Review Watch Dogs 2: Penyempurnaan di Segala Sisi!
San Francisco yang “Bernyawa”

Memang sesuatu yang terhitung sulit untuk membandingkan seberapa akuratnya potret sebuah kota yang berakhir jadi setting utama sebuah game jika kami sendiri tak pernah menginjakkan kaki secara langsung di sana. Namun jika menilik informasi dan gambar komparasi di luar, presentasi kota San Francisco dari Watch Dogs 2 cukup merepresentasikan kondisi dunia nyata itu sendiri. Namun yang jadi fokus bagi kami adalah kemampuan Ubisoft untuk membuatnya tampil sebagai sebuah kota yang hidup, dan tak sekedar sebuah arena bermain pasif penuh dengan NPC “kosong” yang sekedar bergerak kesana-kemari.Dan itu membuat kami jatuh hati dengannya.
San Francisco memperlihatkan jati diri sebagai sebuah kota dengan nyawa dan identitas yang unik. Mengeksplorasinya sedikit, maka Anda akan bertemu dengan kota yang dihiasi dengan begitu banyak jenis orang, dari yang mungkin dari perspektif kita cukup gila hingga yang terlewat normal. Anda bisa melihat pasangan muda-mudi tengah pacaran di tepi pantai, pasangan yang menikah di depan landmark, sudut kota dengan racikan-racikan graffiti yang super keren, hingga bertemu dengan tempat kumpul motor besar yang terlihat mengancam. Namun di sisi lain, ia juga menjadi ruang untuk begitu banyak komunitas dari para hippie nudist, pengkhotbah gila yang terus meneriakan soal kiamat, hingga para nerd yang berkumpul di sebuah surga board game. San Francisco terlihat “bernapas”.


Kesampingkan dulu sementara efek cuaca dinamis yang frekuensinya sepertinya mengalami penurunan cukup jauh dibandingkan seri pertama, dimana Anda sering bertemu dengan cuaca cerah daripada hujan di sini. Karena Ubisoft juga berhasil membuat kesan yang kuat bahwa NPC yang Anda temui ini memang punya hidup mereka sendiri-sendiri, dan tak lagi sekedar mengandalkan fitur profiling ctOS ala seri pertamanya. Di salah satu sesi gameplay misalnya, kami bertemu dengan seorang pria yang sedang memukul dan menghancurkan mobil dengan sebuah pemukul bisbol sembari meneriakkan makian-makian yang mengindikasikan bahwa pasangannya baru saja berselingkuh. Apakah scripted atau acak? Terlepas apapun jawabannya, ia memperkuat kesan yang didapatkan sebelumnya.
Dan Ubisoft mengerti hal tersebut. Mereka sepertinya mengerti dan cukup bangga bahwa mereka berhasil menciptakan sebuah “taman bermain” yang terasa bernapas dan hidup. Dengan fitur kamera pada smartphone yang digunakan oleh Marcus dan juga Drone yang ia miliki, Anda bisa menggunakannya untuk menangkap keindahan landscape atau sekedar keunikan hidup San Francisco, bahkan dengan pendekatan yang lebih artistik sekalipun. Walaupun beberapa di antaranya terintegrasi dengan gameplay dan sistem follower yang akan kita bicarakan nanti, namun ini memberikan motivasi ekstra untuk melakukan sedikit eksplorasi jika Anda tertarik.

Selalu jadi sebuah pencapaian tersendiri jika sebuah game open-world bisa membuat Anda percaya bahwa Anda tak sekedar terperangkap di sebuah dunia kosong yang sekedar menawarkan jalan-jalan yang ada sebagai media untuk bergerak dari misi ke misi. Napas dan kehidupan San Francisco sebagai sebuah taman bermain adalah sebuah daya tarik dan Watch Dogs 2 mengeksekusi hal tersebut dengan cukup baik. Walaupun harus diakui, ada beberapa AI NPC sendiri yang bisa terbilang “tolol”. Sebagai contoh? Kami berhasil membuat keluarga pasangan mempelai NPC bertarung satu sama lain hanya karena satu usaha selfie. Sejujurnya, kami sendiri juga tak mengerti apa yang baru saja terjadi.
Selamat Tinggal Sistem Tower!

Ada satu masalah yang sepertinya sudah dikenal oleh banyak gamer penikmat franchise open-world dari Ubisoft, terlepas apapun judulnya, yang berakhir membuat perbedaan tema open-world yang ditawarkan dari sekedar tema jadi tak terasa signifikan. Bermula dari implementasi di Assassin’s Creed 2 yang memang terasa unik dan berbeda di kala itu dan kemudian “dipaksakan” ke lebih banyak seri lain seperti Far Cry dan Watch Dogs, kita tengah berbicara soal sistem menara. Bagi Anda yang tak familiar, sistem menara adalah sistem dimana Anda diminta untuk memanjat atau memecahkan puzzle di satu tempat tertentu (yang biasanya berbentuk menara) untuk membuka area di sekitarnya, sekaligus membuka misi utama atau misi sampingan yang ada di sana. Sebuah sistem yang sudah seringkali jadi sumber keluhan.
Untungnya, Ubisoft sadar bahwa mereka tak bisa terus bertahan dengan sistem yang mulai terasa usang ini. Lagipula, terlepas dari keunikan tema atau kayanya dunia yang ia tawarkan, eksploitasi berlebihan pada sistem menara seperti ini memang membuat game open-world Ubisoft sulit untuk terasa unik dibandingkan satu sama lain. Di Watch Dogs 2, mereka cukup “gila” untuk akhirnya, membuang sistem menara tersebut! Watch Dogs 2 adalah sebuah game open-world sesungguhnya dimana dunia yang ia tawarkan akan terbuka sejak awal dan Anda punya kebebasan untuk mengeksplorasinya sesuka Anda, dari awal, tanpa syarat dan ketentuan berlaku.


