Review Star Wars Battlefront II: Jatuh ke Sisi Kegelapan!
Multiplayer yang Sebenarnya Menyenangkan

Walaupun hadir dengan moda campaign, mode multiplayer Star Wars Battlefront II tetap jadi tulang punggung utama. Tulang punggung yang seharusnya menjadi alasan utama mengapa ia akan dilirik, namun sayangnya, berakhir menjadi alasan utama kontroversi buruk yang menghantuinya selama beberapa minggu terakhir ini. Karena harus diakui, terlepas dari ragam masalah lootbox yang akan kita bicarakan nanti, ia sebenarnya mengusung mode multiplayer yang menyenangkan. Bahwa tidak sekedar klaim saja, DICE memenuhi janji mereka untuk menciptakan sensasi multiplayer yang lebih bervariasi dan terstruktur dibandingkan seri pertamanya.
Ada beberapa mode yang bisa Anda pilih untuk multiplayer ini, walaupun intisari pertempuran epiknya terletak di dua mode: Galactic Assault dan Starfighter Assault. Ada mode Strike – yang memuat Anda dalam pertempuran PvP dalam skala yang lebih kecil dengan tanpa kendaraan sama sekali di dalamnya atau Hero vs Villain yang langsung akan menerjukan Anda dalam pertarungan antara karakter antagonis dan protagonis yang ditawarkan game ini dalam format berbasis point. Setiap karakter ini akan bisa mengakses skill mereka seperti halnya mode pertempuran biasa, yang tentu saja, harus Anda maksimalkan untuk mencapai kemenangan. Mode yang lain adalah Arcade, yang seperti seri pertamanya, memungkinkan Anda untuk bertempur melawan AI yang datang dalam ragam varian dan gelombang.


Namun seperti yang kami bicarakan di atas, daya tarik utama memang terletak pada dua mode – Galactic Assault dan Starfighter Assault yang masing-masing akan membawa Anda pada pertempuran di beragam planet dan objektif yang berbeda. Galactic Assault sendiri merupakan pertempuran 20 vs 20 yang tidak lagi berbasis sekedar jumlah kill atau sejenisnya untuk dimenangkan, tetapi berbasis objektif. Setiap peta akan punya objektif berbeda yang mendorong Anda untuk saling bekerjasama agar bisa dimenangkan. Berita baiknya? Format seperti ini membuat pertempuran selalu menegangkan. Selalu menarik melihat begitu banyak user dalam satu pihak berusaha untuk mempertahankan atau justru menembus pertahanan tertentu, dengan variasi yang cukup untuk membuat Anda tak bosan dengan rotasi yang ada. Berita buruknya SWBF II mengusung salah satu sistem Squad paling tidak berguna yang pernah ditawarkan sebuah video game. Ia akan secara otomatis memasangkan Anda dengan 4 player lain secara acak dalam satu Squad, tanpa ada kesempatan untuk berkomunikasi aktif lewat suara dan teks. Bagaimana caranya berkoordinasi? Kami juga melemparkan pertanyaan yang sama.


Padahal dari sisi pondasi, EA dan DICE sebenarnya sudah bergerak ke arah yang benar. Bahwa ada dorongan kerjasama yang efektif lewat implementasi sistem kelas yang terbagi menjadi empat kategori utama yang masing-masing darinya akan hadir dengan senjata dan equipment yang berbeda. Masing-masing kelas akan punya satu senjata utama, satu kemampuan spesifik, dan satu buah granat yang bisa dilempar untuk ragam kepentingan. Sibuk menyelesaikan objektif, berusaha membantu tim menyelesaikan objektif, atau sekedar membunuh musuh yang Anda temui akan otomatis memberikan point ekstra untuk Anda. Begitu point sudah terkumpul, Anda bisa menggunakannya untuk “membeli” pasukan khusus untuk membantu kerja tim Anda. Anda bisa membeli varian pasukan lebih kuat dengan jetpack atau flamethrower, kendaraan dari darat dan udara, hingga hero ikonik yang tentu akan punya peran yang signifikan dalam pertempuran lewat kemampuan serang dan bertahan mereka yang luar biasa. Walaupun jumlah point yang mesti Anda kumpulkan terhitung cukup besar, namun ia akan tetap rasional untuk dikumpulkan selama Anda bermain dengan baik. Anda yang bermain buruk sekalipun, setidaknya masih mungkin untuk memerankan satu pasukan khusus sebelum pertempuran berakhir.


