Review ARMS: Tinju-Meninju Menyenangkan!
Maksimal dengan Joy-Con!
ARMS sepertinya didesain dengan dua tujuan utama: mereka ulang kesuksesan untuk bereksperimen dengan sebuah genre solid sebelumnya seperti yang Nintendo lakukan dengan Splatoon, dan tentu saja, memperlihatkan kehebatan Joy-Con dalam sebuah mekanik gameplay yang lebih serius. Untuk urusan yang terakhir ini, ARMS memang memperlihatkan bentuk gemilangnya. Ia memang didesain untuk bisa dimainkan dengan cara konvensional, dimana Anda bisa menggunakan Pro Controller atau memainkannya layaknya seperti game fighting pada umumnya dengan tombol untuk mengeksekusi perintah yang ada. Namun daya tarik utamanya tentu ada pada Joy-Con.
Dengan masing-masing satu Joy-Con di tangan, Anda memang disarankan untuk memainkan ARMS dengan menggunakan teknologi motion sensor yang ia usung. Harus dipegang dengan posisi tertentu layaknya sebuah sarung tinju, Anda harus melakukan jab di dunia nyata untuk menggerakkan masing-masing tangan. Hampir semua gerakan standar, seperti bergerak atau bertahan juga dieksekusi dengan mekanisme yang sama. Anda bisa mengarahkan tangan Anda masing-masing ke tangan lainnya untuk bertahan, dan juga sekedar memiringkannya untuk bergerak ke depan, belakang, atau ke samping. Anda juga bisa mengarahkan dua tangan sekaligus untuk menarik dan membanting musuh yang ada. Di sinilah, “seni” ARMS muncul. Karena pada akhirnya, ia bukan sebuah game yang bisa dimenangkan dengan hanya dengan Anda memukul meninju membabi buta.
Acungan jempol pantas diarahkan pada seberapa akurat dan sensitifnya Joy-Con ketika membaca gerakan Anda. Ia begitu sensitif, hingga gerakan kecil saja sudah cukup untuk membuat karakter Anda bergerak atau memukul. Namun inti dari ARMS, seperti game fighting pada umumnya, adalah sebuah game yang butuh strategi tersendiri untuk dimenangkan. Menentukan timing yang tepat kapan untuk menyerang atau bertahan hanyalah satu dari sedikit strategi yang bisa ditempuh. Mengapa? Karena tiap karakter juga punya kemampuan lain seperti melompat dan melakukan dash untuk bergerak lebih cepat dalam waktu singkat. Tiap karakter juga akan memiliki bar power untuk melancarkan serangan spesial yang melemparkan pukulan bertubi-tubi dengan damage besar.
Kompleksitas tak hanya berhenti di sana saja. Karena seperti game fighting pada umumnya pula, tiap karakter yang ditawarkan oleh ARMS tidak hanya berbeda secara visual saja, tetapi juga mengusung karakterisitik uniknya masing-masing. Ada karakter yang tak mudah stagger, ada karakter yang bisa melompat dua kali, ada karakter yang bisa melancarkan dash dengan menghilang, dan sejenisnya. Keunikan yang cukup untuk membuat gamer akan berujung memiliki karakter favorit-nya masing-masing. Menariknya lagi? Tak hanya dari keunikan skill saja, tiap karakter juga akan dipersenjatai dengan varian sarung tinju yang bisa mereka gunakan. Tak hanya damage, beberapa dari senjata ini juga punya sifat dan efeknya masing-masing.
Senjata aka sarung tinju juga menjadi salah satu bagian tak terpisahkan dari ARMS itu sendiri. Bahwa, sama seperti keunikan tiap karakter yang punya sifat dan gerakan yang berbeda, ia juga didesain dengan tak hanya berbeda dari sisi visual. Sarung tinju ini juga dibagi ke dalam kategori yang lebih umum, seperti berat, misalnya. Sarung tinju standar yang ringan akan mampu bergerak lebih cepat, sementara yang lebih berat, akan bergerak lebih lambat namun mampu “menangkal” sarung tinju yang lebih ringan jika dilontarkan oleh musuh secara bersamaan. Sarung tinju ini juga punya beragam efek unik, seperti menghasilkan serangan elemen berbasis api atau angin, membekukan musuh, berujung jadi senjata proyektil ala bumerang yang dapat kembali, hingga berujung menjadi senjata proyektil milik laser. Tiap gamer bisa menentukan untuk menggunakan varian sarung tinju seperti apa yang hendak mereka kenakan di setiap tangan yang ada.
Secara garis besar, gameplay yang ditawarkan ARMS, terutama jika dimainkan dengan Joy-Con memang terasa unik dan inovatif di saat yang sama. Namun bukan berarti, ia datang tanpa kekurangan. Sebagai seorang gamer bertubuh besar yang seringkali mengeksekusi gerakan secara berlebihan, kami sangat menyayangkan bahwa game seperti ini tidak menghadirkan fitur kalibrasi khusus untuk memfasilitasi hal tersebut. Hingga yang sering terjadi adalah kesalahan mengarahkan pukulan karena gerakan kami yang seringkali berakhir terlalu “besar”. Keinginan memukul lurus berakhir dengan pukulan hook yang terlalu ke kanan atau ke kiri, sehingga harus senantiasa mengingatkan diri sendiri bahwa musuh yang ingin Anda hajar berada di depan.
