Review Star Wars Battlefront II: Jatuh ke Sisi Kegelapan!
Atmosfer yang Star Wars “Banget”

Anda selalu bisa mengandalkan DICE dan Frostbite Engine andalannya untuk menciptakan sebuah game yang tidak hanya sekedar punya visual memesona dari sisi teknis, dari sekedar detail hingga ragam efek tata cahaya yang diusung saja, tetapi tetap setia dengan atmosfer pondasi yang ada. Kekuatan yang sudah tercermin kuat dari seri pertamanya ini disempurnakan di seri kedua ini. Desain dunia yang lebih besar dan lebih beragam dari sisi konten, tetap dihadirkan dengan kualitas yang pantas untuk mendapatkan acungan jempol. Bagi penggemar fanatik Star Wars, ini adalah pengalaman interaktif yang siap untuk membuat mereka berteriak kegirangan, atau dalam batas yang lebih ekstrim, mimpi basah dengannya.
Kita tidak hanya sekedar bicara dari sisi visual saja, salah satu kekuatan lain yang mengakar dari seri teranyar ini juga terletak pada kualitas tata suara yang fantastis. Detail suara yang menjadi bagian tak terpisahkan dari Star Wars, dari sekedar bunyi Blaster hingga lightsaber yang khas akan mewarnai setiap aksi Anda, bahkan di momen yang kacau sekalipun. Seolah ingin memperkuat atmosfer agar lebih otentik dan epik, mereka juga menyematkan beberapa soundtrack khusus untuk beberapa momen yang ada. Anda misalnya, akan disambut dengan “Imperial March” begitu Anda menggunakan Darth Vader atau potongan instrumen “Duel of Fates” ketika memilih Darth Maul. Selalu menyenangkan untuk mendengar setiap tembakan atau ledakan muncul di pertempuran yang ada. Untuk mode campaign, voice actingnya terhitung baik.


Salah satu ketakutan yang mungkin terjadi, apalagi setelah apa yang terjadi dengan Mass Effect: Andromeda, adalah kemampuan DICE untuk menangani kualitas detail wajah di game yang satu ini. Harus diakui, ada plus dan minus di sini. Beberapa wajah karakter baru yang tidak punya keterikatan emosional sama sekali dengan Anda, seperti Iden Versio misalnya, terlihat fantastis di mode cerita yang ada. Apalagi lewat serangkain proses zoom-in pada bagian wajah yang terkadang mampu memotret emosi dengan cukup tepat. Berita buruknya? Masalah justru terjadi di karakter-karakter lebih ikonik seperti Luke Skywalker atau Leia Organa yang bentuk wajahnya tak bisa dibilang mirip dengan aktris / aktor versi filmnya di dunia nyata. Apakah ini pilihan desain yang sengaja atau tidak? Sulit untuk menyimpulkannya.


Pertarungan juga terasa epik berkat desain beragam dunia yang ia tawarkan di sini. Anda bisa merasakan bahwa setiap planet dimana Anda bertempur, dari Naboo yang membawa Anda bertempur di tengah kota, Kamino yang terus dihajar badai, hingga Kashyyyk yang terasa seperti sebuah planet tropis yang indah hadir dengan layout yang memanjakan mata. Detail untuk pertempuran dalam ruangan seperti di Death Star misalnya, juga tidak kalah fantastis. Anda bisa memerhatikan jelas bahwa DICE berupaya keras untuk mereplika dunia yang dicintai para fans dari Star Wars. Untuk mode pertempuran luar angkasa – Starfighter Assault, tata cahaya yang muncul dari bintang terdekat atau sekedar markas besar yang harus Anda hancurkan, menghasilkan pengalaman bermain yang lebih dramatis.
Maka di atas kertas, setidaknya dari sisi presentasi keseluruhan, Star Wars Battlefront II sebenarnya tampil memesona. Ada kerja keras terlihat untuk mempertahankan detail dan menghasilkan pengalaman bermain yang otentik di sana, baik dari sisi visual ataupun suara. Walaupun harus diakui, keputusan untuk menghadirkan kembali hero tak populer seperti Bossk alih-alih menawarkan karakter lebih ikonik seperti Obi Wan Kenobi atau General Grievous memang pantas untuk dipertanyakan.
Campaign yang “Meh”
Spoilers! Anda yang Benci Spoilers, Diharapkan Melewatkan Bagian Ini dan Langsung Menuju Halaman Berikutnya!
Apa yang Anda pikirkan ketika berbicara soal mode campaign Star Wars: Battlefront II? Sejak awal pengenalannya kepada publik, EA dan DICE terus menggembar-gemborkan satu hal yang dijadikan sebagai daya tarik utama – kesempatan untuk memerankan Iden Versio, seorang prajurit IMPERIAL. Membayangkan kesempatan untuk menikmati cerita dari perpsektif kubu yang selamat diasosiasikan sebagai karakter antagonis tentu saja selalu menarik. Bahwa Disney akhirnya berani untuk keluar dari pakemnya yang sedikit sensitif soal ini dan memberikan DICE kebebasan untuk meraciknya. Bahwa kini, Anda akan bertarung melawan pasukan Rebels, dan mungkin berakhir melawan Leia Organa atau bahkan, Luke Skywalker.

