Review Divinity – Original Sin 2: Nyaris Sempurna!
Tidak Mudah

Tetapi tetap saja, sebagai game RPG, pertarungan akan menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari Divinity: Original Sin 2. Dan yakinlah, ia akan memuat sistem pertarungan yang tidak akan sesederhana yang Anda bayangkan. Di tingkat kesulitans seharusnya – “Classic”, inti memenangkan pertarungan akan sangat bergantung pada begitu banyak proses trial dan error, dan tentu saja, memanfaatkan secara optimal fungsi Quick Save dan Quick Load yang ditawarkan. Karena alih-alih sekedar datang dan menyerang, ia akan menuntut banyak hal untuk dipikirkan, dari penempatan karakter, tinggi medan pertarungan, hingga sekedar skala prioritas.
Untuk bergerak dan beraksi, setiap karakter akan dibekali dengan AP (Action Points) hingga maksimal 6 buah AP / turn. Setiap aksi, dari bergerak menuju titik tertentu, menyerang, hingga menggunakan skill tertentu akan mengorbankan sejumlah AP, yang kemudian akan kembali ke turn selanjutnya. Setiap skill, tergantung dari intensitas dan damagenya, tentu menuntut jumlah AP berbeda. Semakin besar damage yang dihasilkan, biasanya semakin besar pula jumlah AP dituntut.

Sementara, setiap karakter akan dibekali dengan tiga buah bar untuk memperlihatkan ketahanan Anda pada serangan tertentu. Ada bar HP, yang tentu saja, akan menentukan “nyawa” Anda sebelum tewas jika ia berakhir dengan angka “0”. Sebagai lapisan untuk melindungi HP itu sendiri, Divinity: Original Sin 2 menyediakan dua bar ekstra lainnya – Physical Armor (berwarna abu-abu) dan Magic Armor (berwarna biru) sebagai bar tambahan. Benar sekali, setiap armor ini akan melindungi Anda dari jenis serangan tertentu. Serangan fisik akan mencederai Physical Armor terlebih dahulu, sementara serangan magis akan menghabisi Magic Armor. Begitu keduanya sudah terkuras, Anda baru berkesempatan untuk mulai mengurangi HP milik musuh.
Kehadiran Physical dan Magic Armor juga akan mempengaruhi ketahanan karakter Anda pada efek status tertentu. Sebagai contoh? Jika Anda mendapatkan atau melontarkan serangan fisik bernama Cripple yang membuat target tidak bisa bergerak, efek ini baru akan masuk jika Physical Armor milik target memang sudah terkuras habis. Namun jika ia masih memiliki Physical Armor di dalamnya, maka yang masuk adalah sekedar damage tanpa status Cripple yang ada. Hal yang sama juga terjadi dengan status effect yang melibatkan Magic, seperti Impale atau Scare misalnya yang juga akan terlindungi selama Anda memiliki Magic Armor. Hasilnya adalah pemahaman strategis untuk kapan menggunakan skill Anda yang mungkin, mampu menghasilkan efek negatif sampingan pada karakter musuh yang ada.