Lantas, bagaimana caranya ia memotivasi Anda untuk tak hanya menempuh misi utama tetapi juga beragam misi sampingan yang ada? Selain menawarkan kota hidup yang memang menarik untuk dieksplorasi, mereka juga menyuntikkan sistem bernama “Followers” di sini. Anda bisa menyederhanakannya seperti layaknya sistem experience points di game RPG yang jika berhasil diakumulasikan dalam jumlah tertentu, akan memberikan kepada Anda ekstra point skill untuk didistribusikan pada ragam skill terkunci yang menurut Anda memang paling Anda prioritaskan untuk mendukung gaya bermain Anda.
Lewat sistem Followers ini, Ubisoft membangun mekanik gameplay dasarnya. Karena pada akhirnya, dengan pohon skill cukup banyak yang terbagi atas beberapa kategori yang mustahil untuk dipenuhi dengan hanya mencari Followers dari sekedar misi utama, gamer terdorong untuk menempuh ragam misi sampingan yang ada. Satu yang menarik adalah bentuk skema misi yang membuatnya tak monoton dan menarik untuk dijajal. Beragam misi sampingan pendukung yang muncul hadir dengan konten cerita solid yang mampu memberikan gambaran yang lebih kuat soal dunia Watch Dogs 2 itu sendiri dengan ragam kepentingan di sana, dari pertempuran antara tim hacker hingga misi-misi yang mengacu pada ikon pop culture lain dengan konten yang menarik. Sesuatu yang tak akan bisa Anda dapatkan dengan sekedar “mengejar” misi utama. Kerennya lagi? Aktivitas-aktivitas sampingan seperti mengambil foto beragam landmark, graffiti, hingga orang unik di sekitar San Francisco atau menjadi supir Uber yang terkadang punya jalinan cerita sendiri, juga bisa membantu Anda mendapatkan ekstra Follower.


Dan hasilnya terhitung luar biasa. Kebebasan dari sistem menara yang selalu terikat kuat pada franchise game open-world Ubisoft adalah sebuah pendekatan menyegarkan yang pantas disambut baik. Pergantian menjadi sistem Followers yang tetap memberikan ruang gerak bebas bagi gamer untuk peduli / tidak peduli dengan misi sampingan dan beragam aktivitas yang ada, tetapi sekaligus mengakomodir progress cerita lewat misi utama yang bisa ditempuh kapan saja membuat Watch Dogs 2 terasa baru dan berbeda. Sebuah tren yang selayaknya dipertahankan Ubisoft untuk game-game open-world mereka lagi di masa depan.

Sementara dari sisi gameplay utamanya sendiri adalah apa yang bisa Anda antisipasi dari seri Watch Dogs itu sendiri. Marcus masih dipersenjatai dengan sebuah smartphone yang bisa digunakan untuk mengakses beragam informasi yang ada. Anda bisa memeriksa profile tiap NPC yang ada dengan mudah, melihat beragam informasi unik terkait mereka, dan kemudian melakukan aksi sederhana dengannya. Anda bisa mencuri uang mereka untuk masuk ke rekening pribadi Anda, mengambil bot charge yang jadi semacam bar untuk akses skill hacking Anda, meledakkan mereka, hingga menjadikan mereka sekedar sebagai pengalih perhatian. Kemampuan Aiden seperti meretas dan mematikan sumber listrik kota untuk sementara waktu juga muncul sebagai bagian dari pohon skill yang ada.

Sayangnya, uang sendiri tak jadi sesuatu yang bisa dibilang esensial di seri yang satu ini. Selain beberapa senjata awal yang bisa Anda beli, sebagian besar uang ini akan Anda habiskan untuk dua hal – pakaian untuk kosmetik dan sekedar, kendaraan. Berita baiknya? Anda akan membangun rasa ketertarikan besar untuk mendandani Marcus dengan beragam pakaian keren seiring progress cerita, sesuatu yang tak pernah jadi concern kami di game-game open-world yang lain. Variasi pakaian dan fakta bahwa Marcus bisa mengenakannya penuh dengan gaya menghasilkan rasa asyik tersendiri. Anda bisa membuatnya terlihat seperti seorang kutu buku, seorang artis hip-hop sadar teknologi, hingga pelaku kekerasan seksual yang menikmati dinginnya malam San Francisco dengan hanya celana dalam pink di luar. Anda yang memutuskan.