Review Legrand Legacy: Sensasi “JRPG” Klasik dengan Cita Rasa Lokal!
Daya Tarik di Balik Visual Standar

Seberapa penting kualitas visual bagi Anda, sebagai seorang gamer? Jika ia termasuk elemen yang menjadi prioritas paling utama, Anda mungkin akan melihat Legrand Legacy dengan sebelah mata. Karena jika dibandingkan dengan rilis game AAA yang baru di platform terkini, visualnya memang tidak bisa dibilang sebanding. Tekstur dan model karakter yang ia tawarkan terasa seperti game Playstation 2 yang diangkat ke dalam format definisi tinggi dengan menggunakan emulator di PC, sebuah fakta yang memang tidak terbantahkan. Namun jika Anda bersedia untuk masuk dan menyelam lebih dalam, maka Anda akan paham bahwa daya tarik presentasinya lebih dari sekedar detail visual yang ia usung. Karena percaya atau tidak, Legrand adalah dunia yang menarik.
Ada dua hal yang pantas kami acungi jempol dari dunia yang ditawarkan oleh Legrand Legacy ini. Pertama, tentu saja lore. Walaupun ada beragam masalah dari sisi dialog atau karakterisasi yang akan kami bicarakan selanjutnya, ia dibangun di atas dunia dengan latar belakang cerita yang menarik. Bahwa ia adalah sebuah cerita fantasi yang dipikirkan dengan baik, walaupun di beberapa titik, ia memang terdengar dan terasa cukup klise. SEMISOFT berhasil memberikan penjelasan dengan begitu baik dan masuk akal soal latar belakang konflik yang dibangun, sekaligus memberikan perspektif yang menyeluruh terkait eksistensi pihak-pihak yang terikat di dalamnya, dari sekedar bangsa, ras, hingga monster raksasa yang Anda temui di sepanjang perjalanan. Mendengar cerita bagaimana sebuah ras kuno menunggani seekor naga yang sadar tengah melakukan genosida atas bangsa yang lain karena sekedar takut, menjadi keasyikan tersendiri.


Kedua? Tentu saja lingkungan yang ia racik. Seperti yang kita tahu, berbeda dengan model tiga dimensi standar untuk karakter yang ia usung, Legrand Legacy menawarkan kota dan dungeon yang Anda singgahi dalam bentuk gambar tangan definisi tinggi. Seperti halnya game-game JRPG klasik, seperti era Final Fantasy masa lampau, dunia dua dimensi yang terasa sesuatu yang lahir dari otak kreatif dan kuas berakhir fantastis. Walaupun harus diakui beberapa dungeon terlihat tidak menarik karena kombinasi warna yang ada, namun sebagian besar kota yang Anda singgahi akan cukup untuk membuat mata Anda termanjakan. Kota memang dibagi ke dalam beragam bagian, namun setiap dari mereka hadir dengan sudut pandang kamera yang cukup sinematik. Dari sebuah kota padang pasir dengan patung-patung singa berbadan manusia berukuran raksasa di beragam sudut, hingga ke kota yang penuh dengan lentara setelah sebuah festival diselenggarakan. Setiap dari mereka punya identitas unik masing-masing. Berita baiknya? Dengan tombol kecil penunjuk arah dan shading yang cukup baik, Anda tidak akan kesulitan membedakan dunia in dalam perspektif tiga dimensi, termasuk soal ketinggian sekalipun.
Ada satu hal yang kami juga suka dari sisi presentasi Legrand Legacy. Walaupun ia dibangun untuk pasar global dengan cerita fantasi sebagai basis, sang developer masih menyuntikkan sejenis “easter egg” untuk gamer-gamer lokal di Indonesia. Ada konten-konten, terutama dari sekedar nama, yang tidak akan terasa istimewa jika Anda tidak mengerti bahasa Indonesia itu sendiri. Sulit rasanya untuk tidak tersenyum ketika melihat bagaimana item yang Anda bayangkan ternyata sebuah batu akik yang namanya disulap sedemikian rupa agar terdengar lebih fantasi. Dari “Aqeeq Stone” hingga organisasi bandit yang disebut “Ram Poks”, atau item penyembuh yang disebut sebagai “Mengkhaddu”, ada semacam sahutan tersembunyi untuk memperlihatkan identitas sebagai gam racikan lokal. Sebuah standar yang sepertinya, pantas untuk diikuti lebih banyak game racikan developer Indonesia yang menargetkan pasar global di masa depan. Sebuah “kedipan” yang cukup untuk membuat gamer tanah air tersenyum kecil.