Yang menarik, karakter musuh yang Anda hadapi juga akan punya karaktistik berbeda terkait equipment dan jenis Armor utama yang mereka usung, misalnya. Karakter musuh sekelas Paladin misalnya, akan punya armor fisik yang tinggi, tetapi terkadang – punya armor magic yang rendah. Hingga terkadang lebih efektif untuk terus menghajar dan membunuhnya dengan magic, daripada berusaha menghabisi bar armor fisiknya yang begitu tebal. Namun tidak jarang pula Anda bertemu dengan karakter boss, manusia ataupun non-manusia, yang biasanya hadir dengan dua bar yang sama tebalnya dan juga ekstra kemampuan baru untuk membuat pertarungan menjadi lebih menantang.
Lantas, apa yang membuat kami menyebutnya tidak mudah? Pertama, karena seperti halnya mereka, Anda juga karakter yang rapuh. Bahwa berusaha menundukkan musuh yang menguasai Anda dari segi kuantitas bukanlah sesuatu yang rasional. Untungnya, ada mekanisme yang sempat kami bicarakan sebelumnya, yang memungkinkan Anda memanipulasi tidak hanya musuh Anda, tetapi juga lingkungan yang Anda. Membuat mereka terbakar, menghalangi jalan mereka dengan lebih banyak kolam racun, hingga berusaha menyentrum mereka dengan magic Air dan Listrik di saat yang sama adalah strategi yang efektif. Dengan memosisikan karakter sesuai peran, seperti Ranger yang bisa Anda posisikan tinggi dan jauh sebagai damager juga akan memungkinkan Anda untuk mencapai efektivitas damage yang dibutuhkan. Namun sekali lagi, ingat, bahwa komposisi party selalu bergantung pada kebebasan Anda untuk memilih. Sementara efektivitasnya juga akan bergantung pada skill seperti apa yang Anda pilih dan racik utnuk setiap karakter yang ada.
Karena tidak seperti game RPG yang lain, “kelas” bukanlah sesuatu yang akan menghambat apa yang bisa / tidak bisa Anda lakukan dengan karakter Anda. Yang akan menentukannya justru adalah alokasi skill point, status, dan talenta seperti apa yang Anda kejar. Bukan tidak mungkin, bahwa beberapa karakter akan menjalankan dua atau tiga job bersamaan. Seperti yang kami lakukan dengan karakter Undead kami – Fane yang di awalnya, merupakan penyihir berbasis Spell Api. Setelah terus menaikkan skill Pyrokinetic yang membuat damage berbasis spell api-nya terus meningkat dan efektif, kami memutuskan untuk menyerahkan peran kedua untuknya – Necromancing. Bahwa tidak sekedar mampu memanggil api, ia kini juga bisa menciptakan monster menyeramkan untuk membantu Anda dalam pertempuran. Sama halnya yang kami lakukan dengan tanker kami yang juga difokuskan untuk mampu merefleksikan damage yang ia dapatkan lewat status bernama “Retribution”, untuk membuat perannya lebih efektif. Kerennya lagi? Dengan sebagian besar skill dan spell yang bisa Anda pelajari lewat ragam buku yang dijual di merchant, Anda selalu punya ruang untuk membangun karakter seperti apa yang Anda butuhkan.


Satu hal penting lainnya yang harus diperhatikan dalam pertempuran adalah sifat dan status karakter yang berbeda-beda. Karakter Undead misalnya, musuh ataupun teman, akan punya karakteristik berbeda dengan makhluk hidup yang lain. Mereka misalnya akan tercederai dengan magic Healing dan hanya bisa disembuhkan dengan racun saja. Undead juga tidak berkeberatan dan tidak akan cedera jika masuk ke dalam “awan” bernama Deathfog yang akan membunuh yang lain secara instan. Kemudian, ada status efek lain seperti “Decaying” misalnya yang mungkin disematkan karakter musuh pada karakter Anda. Selama Anda terkena status yang satu ini, segala macam bentuk healing akan berakhir menjadi damage, terlepas apakah Anda Undead ataupun bukan. Jadi belajar untuk memahami situasi yang terjadi pada saat pertempuran juga esensial. Anda yang berdiri di atas genangan air misalnya, akan rentah terkena Status “Shock” jika musuh menggunakan magic listrik atau justru berakhir membeku dan kehilangan turn, jika mereka menggunakan status Magic. Menimbang kemana Anda harus bergerak, apakah Anda harus menghindar, dan sejenisnya akan sangat membantu Anda.
Seiring dengan progress permainan, Anda juga akan bertemu dengan resource lain bernama – Source. Anda bisa menyederhanakannya sebagai sebuah serangan “Ultimate” dengan bar berbentuk permata yang berbeda. Tergantung pada status yang Anda naikkan, tiap karakter akan bisa menggunakan Source ini untuk mengakses lebih banyak aksi dan fungsi keren lainnya. Anda bisa menggunakannya untuk menggunakan “Bless”, yang tidak hanya menghapus status efek karakter saja, tetapi juga bisa meningkatkan level elemen untuk permukaan apapun yang tengah Anda tijak. Jika Anda berdiri di atas air misalnya, dan menggunakan Bless di atas air tersebut, maka ia akan berubah fungsi menjadi “Holy” dan menjadikan area sekitarnya sebagai tempat untuk Healing. Begitu juga dengan api, dll. Setiap karakter juga bisa menggunakan Source ini untuk mengakses varian skill spesifik mereka masing-masing yang tentu saja, akan membantu Anda dalam pertempuran.