Konsep yang sama juga diusung di dalam mode pertempuran luar angkasa yang disajikan terpisah – Starfighter Assault. Sama seperti Galactic Assault, ini juga berpusat pada pertarungan untuk menyelesaikan objektif tertentu yang akan muncul dalam sekuens tertentu. Bedanya? Anda kini mengendalikan pesawat dari tiap kubu yang juga terbagi ke dalam setidaknya tiga kelas pesawat, yang juga punya fungsi yang berbeda-beda. Pesawat Hero atau pesawat lain yang lebih khusus juga tersedia dengan basis points yang tetap rasional dikumpulkan, selama Anda tidak berperforma buruk. Tetapi skenario dimana Anda tidak bisa berkontribusi signifikan sekalipun, Anda tetap akan bisa bersenang-senang berkat implementasi pesawat AI juga yang disertakan di sini. Anda bisa membunuh mereka dengan lebih mudah saat dibutuhkan untuk ekstra point, tetapi di sisi lain, ia juga membuat atmosfer pertempuran terasa lebih padat dan ramai.
Dengan kombinasi dua mode utama yang menyediakan banyak varian peta dengan masing-masing, objektif berbeda ini, Star Wars Battlefront II sebenarnya punya dasar mode multiplayer yang seru dan menyenangkan. Sistem kelas yang ditawarkan cukup mendorong kerjasama secara spontan untuk terjadi, walaupun tidak ada koordinasi spesifik yang mungkin terjadi karena bodohnya sistem Squad yang ditawarkan. Tetapi menembak, berusaha melemparkan granat tepat sasaran, bertahan hidup ketika Anda menjadi Darth Maul, berusaha mencuri kesempatan menyelesaikan objektif di tengah terjangan sinar laster dan bunyi lightsaber yang terdengar menyeramkan di kejauhan, hingga berusaha mengendalikan pesawat atas nama superioritas udara berujung pada pengalaman yang pantas untuk diacungi jempol. Ini akan jadi game multiplayer yang memenuhi mimpi, jika EA tidak berusaha tamak.
Grinding, Lootbox, Tamak

Maka seperti berita yang sepertinya akan sudah pasti sempat Anda dengar lewat informasi yang mengalir selama beberapa minggu terakhir ini, EA dan DICE sepertinya memang punya agenda spesifik yang sangat jelas ketika membicarakan desain Star Wars: Battlefront II itu sendiri. Benar sekali, membuat Anda merasa se-frustrasi mungkin dan secepat mungkin angkat tangan, untuk membeli lootbox dengan menggunakan uang nyata untuk mendapatkan segala sesuatu yang Anda butuhkan. Sistem Pay to Win ini akan kita bicarakan di sesi selanjutnya, terlepas dari fakta bahwa EA sudah mencabut sistem microtransactions yang ada. Karena percaya atau tidak, sistem tersebut sebenarnya masih bertahan. Mari kita bicarakan terlebih dahulu dua sistem tertolol yang pernah kami temukan di sebuah game multiplayer berbayar – Grinding dan Lootbox.
Apa yang Anda dapatkan jika Anda mendesain sebuah game dengan harapan untuk menjual microtransactions, dan kemudian secara panik membuang microtransactions tersebut? Benar sekali, sebuah game mengecewakan yang kini tetap mengecewakan, namun tak lagi punya solusi “ajaib” bernama uang untuk mengobati kekecewaan tersebut. Bahwa Anda masih berhadapan dengan satu pondasi sistem sama yang membuat progress perkembangan permainan Anda menjadi satu lelucon besar. Multiplayer yang seharusnya santai dan menyenangkan, dimana Anda hanya perlu berpikir bagaimana caranya untuk menghasilkan performa efektif di pertempuran dan menang, kini disibukkan dengan segudang perhitungan matematis yang melekat pada satu kata – grinding.
Dengan tidak adanya lagi microtransactions “pay to win” saat review ini ditulis, satu-satunya cara untuk mendapatkan Credits – mata uang digital untuk SWBF II adalah dengan memainkan ragam mode yang ada. Dengan menggunakan Credits ini, Anda bisa membeli beberapa Hero ikonik yang terkunci di balik Credtis dan tidak akan bisa Anda gunakan sebelum Anda membeli dan tentu saja juga, membeli lootbox untuk sistem progression yang acak. Untuk yang kedua ini, akan kami jelaskan nanti. Namun saat ini, mari berfokus pada betapa mustahil dan anehnya sistem penguncian Hero dan fakta bahwa Anda harus melakukan proses grinding untuk membuka setiap dari mereka.


