Review Outlast 2: Tidak Lebih Baik!

Reading time:
May 10, 2017

Mari Bicara Soal Senjata

Haruskah game horror
Haruskah game horror “memaksakan” bahwa karakter utama mereka tak bersenjata?

Ada satu plot diskusi menarik yang kami temukan di situs komunitas – Reddit ketika berselancar di dunia maya beberapa waktu lalu. Game horror memang terlihat menemukan format optimalnya lewat desain karakter utama yang tidak bisa melawan. Namun apakah ini berarti bahwa ini adalah sebuah “keharusan”, apalagi jika ia justru mulai menabrak batas-batas cerita yang justru membuatnya tak terasa rasional. Popularitas Amnesia atau Slenderman, atau bahkan Outlast pertama memang membuat banyak developer bersikukuh, namun di sisi lain, Capcom berhasil membuktikan bahwa perasaan menyeramkan tersebut tidak selalu hadir karena “absennya senjata”, selama mereka berhasil meracik atmosfer atau desain musuh yang tepat. Ini tentu adalah diskusi “panas” yang menarik.

Frictional Games – developer di balik Amnesia dan SOMA menyebut bahwa setidaknya ada 6 alasan mengapa banyak game horror meracik karakter protagonis yang tidak dapat melawan: (1) untuk membentuk karakteristik karakter yang sesuai (2) membuat monster terasa lebih mengancam (3) membuat imajinasi gamer lebih aktif untuk memecahkan masalah (4) menciptakan rasa paranoid (5) membuat objek / musuh di dalam game terasa lebih bermakna dan (6) memastikan tidak membuat sisi aksi jadi solusi. Apa yang diungkapkan oleh Frictional Games ini tentu saja sesuatu yang rasional dan memang ditawarkan oleh Outlast 2 dari Red Barrels. Lantas, mengapa diskusi ini muncul?

Karena setting Outlast 2 membuat si karakter utama sebenarnya berhadapan dengan banyak objek yang bisa ia gunakan untuk mempertahankan diri. Di sepanjang perjalanan, ia bertemu dengan banyak alat pertanian yang terbuat dari besi, dari sekedar pitchfork, cangkul, hingga parang sekalipun yang tergeletak begitu saja. Secara rasional, manusia manapun secara instingtif akan mengambil “senjata” ini sebagai alat pertahanan diri jika berada di situasi yang benar-benar mengancam. Terlepas apakah ia akan menggunakannya atau tidak, ini adalah reaksi yang seharusnya “normal”. Tetapi di Outlast 2, Blake justru mengabaikan semua potensi benda yang mungkin menyelamatkan dirinya tersebut dan lebih berfokus pada satu hal – video kamera yang terus ia tenteng dan kehilangan relevansinya seiring dengan progress cerita. Hal inilah yang memicu diskusi panas soal apakah memang game horror harus tak bisa melawan?

Secara rasional, sudah menjadi insting manusia untuk mempersenjatai diri ketika ada sumber ancaman. Blake punya banyak kesempatan untuk itu.
Secara rasional, sudah menjadi insting manusia untuk mempersenjatai diri ketika ada sumber ancaman. Blake punya banyak kesempatan untuk melakukan hal itu.
Keengganan Blake untuk mempersenjatai diri justru membuat karakternya terasa absurd.
Keengganan Blake untuk mempersenjatai diri justru membuat karakternya terasa absurd.

Sebagai gamer yang tak terlalu menyukai format karakter protagonis yang tidak bisa melawan, kami selalu dengan tangan terbuka menyambut implementasi senjata apapun tanpa mengubah game horror tersebut menjad game action. Red Barrels sebenarnya punya segudang opsi untuk membuatnya rasional, tetapi tetap tidak membuat Outlast 2 berubah jadi game yang berbeda.