Walaupun diperkuat dengan kualitas visualisasi yang tidak seberapa indah di model karakter yang ada, seperti halnya JRPG klasik di masa lampau, Legrand Legacy tetap menawarkan sesuatu yang lebih dari sisi animasi dan tentu saja, FMV untuk memperkuat cerita dan estetika game itu sendiri. Anda masih ingat dengan FMV – video pendek berbasis CGI yang sering muncul di seri RPG Playstation 1 ketika Anda masuk ke momen penting tertentu? Ini juga dihadirkan di sini. Semua karakter pendukung yang pertama kali Anda temui akan ditemani dengan FMV sepersekian detik yang cukup untuk memberikan gambaran lebih jelas kira-kira seperti apa rupa mereka jika Anda menemuinya di dunia nyata. Terlepas dari gerak kaku di eksplorasi, animasi gerakan juga terlihat lebih luwes saat bertarung, apalagi ketika tiap karakter ini mengeluarkan serangan “spesial” mereka yang disebut sebagai Arcana.
Acungan jempol juga pantas kami arahkan kepada siapapun yang di dalam tim pengembang Legrand Legacy ini, ditugaskan untuk melemparkan desain boss yang ada. Selama perjalanan, beberapa monster memang terlihat lemah dan menjemukan. Namun ketika perjalanan Anda berakhir dengan pertarungan melawan boss, ia memuat salah satu desain monster terbaik di game JRPG yang pernah kami temui. Ada sesuatu yang terasa epik dalam pertempuran melawan makhluk-makhluk bertubuh besar yang tidak hanya terlihat mengancam ini, tetapi juga menyatu dengan legenda dan cerita Legrand itu sendiri. Bahwa ini adalah sebuah dunia fantasi yang tidak berisikan sekedar peri, tetapi juga raksasa, naga, dan serigala di satu dunia yang sama.

Di luar semua hal keren ini, tentu saja, ada musik yang menurut kami, pantas mendapatkan porsi cerita sendiri. Intinya, Legrand Legacy di permukaan memang tidak terlihat seperti sebuah game RPG yang menjadikan visual sebagai fokus, terutama dari detail model yang ada. Namun begitu Anda menyelaminya lebih dalam, untuk sebuah game yang tentu saja tidak punya budget sebesar game-game AAA saat ini, ia tetap berusaha memanfaatkan resource yang ada seoptimal mungkin. Hasilnya? Cukup memesona.
Gado-Gado

Bagaimana cara paling sederhana untuk membicarakan Legrand Legacy? Menyebutnya sebagai gado-gado dari begitu banyak sistem gameplay JRPG klasik yang dicintai sepertinya akan jadi pernyataan yang tepat. Karena ada usaha yang jelas untuk menawarkan pengalaman RPG selengkap mungkin di game yang siap untuk menyita puluhan jam waktu Anda yang satu ini. Ia membalut sensasi JRPG klasik, mini-game, dan juga format pertarungan berbasis strategi di dalamnya. Bagi gamer yang sempat tumbuh besar dengan genre ini di masa lampau, tentu akan ada sensasi familiar untuk beberapa mekanisme yang ia tawarkan.
Dari sisi mekanik dasar yang paling akan sering Anda temui, ia adalah sebuah game RPG turn-based klasik. Serangan bergiliran dengan tiga orang anggota party dari enam orang akan mendominasi pengalaman bermain Anda. Sistem giliran ini akan punya informasi soal urutan pemilihan aksi hingga Anda bisa mengatur rencana untuk menyerang ataupun bertahan.
Namun tidak sesederhana itu. Setiap kali menyerang, seperti sistem milik Shadow Hearts atau The Lost Odyssey, akan ada satu tombol berbasis timing yang harus Anda tekan di dalam lingkungan yang terbatas. Berhasil membuat jarum ini masuk ke dalam batas yang disediakan dan dihitung “Perfect”, maka ada keuntungan yang pastinya Anda dapatkan. Damage menjadi lebih besar untuk serangan biasa dan panggilan skill yang disebut Grimoire yang memang butuh waktu untuk proses channeling sebelum bisa dieksekusi, akan lebih kecil kemungkinannya untuk diganggu oleh serangan musuh. Di luar batas dan terkena kondisi “Miss”, maka siap-siap serangan Anda berakhir gagal. Proses serangan dan bertahan ini berjalan sekaligus antara musuh dan tim party, hingga pertarungan berjalan cukup cepat. Satu yang pasti, Anda tidak bisa memalingkan perhatian Anda dari sistem “QTE” ini begitu saja.


Fungsi lain yang ditawarkan juga mencakup Defend dan Change. Defend, yang seperti sistem serang juga akan memunculkan bar lingkaran berbasis timing ini juga spesial. Setiap karakter akan punya efek Defend yang berbeda-beda. Finn misalnya, akan otomatis memunculkan efek Reflect yang akan secara otomatis membalikkan damage serangan yang ia dapatkan. Sementara Aria, punya efek AP Charge, yang membuat proses Defend ini akan langsung diikuti dengan proses charge AP. AP sendiri merupakan resource yang dibutuhkan untuk mengeluarkan serangan spesial yang disebut sebagai “Arcana”, yang tentu saja, menjanjikan damage besar. Sementara Change, seperti halnya Final Fantasy X, akan memungkinkan Anda untuk berganti anggota tim secara instan dalam pertarungan, tanpa kehilangan turn. Fitur yang terakhir ini, memang terhitung esensial.
Mengapa? Karena seperti yang bisa diprediksi, setiap musuh selalu punya kelemahan untuk dieksploitasi, baik dari sekedar jenis serangan, sampai elemen yang mereka usung. Ada musuh yang lebih rentan pada serangan tipe Slash, sementara yang lain ber-tipe Pierce. Ada musuh yang takut pada elemen Api, sementara yang lain takut pada air. Mengerti dan memahami informasi terkait kekuatan dan kelemahan tiap musuh yang bisa Anda akses secara instan ini akan membantu Anda untuk memenangkan pertempuran. Mengganti anggota tim yang efektif adalah tindakan yang paling bijaksana. Namun perlu diingat pula, komposisi tim Anda juga butuh banyak pertimbangan. Dari sekedar pemilihan posisi berdiri yang akan menentukan apa yang bisa / tidak bisa mereka lakukan. Seperti contoh, petarung melee tidak bisa menyerang jika Anda menaruh mereka di belakang. Hingga sekedar peran, mengingat tiap anggota punya deretan skill aka Grimoire yang spesifik. Sebagai contoh? Eris yang dibekali dengan kemampuan healing lebih mumpuni, dibandingkan dengan anggota lain misalnya.



