Review Batman – The Telltale Series: Memanusiakan Pahlawan!
Memanusiakan Batman

Untuk urusan visual, walaupun terlihat memiliki sedikit peningkatan dibandingkan seri sebelumnya, Anda bisa melihat bahwa Batman: Telltale Series ini tetap dibangun dengan menggunakan engine serupa dengan apa yang digunakan Telltale selama ini. Anda masih akan menemukan sebuah semesta yang dibangun dengan teknik cell-shading. Berita baiknya? Untuk sebuah cerita yang mengakar pada komik, pendekatan ini sendiri terasa cocok untuk seri Batman kali ini. Setidaknya Anda bisa mendapatkan atmosfer komik yang tetap kuat, namun di sisi lain, tetap memperoleh detail visual yang cukup baik seperti reaksi tiap karakter yang ada, misalnya. Untuk sisi visual, tak ada yang cukup istimewa untuk dibicarakan namun tak ada yang terlalu buruk pula untuk disinggung.
Lantas, bagaimana dari sisi gameplay? Anda yang sudah familiar dengan game Telltale selama ini tampaknya sudah bisa menerka apa yang Anda dapatkan. Benar sekali, game ini akan dipenuhi dengan banyak percakapan untuk menggerakkan cerita yang biasanya berakhir meminta Anda melemparkan respon tertentu via pilihan yang sudah disediakan. Respon yang Anda ambil biasanya akan sekedar memicu reaksi yang berbeda, namun masih belum punya implikasi yang kuat hingga mengubah jalan cerita yang Anda dapatkan. Setidaknya potensi untuk mendapatkan pendekatan tersebut terbuka di episode-episode selanjutnya yang seharusnya akan dipengaruhi oleh pilihan yang Anda ambil di seri pertama ini.


Sisanya? QTE, QTE, dan QTE, terutama ketika Anda berperan sebagai Batman. Untuk memvisualisasikan aksi yang sudah pasti Anda ambil sebagai seorang superhero, Telltale kembali mengandalkan QTE sederhana untuk mengeksekusi setiap animasi yang ada. Sayangnya, sistem usang seperti ini memang harus diakui, tak menarik. Ia mulai terasa seperti sebuah konten ekstra yang mau tak mau harus disuntikkan Telltale untuk menangkap esensi perjalanan seorang Batman dan bukan sesuatu yang memang didesain untuk dinikmati gamer. Di luar aksi QTE ini, Anda juga menikmati sisi detektif seorang Batman lewat sebuah mekanisme yang tak kalah sederhana. Bahwa untuk mencari kebenaran di salah satu scene, Anda akan diminta untuk menghubungkan beragam bukti yang ada dengan sekedar menarik garis dari beragam ikon yang ada. Jika tepat, progress cerita bergerak dengan konklusi investigasi yang muncul dalam scene. Formula yang tetap terasa familiar, terlepas dari rasa “baru” yang ia tawarkan.


Jika hampir semua elemen yang ditawarkan oleh Batman: Telltale Series ini berakhir menjadi sesuatu yang sudah pernah Anda temukan dan lihat di game Telltale sebelumnya, lantas apa daya tarik yang ia tawarkan? Kuncinya satu, cerita. Batman mungkin menjadi salah satu superhero yang paling sering diadaptasikan menjadi video game, namun ia selalu dicitrakan sebagai superhero penuh aksi dan tak lebih. Telltale meminta Anda untuk menyelami cerita justru sebagai Bruce Wayne, sang manusia di balik topeng tersebut dan beragam konflik yang harus ia lalui di sana. Daya tarik utamanya mengakar pada interpretasi Anda sendiri soal siapa itu Bruce Wayne dan Batman seperti apa yang harus ia proyeksikan untuk membuat Gotham lebih baik. Semuanya bergantung pada apa yang Anda inginkan.
Karena episode pertama ini memuat begitu banyak pilihan tersebut, terlepas apakah ia bisa atau tidak bisa mengubah jalur cerita yang ada. Bruce Wayne seperti apa yang ada di otak Anda? Apakah sosok jutawan kaya raya yang sombong dan tak bermasalah untuk berbicara kasar ketika dibutuhkan atau justru sebaliknya? Apakah ia sosok yang tak berkeberatan bekerjasama dengan keluarga mafia untuk sebuah tujuan yang lebih besar atau sosok yang berpegang pada sebuah idealisme yang kokoh? Dan pada akhirnya, kepribadian tersebut akan terproyeksikan ketika ia mengenakan sang topeng kelelawar dan menghilang di gelap malam Gotham. Batman seperti apa yang menurut Anda dibutuhkan oleh kota terkutuk yang satu ini?

