Tokyo Game Show 2016: Mencoba The Last Guardian
Apakah Anda atau kerabat anda mempunyai binatang peliharaan seperti anjing atau kucing di rumah Anda?
Dan apakah Anda penyayang binatang dan suka dengan anak kecil?
Apakah Anda menyukai game yang penuh dengan puzzle-puzzle yang membuat Anda memutar otak?
Jika jawaban dari ketiga pertanyaan itu adalah Ya, maka The Last Guardian (TLG) layak masuk ke dalam wishlist Anda.
Setelah beberapa kali tertunda, TLG akhirnya siap diluncurkan dan kami berkesempatan untuk mencoba game ini terlebih dahulu di Tokyo Game Show 2016. TLG menceritakan seorang Pria tua yang sedang bernostalgia tentang masa kecilnya dengan sebuah hewan yang diberi nama Trico.
Trico merupakan hewan pintar yang akan menjadi pelindung sekaligus pembantu si karakter utama dalam menyelesaikan puzzle atau berpindah tempat. Ada beberapa perintah yang bisa dimengerti oleh Trico seperti lompat, berjalan, merunduk, dan tetap di tempat. Namun, tingkat kepercayaan antara Trico dan si karakter utama akan mempengaruhi apakah Trico akan langsung menuruti perintah atau apakah kita butuh mengulang perintah beberapa kali sebelum dia mengerti. Seiring dengan berjalannya permainan, tentu saja tingkat kepercayaan ini akan terus bertambah seiring juga dengan rintangan dan puzzle yang akan semakin membutuhkan bantuan Trico untuk melewatinya.
Visual
Indah!
Kami sempat ragu ketika melihat beberapa trailer sebelumnya, apakah akan ada perbaikan? apakah akan ada elemen yang bertambah? Semua keraguan itu sirna ketika kami mencoba TLG langsung. Desain dunia yang sangat detil dan indah, ditambah dengan detail dari Trico sendiri membuat kami betah memainkan game ini. Tekstur dari Trico terutama wajib diacungi jempol. Kita bisa melihat bulu yang terinspirasi dari burung ini helai demi helai. Dalam demo sendiri kami menggunakan PS4 biasa, belum ada kabar dari publisher apakah akan ada penambahan kualitas grafis untuk PS Pro.
Insting Binatang
Fumito Ueda , sang arsitek utama TLG, pernah mengatakan akan membuat Trico layaknya seperti gabungan antara anjing, kucing, dan burung peliharaan. Sepertinya klaim itu terbukti, gerakan-gerakan Trico sangat halus dan mengingatkan kami kepada seekor kucing yang sangat lincah. Kami begitu menikmati setiap gerakan yang diatur oleh sistem AI yang sangat kompleks. Beberapa gerakan ketika Trico sedang idle juga mengingatkan kita kepada anak anjing yang sangat penasaran terhadap dunia di sekitarnya. Tentu saja kemampuan Trico dalam menjalankan perintah kita – walaupun kami akui awalnya sedikit menyebalkan – juga layaknya hewan peliharaan kita. Terkadang Trico bisa menjalankan perintahnya dengan baik, tapi terkadang Trico juga seolah mencoba menerjemahkan perintah kita. Ini yang kami pikir menjadi daya tarik tersendiri dari TLG. Trico bukan hanya menjadi sebuah mesin, melainkan partner bermain kita yang juga mempunyai pikiran sendiri.
Tentu saja kami sangat penasaran darimana asal-usul Trico dan bagaimana nasib mereka selanjutnya. Pihak TLG mengatakan masih akan memperbaiki game yang satu ini agar bisa lebih optimal. Kami berharap TLG akan bisa keluar pada waktunya dan tidak ditunda lagi karena kami sudah sangat tidak sabar untuk bermain lagi bersama Trico.