Karakter Keren yang Tak Dimanfaatkan

Kesan familiar memang mengalir kentara dari Far Cry Primal, terutama dari struktur misi yang ia usung. Namun berbeda dengan seri sebelumnya yang menawarkan karakter sampingan yang begitu terbatas di dalamnya, Far Cry Primal sebenarnya memuat banyak karakter pendukung yang tak hanya punya desain yang keren, tetapi juga karakterisik kepribadian yang kuat dan unik. Sayang seribu sayang, hanya dua karakter – Sayla dan sang shaman – Tensay yang punya peran penting dalam cerita utama – usaha untuk bertahan hidup dan menundukkan dua suku lain, Udam dan Izila. Sementara karakter lain yang unik, berakhir jadi sekedar penyedia misi terlepas dari potensi yang begitu besar.
Sebagai contoh, Jayma, misalnya – sang pemburu wanita yang jadi favorit kami di game yang satu ini. Super keren, tenang, dan garang di saat yang sama, Jayma yang sebenarnya punya potensi untuk memainkan banyak peran dalam pertarungan antara Wenja vs Udam vs Izila ini ternyata lebih banyak berdiam di kemah dengan peran hanya untuk memberikan Anda misi ekstra. Hal yang sama juga kami rasakan ketika bertemu dengan si gila – Urki yang haus dengan pengetahuan dan lompatan teknologi. Ada segudang cara, ada begitu banyak potensi bagaimana karakter ini bisa masuk ke dalam cerita utama, ada banyak celah untuk membuat kepribadian gilanya lebih menarik, namun Urki berakhir dengan nasib yang tak banyak berbeda dengan Jayma.


Bagi kami, ini adalah sebuah kesempatan besar yang terlewatkan begitu saja oleh Ubisoft. Karakter kern dengan kepribadian unik berakhir sekedar sebagai penyedia misi, penduduk “biasa” di dalam camp yang tak punya banyak peran selain menunggu kehadiran karakter utama. Parahnya lagi? Terlepas apakah Anda berhasil atau gagal untuk merekrut setiap dari mereka, Far Cry Primal tak punya reward ekstra untuk akhir cerita.
Kesimpulan

Far Cry Primal adalah sebuah game action open-world yang solid, tak ada kata yang lebih tepat untuk menjelaskan game racikan Ubisoft yang satu ini. Keberanian untuk bergerak melawan arus mainstream dan kembali ke tahun 10.000 sebelum Masehi dengan ragam keterbatasan teknologi saat itu berhasil menciptakan sebuah sensasi pengalaman game action yang unik, yang dibungkus dengan skema misi dan mekanik open-world yang sudah terasa begitu familiar. Namun kekuatan utama di Far Cry Primal tentu saja terletak pada kemampuan Ubisoft untuk meracik dunianya – Oros dengan begitu optimal, hingga membuat Anda percaya bahwa “taman bermain” Anda memang sebuah dunia dimana batu dan kayu adalah satu-satunya benteng pertahanan untuk bertahan hidup melawan kekejaman alam dan masyarakat yang hadir tanpa aturan.
Walaupun demikian, tentu saja game ini punya kelemahan yang pantas untuk dicatat. Seperti keluhan kami di atas, serangkaian karakter keren yang berakhir tak dimanfaatkan dengan maksimal untuk kepentingan cerita utama dan berakhir sekedar “penyedia misi” adalah sesuatu yang mengecewakan. Keluhan lain juga muncul dari sistem kontrol dengan companion yang seringkali berakhir menjengkelkan. Bagaimana tidak? Ubisoft memutuskan untuk menaruh perintah Heal dan Ride di tombol yang sama, membuat kedua perintah ini saling bertabrakan ketika Anda berusaha menyembuhkan companion Anda di saat yang genting. Sistem pertarungan melee yang berakhir jadi festival gebuk tanpa feedback yang berarti dan animasi yang lemah jadi catatan ekstra. Kelemahan lain yang juga sempat kami perhatikan? Tak ada sistem cuaca acak. Agak aneh jika melihat bagaimana dunia liar, dengan pohon besar dan vegetasi yang lebat, tak pernah punya cuaca hujan sama sekali.
Namun di luar semua kekurangan tersebut, Far Cry Primal tetap jadi game action open-world yang pantas diacungi jempol. Di sisi lain ia terasa begitu unik, namun di sisi lain – ada niat jelas Ubisoft untuk “bermain aman” dengannya dan tak lantas melenceng dari garis besar desain game open-world mereka selama ini. Pada akhirnya, tema, setting, dan atmosfernya yang menjual Far Cry Primal dan bukan dari inovasi atau keunikan dari sisi gameplay.
Kelebihan

- Atmosfer dunia purbakala yang keren
- Desain karakter pendamping yang pantas diacungi jempol
- Ancaman alam yang terasa berbahaya
- Pohon skill yang lebih beragam
- Kemampuan mengendalikan binatang
Kekurangan

- Tak ada sistem cuaca (hujan)
- Skema kontrol saat menyembuhkan binatang companion yang terkadang membuat frustrasi
- Potensi karakter pendukung tak dimanfaatkan optimal
- Sistem pertarungan melee yang terasa lemah
- Dua suku lawan – Adam dan Izila terlihat sekedar “berbeda skin”
Cocok untuk gamer: yang mencintai seri Far Cry, yang bosan dengan game FPS dengan tema masa kini atau futuristik
Tidak cocok untuk gamer: yang berharap ia akan terasa berbeda dengan seri Far Cry sebelumnya, yang lebih senang dengan ragam senjata api