Namun sayangnya, rasa familiar Anda terhadap source material yang ada juga mungkin akan berpengaruh pada pengalaman Anda menikmati Batman: Telltale Series ini dan berujung pada beragam pertimbangan di luar pengetahuan yang Anda dapatkan di versi gamenya. Sebagai contoh? Sosok Harvey Dent, misalnya. Sebagian besar dari kita tahu, dari versi adaptasi layar lebar, komik, ataupun film animasi, bahwa Dent adalah sosok yang akhirnya “menyeberang” ke sisi kegelapan dan berakhir jadi salah satu tokoh antagonis Batman – Two-Face. Jika Anda berangkat dengan pengetahuan seperti ini, pilihan respon Anda pada sosok Harvey Dent di episode pertama ini bisa berbeda jika Anda tak tahju siapa itu Harvey Dent. Cukup untuk membuat kami berpikir dan bertanya–tanya, apakah game ini akan punya potensi lebih besar jika ia berangkat dengan karakter yang tak terlalu dikenal publik atau tidak.
CrowdPlay

Salah satu fitur menarik yang ditawarkan oleh Telltale untuk pertama kalinya via Batman: Telltale Series episode pertama ini adalah fitur “multiplayer” pertama mereka yang disebut sebagai CrowdPlay. Jadi tak lagi sekedar bermain sendiri dan merangkai cerita atau karakter yang ada di otak Anda, Anda kini bisa mengajak orang lain untuk ikut berkontribusi dalam menentukan pilhan. Di atas kertas ia mungkin terdengar seperti sebuah fitur yang absurd, namun ketika menjajalnya di sesi live-streaming JagatPlay beberapa hari yang lalu, hasilnya cukup mengejutkan.


Dengan hanya perlu mengaktifkan akun Telltale dan menghidupkan fitur CrowdPlay, Anda akan langsung diberikan sebuah link dan kode game untuk dibagikan kepada orang lain via sosial media ataupun pesan singkat. Begitu mereka masuk ke dalam link tersebut, dengan hanya tinggal memasukkan kode game yang ada, mereka akan langsung bisa ikut bergabung. Seperti layaknya sebuah sistem voting, para voter ini akan menemukan warna pilihan jawaban di layar perangkat mobile / PC mereka yang masing-masing berisikan jawaban yang bisa dipilih. Begitu mereka memilih satu jawaban, host yang tengah bermain akan langsung mendapatkan feedback soal pilihan yang diambil oleh masing-masing user.
Sisanya? Bergantung pada keputusan host itu sendiri. Terlepas dari hasil voting yang ada, host bisa menganulir pilihan tersebut dan berujung memilih pilihan yang menurutnya tebaik dengan hanya sekedar memilih jawabann yang ada. Namun di sisi lain, mereka juga bisa membiarkan para voter ini menentukan jalan cerita yang ada. Jika sang host tidak memberikan reaksi apapun, pilihan dengan jumlah vote terbanyak akan otomatis terpilih sebagai jawaban utama yang dipilih untuk menggerakkan cerita. Sisanya? Ada proses voting Like – Dislike untuk sekedar mengekspresikan perasaan apakah Anda senang atau tidak senang dengan pilihan yang sudah diambil.

Untuk gamer yang sering melakukan proses live-streaming, terlepas dari delay yang terjadi, ini tentu menjadi fitur terbaik untuk berinteraksi dengan siapapun yang tengah menonton aksi Anda. Namun sayangnya, ia masih dipenuhi dengan satu kelemahan fatal yang membingungkan. Apa itu? Benar sekali, fakta bahwa voter tak akan punya basis apapun untuk menentukan pilihan jika mereka tidak melihat apa yang terjadi di layar sama sekali. Berhadapan dengan empat kotak warna tanpa konteks adalah desain UI yang bodoh. Telltale sebenarnya bisa memperkaya-nya dengan setidaknya memyuntikkan transcript percakapan dalam sekedar bentuk teks untuk voter, atau lebih sederhananya, sekedar menuliskan pertanyaan terakhir di sana. Pertimbangan lain yang gagal ditawarkan juga muncul dari batasan waktu untuk menentukan pilihan yang ternyata sama lamanya antara mode single player dan crowdplay, yang tentu saja memicu tanda tanya lebih besar. Secara logis, untuk mengakomodasi sistem voting yang ada, crowdplay seharusnya hadir dengan waktu lebih lama.
Namun terlepas dari semua kekurangan yang ada, fitur crowdplay yang pertama kali ditawarkan oleh Telltale di Batman ini adalah sebuah fitur potensial yang menarik di masa depan, setidaknya untuk mereka yang aktif di Youtube ataupun Twitch sebagai streamer. Namun tentu saja, butuh banyak penyempurnaan untuk membuatnya lebih maksimal di tangan para voter yang ada.