Pernahkah Anda membayangkan sebuah game Star Wars yang identik dengan nama Luke Skywalker dan Darth Vader, yang mengunci kedua karakter tersebut agar tak bisa Anda gunakan sejak hari pertama membelinya? Selama datang di Star Wars Battlefront II. Masing-masing hero ikonik ini membutuhkan 15.000 Credits untuk dibuka agar bisa digunakan di pertempuran (bahkan sempat 60.000 pada saat hari pertama rilis sebelum EA berakhir dikecam). “Ya, grinding saja”, mungkin itu yang Anda pikirkan.
Namun perlu diingat, setiap pertempuran yang Anda jalani maksimal (sebelum disesuaikan di update terakhir) hanya memberikan Anda maksimal 500 Credits tergantung performa. Bayangkan berapa jumlah pertempuran yang harus Anda selesaikan untuk membeli 1 Hero saja. Oke? Terdengar menyiksa untuk Anda? Tunggu dulu. Karena jumlah Credits yang Anda dapatkan tidak didasarkan pada seberapa baik performa Anda di dalam permainan, tetapi dari WAKTU LAMA 1 MATCH itu sendiri. Benar sekali, semakin lama match berlangsung, semakin tinggi jumlah Credits yang Anda dapatkan. Anda berhasil tampil gemilang dan menyelesaikan 1 match dalam 15 menit? Selamat, karena menang ataupun kalah, Anda hanya akan mendapatkan sekitar 100-150 Credits saja untuk aksi Anda tersebut. Tidak ada reward untuk tampil gemilang karena berusaha menyelesaikan pertempuran secepat mungkin. Hasilnya? Makin cepat Anda menang, makin lama proses grinding untuk membeli Hero ini terjadi. Wow!


Grinding boleh dibilang, hanya satu porsi kecil dari masalah utama SWBF II itu sendiri. Karena masalah yang lebih genting adalah lootbox. Bahwa DICE ataupun EA dengan tidak sensitifnya, mengunci progress karakter Anda di balik kotak terkunci dengan konten item yang acak ini. Tidak ada lagi microtransactions, jadi Anda harus mengatur Credits Anda yang terbatas dan setengah mati dikumpulkan ini, untuk memilih antara membeli Lootbox atau Hero. Lootbox spesifik dengan isi acak yang bisa berujung konten sampah yang tak membantu apapun aksi yang Anda lakukan – dihargai 4.000 Credits / Lootbox. Bayangkan, berapa banyak pertempuran yang harus Anda lewati, untuk membuka satu lootbox, yang isinya acak dan mungkin berakhir tidak berkontribusi apapun pada karakter Anda. Double Wow!
Masih belum cukup memuakkan? Progress karakter Anda benar-benar hanya didasarkan pada sebuah item bernama “Star Cards” yang berfungsi menjadi semacam buff permanen untuk karakter Anda, dari memperkuat skill hingga sekedar menambahkan efek status tertentu. Satu-satunya cara untuk mendapatkan Star Cards adalah dengan membeli lootbox dan berdoa, bersujud, dan berharap bahwa sistem RNG ini akan memberikan Anda – Star Cards yang dibutuhkan. Sistem seperti ini berakhir absurd.


