Review Watch Dogs 2: Penyempurnaan di Segala Sisi!
Menertawakan Diri Sendiri

Sejujurnya, kami termasuk salah satu gamer yang cukup skeptis ketika Watch Dogs 2 diperkenalkan secara resmi ke publik. Berbeda dengan seri pertama yang terlihat serius, trailer perdana ini justru memperlihatkan sekelompok aksi anak muda dengan ragam aksi parkour dan perawakan yang selama ini sering berakhir jadi kata “Hekel” di dunia maya, setidaknya di Indonesia. Kata “Hekel” sendiri merujuk pada anak-anak muda dengan pengetahuan soal hacking yang terbatas, namun terbawa popularitas kelompok hacker ternama seperti Anonymous misalnya dan berakhir bergaya seperti ahli. Ada ketakutan bahwa Watch Dogs 2 akan berakhir pada mimpi buruk yang sama dengan penampakan pertama tersebut. Namun untungnya, kekhawatiran tersebut berakhir tak terbukti.
Desain karakter mereka yang terlihat sok “edgy” tiba-tiba menjadi relevan jika merujuk pada kota San Francisco yang sepertinya memang jadi rumah untuk begitu banyak individu unik di atasnya. Lagipula, dengan semakin jauh progress cerita yang Anda jalin, Anda akan bertemu dengan karakterisasi yang lebih kuat daripada sekedar anak-muda-sok-sokan-jadi-hacker yang menyeruak kuat. Karakter seperti Wrench yang selalu hadir dengan topeng kerennya misalnya, punya alasan yang cukup bisa dimengerti mengapa ia tak memperlihatkan wajahnya yang sebenarnya. Atau kehadiran karakter sepert Josh – seorang autis di DedSec yang seperti menyimbangkan karakter lain yang terus bergaya super keren di sana-sini. Mereka tak terasa seperti “Hekel” dan itu adalah pendekatan yang baik.


Lagipula, tak seperti seri pertama, Watch Dogs 2 tak pernah melihat dirinya sendiri sebagai sebuah game serius. Dari semua pendekatan yang mereka ambil, dari presentasi dan sejenisnya, sudah jelas bahwa mereka berusaha menghadirkan atmosfer yang lebih menyenangkan. Mereka menghadirkan beberapa karakter yang merujuk jelas pada karakter di dunia nyata, dari Knight Rider hingga Donald Trump sekalipun. Mereka bahkan tak ragu untuk menertawakan diri mereka sendiri dengan salah satu misi yang memungkinkan Anda untuk tak hanya mengunjungi kantor Ubisoft itu sendiri, tetapi juga mencuri sebuah trailer yang diceritakan belum dirilis. Kerennya lagi? Trailer yang “bocor” ini sendiri memang merupakan produk yang hendak diperlihatkan dan tengah dikerjakan oleh Ubisoft itu sendiri.
Pendekatan seperti ini memang terasa jauh lebih baik dibandingkan seri pertama. Suasana yang lebih fun, tetapi juga didukung dengan cerita yang cukup untuk menampar sisi emosional Anda di beberapa titik, pendekatan atmosfer seperti ini membuat Watch Dogs 2 menjadi jauh lebih bisa dinikmati. Fokus cerita yang dititikberatkan pada masalah yang berhubungan erat, seperti ketersediaan informasi secara publik dan sejenisnya juga menangkap daya tarik Watch Dogs sebagai franchise dengan lebih tepat. Ini adalah arah yang tak mungkin Anda temukan di game open-world yang lain. Arah yang menurut kami, sudah seharusnya.
Kesimpulan

Maka seperti apa yang dicapai Ubisoft dari Assassin’s Creed pertama ke Assassin’s Creed 2, Watch Dogs 2 merupakan penyempurnaan dari begitu banyak elemen yang sempat ditawarkan oleh Watch Dogs pertama. Kalimat yang sepertinya sudah cukup untuk menggambarkan pengalaman seperti apa yang akan Anda dapatkan di sini. Sebuah kota hidup yang bisa Anda eksplorasi bebas dari menit pertama tanpa lagi mengandalkan sistem tower sama sekali adalah keputusan “ekstrim” yang fantastis dari Ubisoft. Kebebasan memilih metode untuk menyelesaikan tiap misi, desain dan varian misi yang menggoda, hingga konten cerita lebih ringan yang bahkan tak ragu untuk menertawarkan diri sendiri membuat seri ini berakhir luar biasa. Ubisoft terlihat belajar banyak dari apa yang gagal mereka tawarkan di seri sebelumnya, berbenah, dan menghasilkan sebuah game open-world Watch Dogs yang selama ini Anda inginkan.
Walaupun demikian bukan berarti game ini datang tanpa kekurangan sama sekali. Minimnya sistem moral dan tak ada perbedaan signifikan dari sisi cerita ketika Anda memainkan game ini secara frontal ataupun stealth menghasilkan sensasi cerita yang tak terasa rasional. Kasus sama yang sempat kami rasakan di Infamous: Second Son dahulu. Bahwa game ini akan lebih sempurna jika seberapa kejam aksi Anda memang bisa berujung pada respon berbeda teman-teman DedSec Anda atau penduduk kota pada citra DedSec itu sendiri. Sesuatu yang tak ditawarkan di sini. Ada harapan yang besar pula bahwa ada alternatif lebih banyak senjata, gadget, atau objek apapun yang bisa Anda beli dengan uang di luar sekedar pakaian dan mobil saja.
Namun terlepas dari kekurangan tersebut, Watch Dogs 2 adalah sebuah game open-world yang pantas untuk diacungi jempol. Struktur dengan kebebasan yang selama ini jarang Anda temukan di game-game open-world racikan Ubisoft adalah sebuah pendekatan positif yang pantas untuk disambut baik. Jika Watch Dogs 2 akan jadi awal dari perubahan ekstrim yang hendak dilakukan Ubisoft dengan genre yang satu ini di masa depan, kami sangat tertarik untuk mengantisipasinya.
Kelebihan
- Kota yang hidup
- Kebebasan metode menyelesaikan misi
- Tanpa sistem tower
- Atmosfer yang lebih menyenangkan dibandingkan seri pertama
- Kesempatan eksplorasi bersama teman di Multiplayer
- Tingkat kesulitan yang cukup menantang di Normal sekalipun
- Ukuran kota yang kecil tapi padat
- Tokoh antagonis yang tak sekedar berbasis otot
- Item kosmetik keren
- Musik yang terasa pas
Kekurangan

- Tak ada konsekuensi jelas dari tiap aksi, bermain brutal atau aman
- Uang yang difokuskan hanya di kosmetik
Cocok untuk gamer: pencinta genre open-world, penyuka seri pertama Watch Dogs
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan aktivitas sebanyak GTA V, lebih suka dengan sistem menara Ubisoft