Review Watch Dogs 2: Penyempurnaan di Segala Sisi!
Metode Bebas

Namun bagi kami sendiri, hilangnya sistem menara hanyalah sebagian kecil dari apa yang ditawarkan Watch Dogs 2. Kekuatan utama yang berhasil dieksekusi manis oleh Ubisoft justru terletak pada sistem gameplay yang kini tak lagi mengikat Anda pada satu metode tertentu untuk diselesaikan. Dan ini, adalah peningkatan gameplay yang pantas untuk dipuja-puji dan kian mengukuhkan dirinya sebagai sebuah game open-world yang sesungguhnya. Bahwa Anda punya pilihan untuk menggunakan metode Anda sendiri untuk mencapai objektif tertentu, dan game ini tak akan menghukum Anda jika Anda melakukan sesuatu yang berada di luar cara mainstream. Dan sejauh ini, Watch Dogs 2 mengeksekusi hal tersebut dengan sangat baik.
Untuk setiap misi utama dan sampingan yang ada, misalnya, Marcus sebenarnya punya pendekatan tiga cara untuk menyelesaikannya – full frontal, stealth, atau dengan hanya menggunakan gadget yang ada. Dengan full frontal, Anda seperti mencicipi sebuah game action third person shooter dan siap menyarangkan peluru ke kepala siapapun. Namun ada cara stealth, yang memang lebih sulit untuk ditempuh namun lebih minim resiko karena Marcus bukanlah karakter superhero yang bisa menahan peluru tajam di tubuhnya. AI-nya Watch Dogs 2 sendiri di mode normal terhitung cukup sensitif dan responsif pada lingkungan sekitar, yang membuatnya jadi tantangan ekstra.


Metode lain? Dengan menggunakan gadget dan skill yang Anda miliki. Kita tak berbicara sebatas pada kemampuan menggunakan Drone atau mobil RC Anda saja, tetapi juga ragam skill dari ragam kategori yang ada. Anda yang malas bertarung, misalnya, bisa membuat NPC jadi “kambing hitam” dan berakhir jadi target pembunuhan gang tertentu. Tim pembunuh tersebut bisa menghabisi target tersebut sebagai fokus dan mungkin, bertempur dengan kekuatan bersenjata apapun yang berusaha melindunginya di sekitar. Ketika konflik terjadi, Anda bisa sekedar berdiri dan menikmatinya dengan terus mengiriminkan anggota gang / polisi hingga semua musuh tewas. Atau Anda bisa menggunakan suasana konflik tersebut untuk menyelinap masuk atau melakukan apapun tugas utama Anda sebagai pengalih perhatian. Ada banyak jalan menuju ke Roma di Watch Dogs 2.
Dan yang paling keren, tak ada cara definitif untuk menyelesaikan satu misi. Tak seperti beberapa game open-world yang meminta Anda HANYA untuk bermain Stealth di beberapa level dan langsung menghitungnya sebagai kegagalan atau bahkan GAME OVER jika Anda mengangkat senjata, Watch Dogs 2 tak demikian. Sebagai contoh? Salah satu misi yang meminta Anda menyelinap masuk ke dalam kantor Nudle (plesetan Google). Jika di game open-world klasik, Anda mungkin akan langsung terpikirkan untuk bermain secara Stealth, kami bisa meyelesaikan misi ini dengan cara super kejam, menghabisi semua petugas keamanan dengan terus mengirimkan pasukan gang ke sana. Kami tinggal masuk dengan santai dan voila! misi tetap dihitung selesai.


Ini tentu jadi pendekatan yang menyegarkan, namun punya efek negatif tersendiri. Ia menghasilkan efek “ketidakcocokan” dengan sisi cerita yang mungkin terasa fatal untuk pengalaman imersif Anda. Di sepanjang permainan, Anda akan bertemu dengan citra bahwa DedSec adalah kelompok peretas dengan misi yang jelas namun metode yang tak pernah merugikan siapapun. Mereka tak pernah terlihat membunuh atau mencelakakan siapapun di cut-scene manapun. Melihat potongan adegan dimana Marcus bersenda gurau, tertawa, dan bahagia bersama dengan DedSec yang juga memperlihatkan reaksi serupa setelah menghabisi puluhan petugas keamanan tak bersalah di Nudle terasa canggung dan aneh. Oleh karena itu, game ini memang lebih baik diusahakan untuk diselesaikan dengan cara stealth hanya untuk mendapatkan aksi-reaksi pada cerita yang lebih baik walaupun Watch Dogs 2 sendiri tak mengharuskannya.
Dan kebebasan metode tersebut juga menyelinap ke semua aspek gameplay yang ada, dan tak sekedar misi pertempuran saja. Di salah satu misi misalnya, ketika ada satu pintu terkunci dengan key access yang belum kami dapatkan. Metode runtut yang benar tentu saja adalah meretas smartphone atau laptop dengan key access tersebut, membuka terminal pusat keamanan terdekat, dan kemudian menggunakannya untuk membuka pintu dengan garis berwarna merah tersebut. Merasa sedikit malas dan melihat ada setidaknya ada 3 NPC di dalam ruangan, kami memutuskan untuk memancing mereka keluar. Sebuah ledakan kecil di luar pintu cukup untuk membuat mereka panik dan berhamburan keluar untuk mencari sumber suara, dan pintu pun terbuka tanpa melewati semua kerepotan itu. Fakta bahwa solusi seperti ini bisa ditempuh membuat kami cukup terpesona pada “bebasnya” Watch Dogs 2 ini.