Sebagai contoh? Ini hitungan asal-asalan untuk gambaran. Memainkan semua pertandingan Anda 15 jam sebagai Assault, akan memberikan Anda jumlah Credits yang cukup untuk membeli 10 buah Lootbox misalnya. Pas dibuka, masing-masing lootbox tersebut berisikan 4 kartu dari beragam kelangkaan, memberikan Anda – 40 buah Star Cards. Ketika diperiksa, 10 kartu ternyata dari kelas Heavy yang notabene tidak pernah Anda pakai, 5 kartu dari kelas Officer yang notabene tidak pernah Anda pakai, 10 kartu lainnya berasal dari kelas Specialist yang tidak pernah Anda pakai, 5 kartu berakhir kartu Hero yang tidak pernah Anda pakai, 5 kartu ternyata item kosmetik, dan 3 kartu teranyar berakhir ganda dan ditukarkan dengan Credits yang jumlahnya sedikit, dan 2 kartu sisanya adalah kartu untuk Assault – yang akhirnya memang Anda pakai. Ini memang skenario terburuk, tetapi membantu Anda mendapatkan gambaran betapa bodohnya sistem progression dengan sistem lootbox acak ini. Bahwa dedikasi Anda untuk menggunakan satu kelas karakter tidak lantas membuat karakter tersebut menyempurna sesuai dengan yang Anda inginkan. Semuanya ditentukan oleh apa yang diberikan Dewi Fortuna di dalam lootcrate Anda. Triple Wow!
Maka Anda mulai mengerti, bahwa terlepas dari fakta bahwa EA sudah mencabut sistem microtransactions pada saat review ini ditulis, ia tetap menyisakan sebuah lubang besar menganga yang sulit untuk diabaikan begitu saja, terutama dari sistem progression yang diusung. Menyedihkan dan menjengkelkan menemukan bahwa satu-satunya cara untuk memperkuat kelas karakter Anda sangat bergantung pada elemen acak Star Cards yang Anda dapatkan. EA memang memberikan alternatif cara memperkuat Star Cards dengan meningkatkan level kelangkaan dan efeknya lewat sistem bernama “Crafting Parts”. Namun jumlahnya sangat terbatas.


Yang bahkan lebih menjengkelkan lagi? Adalah fakta bahwa EA dan DICE begitu pelitnya untuk membagikan lootbox-lootbox ini. Bahwa satu-satunya cara Anda untuk mendapatkan lootbox “Gratis” tanpa mengeluarkan Credits adalah dengan melakukan login harian untuk mendapatkan “Daily Crates” yang kembali, isinya adalah acak, dan terkadang berakhir sangat tidak signifikan untuk dilirik. Naik level multiplayer? Tidak ada lootbox gratis. Menyelesaikan misi tantangan yang jumlahnya begitu banyak? Tidak ada lootbox gratis. Berhasil tampil sebagai MVP di banyak pertempuran? Tidak ada lootbox gratis. Baru saja membeli Hero yang notabene butuh 15.000 Credits yang sudah dikumpulkan dengan susah payah? Tidak ada lootbox gratis. Quadraple Wow!
Dengan desain yang memang terlihat dan terasa diracik untuk menjual microtransactions seperti ini, untuk membuat progress Anda terasa lambat dan semenjengkelkan mungkin agar Anda mengeluarkan uang nyata di awal rilis, ini memang jadi lubang hitam yang menyerap semua potensi kesenangan dan keseruan Star Wars Battlefront II itu sendiri. Mengunci progress karakter di balik seuatu yang sifatnya acak? WOW!