Mereka bisa membuat senjata yang diambil Blake tidak didesain untuk membunuh, misalnya, tetapi juga membuat musuh dalam posisi “stun” selama beberapa detik, misalnya. Ini tidak akan membuat elemen ketegangan berkurang,  tetapi rasional di saat yang sama. Atau seperti sistem yang dilakukan Nintendo di Breath of the Wild, mereka bisa membuat tiap senjata ini punya limitasi jumlah penggunaan, namun tetap dengan damage super kecil di musuh manapun yang hendak mereka serang. Seperti halnya yang dilakukan Creative Assembly di Alien: Isolation, flamethrower yang digunakan Ripley lebih difokuskan untuk membuat si sumber ancaman menghindar untuk beberapa waktu dan bukan membunuh. Sesuatu yang juga sepantasnya dipertimbangkan oleh Outlast 2, untuk setidaknya tak membuatnya berujung jadi game “sederhana” yang berujung mengandalkan hanya, sembunyi dan lari.

Bagaimana menurut Anda sendiri?

Kesimpulan

Outlast 2 jagatplay (216)
Outlast 2 harus diakui tetap sebuah game horror yang solid namun sayangnya, tak bisa disebut fantastis.

Outlast 2 adalah sebuah game horror yang bisa disebut, memenuhi apa yang Anda harapkan darinya. Walaupun harus diakui ia tidak semenyeramkan dan sebaik kualitas seri pertamanya, tetapi Red Barrels tetap pantas untuk mendapatkan acungan jempol terkait ragam hal baru yang berusaha ia jajal dengannya. Mereka tetap berhasil membangun dengan atmosfer yang luar biasa, lengkap dengan bukti tindak kekerasan brutal yang eksplisit serta beragam scene yang akan membuat Anda mengernyitkan dahi dan bahkan, memalingkan wajah dari layar kaca untuk beberapa waktu. Dunia yang luas dan kualitas visualisasi yang fantastis juga membuat game ini tampil sebagai game horror yang akan membawa Anda pada konsep film horror era 80/90-an yang berkaitan dengan sekte agama sesat, namun kini dalam format yang lebih interaktif. Sementara dari sisi gameplay, Anda yang sudah mencicipi atau sekedar mengetahui apa itu Outlast akan mendapatkan apa yang Anda bayangkan. Apalagi, ia juga sepertinya membangun benang merah dengan seri sebelumnya dengan cara yang jenius.

Walaupun demikian, harus diakui, Outlast 2 bukanlah game yang sempurna. Konsep dunia lebih luas yang ia tawarkan justru berujung jadi pedang bermata dua. Bahwa tak seperti seri pertama yang menguatkan kata kunci “terperangkap” sebagai bagian dari pengalaman, seri kedua ini justru akan membuat Anda melewati lebih banyak proses trial dan error untuk sekedar mencari jalan menuju ke tempat selanjutnya, yang biasanya dihiasi dengan kegiatan berlari, belari, belari, dan lebih banyak berlari. Hingga cukup untuk membuat sesi halusinasi Blake justru terasa lebih mencekam.

Namun terlepas dari kekurangan tersebut, Outlast 2 harus diakui tetap sebuah game horror yang solid namun sayangnya, tak bisa disebut fantastis. Tetapi perlu diingat, dengan harga jual yang ia tawarkan, setidaknya untuk versi PC, Outlast 2 akan menawarkan apa yang dibutuhkan, diinginkan, dan diimpikan oleh gamer pecinta genre horror

Kelebihan

It's raining blood..
It’s raining blood..
  • Kualitas visualisasi memesona
  • Sesi gameplay halusinasi Blake yang super duper menyeramkan
  • Benang merah cerita dengan seri sebelumnya yang “misterius”
  • Gore eksplisit, tanpa sensor
  • Desain karakter yang fantastis
  • Atmosfer yang tetap cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding

Kekurangan

Ketika berlari secepat mungkin menyelesaikan semua masalah.
Ketika berlari secepat mungkin menyelesaikan semua masalah.
  • Bukan lagi game “petak-umpet” dan lebih banyak berlari
  • Minim puzzle
  • AI bisa mengetahui posisi Anda tanpa alasan jelas
  • Plot cukup membingungkan

Cocok untuk gamer: pencinta Outlast pertama, pencinta game horror klasik yang punya tema sekte sesat di dalamnya

Tidak cocok untuk gamer: yang tidak senang dengan game horror tanpa mampu melawan, potensi sakit jantung

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…

PlayStation

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…

Nintendo

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…