Review PYRE: Pantang Pulang Sebelum Padam!
Sayangnya, Lemah

Sayangnya, jika harus dibandingkan dengan apa yang berhasil mereka capai dengan Bastion dan Transistor di masa lalu, kami sepertinya harus menyebut PYRE sebagai judul “terlemah” dari sejauh yang mereka racik. Kami memang jatuh hati pada presentasi atau musik, hingga cerita dan karakter yang ia tawarkan, namun di sisi lain, sulit untuk tidak mengakui bahwa ada pilihan desain yang justru berakhir membuatnya terasa membosankan dan repetitif. Pengalaman yang mau tak mau, akan Anda rasakan nantinya.
Masalah pertama, seperti yang sempat kami bicarakan sebelumnya, adalah masalah desain. Terlalu mirip dengan game visual novel yang mengandalkan cerita pada baris teks demi baris teks, sisi eksplorasi PYRE sebagai game RPG benar-benar tak dimanfaatkan lebih jauh. Dunia indah yang ditawarkan Supergiant Games berakhir menjadi pilihan-pilihan rute kecil dengan konsekuensi dan gerak karavan otomatis yang menyertainya, alih-alih membuka kesempatan bagi gamer untuk menjelajahi dan menemukan rahasianya sendiri. Tidak ada pertarungan kejutan, tidak ada rahasia yang bisa Anda cari, tidak ada quest sampingan untuk dinikmati. Ia adalah sebuah game linear dengan pilihan yang minim konsekuensi, kecuali di akhir-akhir permainan. Dunia ini berujung menjadi sekedar opsi demi opsi yang perlu Anda ambil, tak lebih.


Masalah kedua, ada pada desain cerita itu sendiri. Jika sebagian besar game menawarkan garis cerita yang lurus untuk membangun konflik, klimaks, dan kemudian konklusi, Supergiant Games justru menawarkan sebuah langkah yang mirip dengan apa yang ditempuh Yoko Taro dengan NieR: Automata. Sebuah siklus tak berkesudahan untuk menjustifikasi dunia kecil dan terbatas yang mereka tawarkan. Bahwa untuk mendapatkan ending yang sesungguhnya, Anda harus melewati ritual ini berulang-ulang kali, singgah di dunia yang sudah Anda kenali sebelumnya, dan bertarung dengan musuh yang sebenarnya, sudah sempat Anda lawan di masa lalu. Hingga pada titik, siklus yang terjadi cukup banyak kali ini akhirnya mendorong progress cerita dan mengakhirinya secara tuntas. Setiap siklus ini memang dipengaruhi oleh keputusan Anda di siklus sebelumnya, namun tak terasa begitu signifikan.
Masalah ketiga, terletak pada sisi gameplay itu sendiri. Menikmati mekanik gameplay dasarnya yang unik memang menyegarkan di awal, namun begitu Anda menjajalnya lebih lama, maka menemukan bahwa tak banyak hal baru bisa diantisipasi darinya bisa dibilang mengecewakan. Bahwa satu-satunya cara untuk membuatnya terasa lebih sulit adalah dengan mengaktifkan beragam modifier TITANS yang ada. Sementara jika hanya bergerak sesuai cerita, situasi, arena, hingga jalannya pertarungan akan terasa sama dari satu siklus ke siklus lainnya, seperti mencicipi skenario yang serupa berulang kali. Percaya atau tidak, dari semua Rites yang harus Anda hadapi, hanya satu Rites saja yang terasa berbeda karena ia memuat ragam meteor jatuh yang bisa membunuh karakter secara instan. Dari dua puluh Rites lebih, hanya satu yang terpikirkan untuk punya sesuatu yang baru dan berbeda di sana.


Percaya atau tidak, kelemahan ini justru membuat PYRE sulit untuk dinikmati seiring dengan progress permainan berjalan. Bahwa banyak hal baru dan menyegarkan yang ia usung berakhir tak lebih dari sekedar tugas dan tanggung jawab untuk mencapai ending terakhir yang sesungguhnya, tanpa bisa menawarkan sensasi yang baru dan berbeda. Memang, terhitung cukup sedih dan juga, mengecewakan. Hadirnya mode multiplayer “Versus” yang tak bisa diakses secara online juga seolah menjadi bumbu ekstra untuk mempertebal kelemahan tersebut.
Musik
Berita baiknya? Salah satu kekuatan utama game-game racikan Supergiant Games, yakni musik, kembali tampil fenomenal di PYRE ini. Bahwa ciri khas musik yang bisa Anda dapatkan di Bastion atau Transistor yang beragam, termasuk yang memuat vokal di dalamnya, juga ditawarkan di sini. Dipadukan dengan scene yang pantas dan emosional, ia memuat lusinan lagu yang punya kepantasan untuk berakhir di pemutar musik digital sehari-hari Anda tanpa ragu.
Ada lagu dengan vokal seperti “In the Flame”, “Vagrant Song”, dan “Bound Together” yang membuat sensasi petualangan Anda menguat. Jenis OST pengiring yang tepat untuk menemani aksi Anda menjelajahi sebuah dunia antah berantah yang penuh ancaman dan perjuangan. Namun tak harus dengan vokal, tidak sedikit juga varian musik lain yang siap untuk menyemangati Anda di ragam situasi yang ada. Ada musik lebih keras seperti “Trash Pack” yang membuat Anda bersemangat, ada musik penuh alunan kepahlawanan seperti “Knights of the Sea”, hingga yang lebih aktif seperti “Path to Glory” misalnya.
Supergiant Games juga sepertinya memahami bahwa musik memang menjadi salah satu kekuatan produk mereka selama ini. Tidak hanya mendistribusikannya sebagai bonus untuk ragam pre-order digital yang ada, termasuk di Steam, mereka juga memutuskan untuk merilis kesemua lagu-lagu tersebut secara resmi via channel resmi Youtube mereka secara resmi. Amazing..