Namun apa yang Anda dapatkan? Kekecewaan, setidaknya hal itulah yang kami rasakan. Bahwa mimpi untuk menjadi “pejahat” dalam cerita dan melakukan banyak hal buruk dengan kacamata plot yang baru bisa berakhir menjadi sesuatu yang keren, apalagi jika ia juga menjadi basis penjelasan bangkitnya The First Order – organisasi jahat baru di Episode VII. Yang terjadi justru sebaliknya. Terlepas dari fakta bahwa mereka terus menggembar-gemborkan cerita soal bagaimana Anda akan berperan sebagai Imperial dalam mode campaign, Iden Versio ternyata mengubah pihak yang ia dukung hanya dalam porsi cerita sekitar 35% dari total cerita yang ada. Benar sekali, lewat sebuah pertentangan moral yang ada, ia bergabung ke dalam tentara Rebels, punya hubungan dekat dengan Leia, dan bertarung melawan Imperial. Dalam kata yang singkat, seperti sebuah cerita kepahlawanan yang klise, EA dan DICE ternyata “bermain aman”.
Ini tentu saja jadi pukulan telak yang mengecewakan. Apalagi jika harus diperhatikan lebih dalam, perubahan sikap ini terasa tidak serasional yang dibayangkan. Bahwa Anda, seorang prajurit khusus, yang seharusnya memahami seluk-beluk terdalam pihak yang Anda perjuangkan, ternyata bisa berakhir berbalik melawan hanya karena satu momen pertentangan moral. Bahwa Anda, yang juga punya ayah seorang Admiral yang tidak pernah segan untuk memerintahkan Anda untuk menghancurkan para Rebels, bisa jatuh mendukung oposisi begitu saja tanpa konflik batin. Lebih buruknya lagi? Aksi Anda selama menjadi Imperial selama ini, yang bahkan sempat membunuh puluhan pasukan Rebels pada saat berusaha kabur dari penjara di scene pertama, ternyata tidak memberikan konsekuensi apapun. Bahwa terlepas dari semua dosa besar tersebut, Rebels menyambut dan mempercayai Anda begitu saja. What..


Kelemahan dari sisi cerita dan keputusan untuk “bermain aman” ini juga didukung dengan gameplay yang sayangnya, tidak bisa dibilang menarik. Pada akhirnya, setiap chapter mode campaign ini berakhir tidak banyak berbeda dari mode Arcade yang Anda kenal, hanya saja, kini disuguhkan dengan ekstra cerita di atasnya. Beberapa misi meminta Anda untuk bertahan melewati gelombang musuh atau sekedar menghabisi setiap dari mereka sebelum berakhir ke titik checkpoint setelahnya, untuk melakukan hal yang sama kembali. Tidak ada proses dramatisasi ala Call of Duty misalnya, demi menciptakan atmosfer pertempuran yang lebih epik. Semuanya berjalan lugas, seperti layaknya mode Arcade, hanya kini dengan ekstra misi di atasnya. Setidaknya, sesi pertempuran luar angkasanya tetap berakhir menarik.
Satu-satunya hal terbaik dari mode campaign ini adalah fakta bahwa ia menjadi jembatan cerita canon untuk apa yang terjadi antara Episode VI dan VII, terutama menyangkut beragam puing-puing pesawat raksasa yang tersisa di Jakku begitu saja. Setidaknya, terlepas dari kekecewaan besar bahwa Iden berakhir menjadi pasukan Rebels, benang merah yang dikaitkan masih terhitung keren. Apalagi untuk beberapa titik permainan dimana Anda memainkan karakter yang berbeda. Bagi kami, highlight-nya justru terjadi ketika Anda berperan sebagai Kylo Ren sebagai epilogue, tengah berupaya melakukan aktivitas yang bersambung langsung ke scene awal Episode VII: The Force Awakens.