Di luar pengalaman single player yang meningkat ini, Watch Dogs 2 juga hadir dengan konsep Seamless Experience untuk mode multiplayer yang ada. Walaupun berakhir tak bisa dijajal di beberapa hari awal rilis karena masalah teknis, mode ini sendiri juga pantas diacungi jempol. Seperti halnya mode multiplayer dI GTA, Anda bisa berpasangan atau mengajak teman dari daftar pertemanan Anda untuk menjelajahi kota San Francisco ini bersama-sama. Anda bisa berusaha menyelesaikan misi multiplayer yang didesain lebih ribet dan sulit atau sekedar bersenang-senang dengan mendatangkan kekacauan begitu saja. Implementasi yang tentu saja, menarik.
Kompromi

Watch Dogs pertama adalah sebuah game yang punya konsep menarik, tetapi eksekusi yang memble. Salah satu keluhan yang juga sempat kami suarakan di review seri pertama adalah minimnya aksi yang bisa Anda lakukan terkait informasi tiap NPC yang Anda temukan. Anda bisa melihat seberapa “sakit jiwa”-nya orang-orang ini atau bahkan memahami kesulitan seperti apa yang mereka hadapi dari fitur profiling yang ada, namun tak ada opsi untuk melakukan satu aksi spesifik tertentu. Padahal jika ada sistem moral yang memungkinkan Anda untuk memberikan uang dari yang kaya ke miskin, melaporkan para pelaku kejahatan berdasarkan profile ini ke polisi, atau sekedar membantu / menghukum mereka secara langsung, ia akan berakhir jadi sebuah game yang lebih memesona.
Lantas, bagaimana dengan Watch Dogs 2 sendiri? Sayangnya, konsep moral ini masih sekedar mimpi saja. Walaupun demikian, ada setidaknya dua kompromi yang membuat Ubisoft setidaknya sudah terlihat untuk mencoba untuk mengimplementasikan hal tersebut walaupun tak punya konsekuensi signifikan pada cerita ataupun sosok Marcus itu sendiri. Pertama, Anda kini sudah bisa memanggil polisi. Sistem sama yang digunakan untuk memanggil anggota gang dan melakukan pekerjaan kotor Anda juga bisa Anda lakukan dengan kesatuan polisi yang ada, yang bisa Anda manfaatkan untuk fungsi yang sama. Namun jika Anda memang Anda ingin sedikit “bermain peran”, Anda bisa menggunakan sistem ini juga untuk menangkap NPC yang informasi profile-nya mungkin sedikit mengkhawatirkan, walaupun tak akan menghasilkan konsekuensi apapun. Itu kompromi pertama.


Lantas, bagaimana dengan sistem moral sendiri? Watch Dogs 2 memang masih belum mengakomodasi hal tersebut dan juga tak akan bisa mengiriminkan uang kepada NPC yang terhitung begitu butuh, misalnya. Namun ada satu sesi di dalam misi sampingan yang ditujukan sebagai kompromi untuk konsep tersebut. Sifatnya terbatas, namun cukup untuk memberikan sedikit gambaran soal potensinya. Di misi sampingan tersebut, Marcus yang meretas ATM yang dilindungi oleh ctOS bisa menentukan satu dari dua pilihan yang ada – membantu siapapun yang masuk ke sana atau justru mengacaukan hidup mereka. Kerennya lagi? Kepribadian tiap NPC yang masuk sebagian bagian dari cerita misi sampingan ini juga cukup unik dan mengelitik moral Anda. Ada siswi dari Korea Selatan yang tengah merantau dan butuh uang, hingga artis sok ngetop dengan tingkah laku congkak. Anda ingin mengosongkan tabungan mereka dan mengirimkan semuanya ke yayasan amal? Bisa. Atau Anda justru ingin membuat ATM memuntahkan uang lebih banyak dari yang mereka minta? Juga bisa. Ini adalah pendekatan terbatas yang tentu saja, menarik.
Ada sedikit rasa optimis bahwa jika Watch Dogs 2 sudah mengerti konsep seperti ini, akan sangat menarik untuk melihat apa yang mereka persiapkan di seri ketiga nantinya. Apalagi jika ia tak berakhir sekedar sebagai usaha untuk menarik uang cepat dan eksploitasi ringan saja. Watch Dogs dengan sistem moral dan beragam aksi pada NPC biasa yang bisa menuai konsekuensi tertentu akan jadi mimpi terbesar kami soal franchise ini. Mimpi yang setidaknya, sudah punya sketsa kasar di seri kedua ini.