Review Thumper: Game Ritmik yang Harus Anda Mainkan!
Satu Tombol Tak Berarti Sederhana!

Hampir sebagian besar game ritmik saat ini setidaknya meminta Anda menguasai empat tombol untuk ditaklukkan. Untuk standar game konsol, seperti di Playstation misalnya, maka Anda akan berhadapan dengan kombinasi tombol Kotak, Segitiga, Lingkaran, dan Silang yang akan saling bergantian memenuhi layar, bahkan terkadang dengan pola tertentu untuk membuat Anda bingung. Tombol harus ditekan begitu timing yang dibutuhkan masuk, terkadang sesuai dengan ritme lagu yang menjadi basis di belakangnya atau terkadang berakhir mengecoh. Konsep seperti inilah yang sering Anda temukan tiap kali berbicara soal game ritmik. Namun, tidak di Thumper.
Anda hanya butuh satu tombol untuk memainkan Thumper, sebuah tombol silang jika Anda memainkan versi Playstation 4-nya. Namun semuanya dikombinasikan dengan tombol arah untuk menghadirkan kompleksitas yang lebih solid. Ada daerah yang bisa Anda lewati dengan hanya menekan X, ada yang menuntut Anda untuk menahannya, sementara yang lain meminta Anda sembari menekan tombol kiri dan kanan sembari menahan untuk menghasilkan efek drift layaknya sebuah game racing. Semakin jauh progress permainan Anda, semakin besar pula tantangan yang ada. Kompleksitas yang melibatkan hanya satu tombol X ini, apalagi dengan desain level yang terus membuat jari Anda aktif adalah intisari dari Thumper itu sendiri.


Dengan karakter yang diceritakan terus bergerak ke depan, sensasi Thumper memang berbeda dengan game ritmik pada umumnya. Ini bukan lagi soal menekan tombol yang sesuai di saat yang tepat, namun lebih ke mengantisipasi apa yang akan terjadi dalam sepersekian detik ke depan. Anda harus memperlakukannya seperti sebuah game racing ala Burnout misalnya, dimana mobil Anda yang bergerak super cepat bisa berakhir jadi rongsokan jika Anda gagal mengantisipasi posisi mobil AI di depan Anda atau track itu sendiri. Begitu juga dengan Thumper, namun kini dengan ekstra trial dan error di dalamnya. Karena terlepas dari fakta bahwa gerakannya begitu cepat, Anda perlahan tapi pasti, akan mulai mempelajari bahwa ada pola yang definitif di sana. Anda bisa gagal kala ini, namun setidaknya Anda menjadi lebih baik setelahnya. Maka Anda mulai menemukan kombinasi sebuah game ritmik yang juga punya sedikit elemen Dark Souls di sana.

Karena seperti yang bisa Anda prediksi, Thumper memang tidak mengenal kata ampun. Gerak super cepat dengan kombinasi satu tombol yang butuh konsentrasi tinggi untuk dieksekusi, Anda juga masih harus berhadapan dengan fakta bahwa terkadang level abstrak yang ia usung mengacaukan sedikit sudut pandang memang bukan sesuatu yang mudah ditundukkan. Anda akan gagal. Dan “gagal” dalam pengertian kami, adalah mati berkali-kali. Untungnya, desain level yang ia usung tak akan membuat Anda frustrasi. Alih-alih memainkan satu level super panjang, Thumper membaginya ke dalam puluhan sesi yang bahkan terkadang, memuat beberapa pertarungan boss di dalamnya. Benar sekali, ada pertarungan boss di sini.
Pertarungan boss, baik mini ataupun final untuk setiap level yang ada, juga diusung oleh Thumper. Tenang saja, Anda tidak akan tiba-tiba berhadapan dengan sebuah game berbeda di sini. Sama seperti sesi level yang lain, ia juga akan menuntut Anda untuk mengeksekusi dan menggerakkan si kumbang luar angkasa ini sesuai dengan track yang ada. Namun kini, jauh lebih padat dengan ekstra tantangan. Inilah pertarungan boss di Thumper. Terlepas dari visualisasi bahwa Anda tengah berhadapan dengan monster raksasa di depan, ia hanyalah sesi yang diracik lebih sulit dan lebih panjang dibandingkan sesi-sesi yang ada, plus, ada satu note yang harus Anda tekan di akhir untuk melemparkan serangan ke boss yang ada. Dan note ini sendiri hanya muncul jika Anda berhasil mengeksekusi sebagian besar sesi yang ada dengan nyaris sempurna. Benar sekali, pertarungan boss ini akan menguji semua hal yang Anda tahu soal Thumper.


Berita baiknya untuk Anda yang sudah menginvestasikan uang untuk perangkat Virtual Reality? Thumper versi Playstation 4 juga sudah bisa dimainkan dengan Playstation VR. Untungnya, dengan gerakan yang sebenarnya tak berbeda dengan rail-shooter, Anda tak akan mudah merasa pusing dengannya. Gerakan cepat dan semua warna yang ada tak akan banyak mengganggu karena fokus pandangan yang memang lebih sering berakhir untuk mengantisipasi seperti apa tantangan yang Anda hadapi dalam sepersekian detik ke depan. Seperti layaknya film yang Anda nikmati di Cinematic Mode ukuran Medium, jarak dari mata Anda juga cukup untuk menikmatinya secara langsung tanpa harus menggerakkan kepala sama sekali. Ia menawarkan pengalaman bermain yang jauh lebih imersif. Drool sendiri sudah memastikan bahwa VR Mode Thumper juga akan dirilis untuk Rift dan Vive di versi PC sebelum akhir tahun ini.
Musik?

Ini mungkin pertanyaan paling klasik yang bisa Anda bicarakan ketika membahas sebuah game ritmik. Bahwa ia tak akan pernah bisa lepas dari konsep musik yang seharusnya jadi pondasi utama genre seperti ini. Uniknya, tak demikian dengan Thumper. Anda memang bisa menikmati musik yang lebih dekat ke genre tekno di latar belakang dengan setiap note yang Anda tekan akan berkontribusi pada efek suara tertentu yang melebur pada musik tersebut, ia berakhir tak jadi fokus.
Dari kacamata seorang player, fokusnya justru ada pada stimulus visual dan bukan suara. Anda akan berusaha mengantisipasi tantangan selanjutnya, yang terkadang, tak berhubungan sama sekali dengan musik yang mengalun di belakang. Akan ada momen memang dimana kombinasi tombol yang Anda lakukan secara sempurna berakhir menghasilkan beat yang memanjakan telinga dan sesuai dengan musik yang ada, namun ia tak pernah bisa dijadikan clue untuk menikmati game ini atau bahkan mempermudahnya.
Bahkan, bisa dibilang, musik mungkin menjadi salah satu kelemahan game ritmik yang satu ini. Baru bisa mencapai level 6 dari ragam level yang ada dan sudah mulai menemukan kesulitan, musik yang ditawarkan Thumper ini bisa dibilang tak banyak berubah. Anda misalnya, tak akan menemukan perubahan genre yang signifikan dari setiap level yang ada. Anda tetap akan bertahan dengan konsep musik yang bisa dibilang serupa, monoton, dan berakhir tak jadi fokus sama sekali. Memang agak aneh menulis impresi seperti ini dari sebuah game ritmik.