Maka dengan semua kombinasi ini, maka pertarungan di Divinity: Original Sin 2 akan terus menantang Anda. Bahwa tidak sekedar masuk, bertarung, dan berharap menang, ada level strategi yang harus Anda pikirkan dan rencanakan dengan matang sebelum mengujinya di medan pertempuran. Untungnya, fungsi Quick Save dan Quick Load yang ada akan siap memastikan Anda tidak berakhir menangis setelah pertarungan-pertarungan ini berakhir. Percayalah, ia siap untuk menguji kesabaran Anda.
Cheese

Maka dengan kombinasi kebebasan dan tingkat kesulitan permainan tinggi seperti ini, maka tinggal menunggu waktu hingga Anda akan mencari cara untuk melakukan “Cheese”. Untuk Anda yang tidak terlalu familiar dengan istilah ini, kita tentu saja tidak bicara soal keju yang mungkin Anda temukan di roti panggang Anda pagi ini. Cheese lebih bisa disederhanakan sebagai kalimat untuk mewakili usaha gamer dalam mencari cara-cara konvensional untuk menyelesaikan satu masalah tertentu. Bahwa untuk menyelesaikan sebuah tantangan, mereka memikirkan cara yang mungkin tak pernah diprediksi oleh developer sebelumnya, dan kemudian mengeksploitasinya untuk keuntungan tertentu. Di Divinity: Original Sin 2, dengan semua kebebasan ini, Cheese adalah sesuatu yang absolut dan terkadang, esensial untuk Anda jajal.
Dari semua spell yang bisa Anda eksploitasi, Teleport sepertinya jadi senjata “Cheese” terbaik sejauh ini. Bahwa spell yang bisa Anda dapatkan cukup awal di permainan ini akan memungkinkan Anda untuk memindahkan NPC, musuh, hingga objek sekalipun dengan jarak yang cukup jauh. Dengan cara yang normal dan jujur, Anda bisa menggunakan Teleport untuk menarik satu musuh tersulit keluar dari grupnya agar bisa Anda atasi terlebih dahulu, sebelum berhadapan dengan kroni-kroninya yang tentu akan menyudutkan Anda dari segi kuantitas. Atau Anda bisa menggunakannya untuk memindahkan tong-tong yang mungkin berisi minyak atau racun misalnya ke dekat musuh yang ada, secara sembunyi-sembunyi, sebelum meledakkannya sebagai sebuah “kejutan”. Namun sulit untuk tidak diakui, bahwa ia juga jadi senjata utama untuk melakukan banyak aksi Cheese.


Salah satunya adalah memancing agro NPC. Anda merasa kesulitan untuk berhadapan dengan satu boss spesifik tertentu karena ia hadir dengan begitu banyak buff yang sulit diterima dengan akal sehat? Maka Anda selalu bisa memeriksa apakah di sekitarnya, Anda bisa menemukan camp ataupun kota dengan NPC atau tidak. Jika Anda merasa malas melawannya secara langsung, Anda bisa mencari cara untuk melakukan Teleport ke musuh tersebut, membawanya sedekat mungkin dengan NPC yang ada, membiarkan agro muncul, dan kemudian membiarkan sang NPC dan sang musuh saling berperang sampai mati. Tenang saja, selama Anda sempat menghasilkan damage di awal, Anda akan mendapatkan experience secara penuh selama si musuh tewas. Anda bisa menyeruput kopi dan menikmati kue serabi panas yang baru Anda beli selama proses ini.
Teleport juga bisa digunakan untuk melakukan Cheese yang “merusak” game itu sendiri, sesuatu yang juga sempat kami lakukan atas nama frustrasi. Melawan salah satu boss yang terus menggunakan “Shackle of Pain” secara permanen, sebuah skill yang membuat semua damage yang Anda layangkan ke boss kini juga harus dirasakan oleh player Anda, kami yang sudah menghabiskan waktu hingga 1,5 jam untuk mencari solusi akhirnya menggunakan cara Cheese paling “curang” yang bisa kami temukan. Bagaimana caranya? Dengan menggunakan Teleport, tentu saja. Untuk memastikan agro si boss tidak pernah terpicu dan Anda bisa menjalani pertempuran lebih mudah, kami memutuskan untuk terus melakukan Teleport, sembunyi, teleport, sembunyi, terus-menerus, hingga berhasil “membuang” boss ke area yang jauh. Membunuh musuh yang lain terlebih dahulu, ini memungkinkan kami berhadapan dengan si boss seorang diri.
Seiring dengan perjalanan yang Anda lewati, dengan lebih banyak pertarungan solid yang terkadang muncul dari desain boss yang terasa tidak seimbang, maka Anda akan menemukan banyak cara kreatif untuk melakukan aksi Cheese, terutama yang menjadikan Teleport sebagai fokus utama. Apalagi jika dieksekusi dengan jarak yang tepat, tak jarang target teleport Anda bahkan mengindahkan agro yang ada dan lebih berfokus berdiam di satu tempat saja. Ini akan membuat perjalanan Anda lebih sederhana di beberapa titik.