Di atas kertas, ARMS adalah sebuah game fighting yang “sederhana”. Bahwa tak ada kompleksitas yang membuat Anda harus menghafal atau memahami setiap gerakan yang ada. Namun kesederhanaan ini justru jadi daya tarik yang unik darinya. Bahwa seperti halnya game-game Nintendo saat ini, gamer yang masih pemula sekalipun bisa langsung menikmatinya dari awal dan bersenang-senang. Tetapi di sisi lain, untuk mereka yang menikmatinya lebih serius, ada ruang untuk itu.
Pengalaman Multiplayer Super Menyenangkan
Harus diakui, ARMS bukanlah sebuah game yang menarik untuk dicicipi seorang diri secara offline. Tanpa mode cerita untuk menjelaskan latar belakang cerita atau menambah nilai plus untuk semesta yang mereka racik ini, menyelesaikan 10 pertandingan GrandPrix akan mudah terasa membosankan. Walaupun pada akhirnya, Anda selalu bisa meningkatkan tingkat kesulitan yang ada pelan tapi pasti, untuk menawarkan ekstra tantangan. Sulit untuk dipungkiri, bahwa daya tarik utama ARMS ada di mode multiplayer yang ada.
Melihat sekelibat menu yang ditawarkan, Nintendo sepertinya memang menjadikan mode ini sebagai fokus. Anda bisa memainkan mode multiplayer ini secara offline, dengan metode split-screen, yang kerennya juga bisa dilakukan dengan menggunakan 1 Joy-Con saja. Namun untuk Anda yang punya koneksi internet stabil, kesempatan untuk bertarung dengan gamer dari seluruh dunia juga terbuka dengan dua mode terpisah – Party Mode yang didesain untuk fun dan Ranked Match yang lebih didesain untuk pertarungan yang lebih serius.
Cara Nintendo mengeksekusi mode yang satu ini memang pantas untuk diacungi jempol. Dari sekedar presentasi visual yang tak sekedar memperlihatkan nama Anda dan orang-orang yang berada di room yang sama, tetapi presentasi visual untuk itu. Anda akan melihat ikon karakter yang Anda pilih bersama nama yang Anda usung berputar dan berada dalam satu ruang bersama dengan ikon karakter dan nama user yang lain. Game akan secara konsisten mencarikan dan memasang-masangkan nama-nama ini untuk bermain bersama. Ia juga akan secara gamblang memperlihatkan siapa saja yang berhasil menang, berujung kalah, atau masih sibuk dengan game yang ada.
Lantas, apa yang membuat mode multiplayer ini menyenangkan? Karena pada akhirnya, ARMS berhasil memastikan bahwa ia tak “hanya” sebuah game fighting yang meminta Anda untuk bertarung satu sama lain hingga tewas. Nintendo juga menyuntikkan banyak mode di dalamnya untuk memastikan pengalaman yang senantiasa menyegarkan, dimana Anda senantiasa dipasangkan. Ada mode dimana seperti halnya permainan bola voli, Anda harus memukul sebuah bola untuk mendarat di lapangan milik tim musuh. Ada mode Skillshot – dimana Anda harus mengumpulkan point sebanyak mungkin dengan memukul target yang muncul di tengah lapangan. Ada mode ala bola basket dimana Anda harus “menyarangkan” musuh Anda ke keranjang dengan bantingan.
Sementara dari sisi pertarungan, ia tidak selalu soal bertarung 1 vs 1. Mode multiplayer ini juga memuat beberapa mode lainnya yang membuat ARMS ini berujung semakin seru. Ada pertarungan Free for All, dimana 3 gamer akan langsung bertarung satu sama lain di satu arena yang sama. Ada mode Tag Team juga, dimana mode pertarungan berujung dalam format 2 vs 2. Tak hanya sekedar bertukar pukulan saja, Anda juga bisa membantu teman Anda yang tengah diserang dengan menyerang sang pelaku utama. Yang lebih kerennya lagi? Ada mode yang mirip dengan “Raid”. Bahwa alih-alih bertarung satu sama lain, Anda dan tiga orang lainnya akan berupaya menundukkan satu karakter NPC dengan damage dan HP yang cukup berbahaya.
Satu-satunya kekurangan yang harus dihadapi oleh gamer Switch, adalah fakta bahwa mode multiplayer ini memang hanya mendukung region yang didukung oleh Switch saja. Jika Anda menuliskan “Indonesia” sebagai region Anda misalnya, Anda akan disambut dengan halaman yang menuliskan bahwa negara kita tidak didukung dengan mode multiplayer ini. Kondisi yang mengharuskan kami untuk mengakses akun kami lewat situs Nintendo dekstop dan mengubah region asal kami menjadi Amerika Serikat untuk bisa menikmatinya. Cukup menyedihkan, memang.