Satu hal yang tidak kami prediksi adalah betapa menantangnya game yang satu ini, terutama di pertarungan boss yang ada. Bahwa musuh-musuh berukuran besar atau berbentuk unik yang Anda lawan tersebut bukan sekedar “garang” dari sisi desain saja. Dengan jumlah HP yang sangat besar, serangan dengan damage masif yang terkadang juga bisa menghasilkan status effect yang menjengkelkan, hingga beragam sistem pertahanan yang membuat frustrasi, game ini memang terkadang, lebih menitikberatkan pada sisi strategi daripada sekedar mengandalkan serangan membabi-buta tanpa berpikir sama sekali. Mengetahui kapan harus bertahan, kapan harus mengambil resiko dan membiarkan anggota party untuk tewas, kapan mengeksploitasi kelemahan mereka, kapan harus menggunakan serangan spesial, hingga sekedar kapan untuk menggunakan item sekalipun akan membantu Anda melewatinya. Sekedar masuk dan berharap menang dengan hanya sekedar menyerang? Anda bisa mengucapkan selamat tinggal dengan cepat. Untungnya, “nasib” Anda terselamatkan dengan sistem Save-Load yang bisa dilakukan di sebagian besar tempat, dan biasanya tersedia sebelum Anda bertarung melawan boss tertentu. Sistem kenaikan level juga memberikan ruang bagi Anda untuk menambahkan status pada atribut yang Anda inginkan, sembari tetap menawarkan guide untuk mendapatkan skill tertentu.
Selain mekanisme dasar ketika bertarung ini, Legrand Legacy juga menyuntikkan gameplay yang sepertinya akan terasa familiar bagi gamer yang sempat mencintai Suikoden 2 di masa lalu. Benar sekali, pertempuran dalam format strategi. Fakta bahwa Anda merupakan pemimpin dan otak di balik sebuah kastil bernama Dumville membuat Anda terkadang harus tidak sekedar bertarung sendiri, tetapi menjadi Jenderal di medan pertempuran. Sederhana dan berjalan layaknya game strategi pada umumnya, ini juga jadi game “gunting-batu-kertas” dalam format yang berbeda. Unit punya resource dasar untuk bergerak dan menyerang, sekaligus resource untuk melakukan serangan spesial ketika penuh. Seperti biasanya, setiap unit akan hadir dengan senjata dan status berbeda, yang akan menjadi kelebihan atau kelemahan bagi unit yang lain. Medan pertempuran biasanya juga diisi dengan area yang disebut “Outpost” yang jika dikuasai, akan memberikan efek regenerasi bagi pihak yang berdiri di atasnya.


Dumville juga berperan lebih dari sekedar markas utama Anda. Ada sistem perekrutan yang juga jelas terinspirasi dari Suikoden 2 untuk menambahkan ragam fungsi di dalam kastil ini sendiri, walaupun tidak semasif game racikan Konami tersebut. Sebagian besar dari misi rekut tersebut tersedia lewat misi sampingan, yang seperti biasa, akan meminta Anda untuk membunuh boss tertentu, mencari item, atau sekedar mengantarkan objek tertentu pada karakter NPC di kota yang lain. Ketika perekrutan itu berhasil, Dumville akan menawarkan fungsi ekstra, dari toko hingga teleportasi. Salah satu yang unik? Kastil yang satu ini juga menyediakan ragam mini-games ala-ala kasino di game-game JRPG klasik. Ada banyak jenis permainan, dari sekedar melemparkan pisau pada target, bertahan hidup di arena dengan sistem ala action RPG, memancing, membantu Eris berbelanja, hingga anggar. Ada point yang bisa dikumpulkan, dan ada hadiah yang bisa ditukarkan jika Anda meninginkan sekedar aktivitas sampingan.
Maka dengan semua kombinasi mekanik yang ia tawarkan, Anda yang sempat mengikuti beberapa game JRPG klasik masa lampau sepertinya akan merasa familiar, walaupun tidak disalin mentah-mentah begitu jelas. Bahwa jelas Legrand Legacy terinspirasi dari banyak sistem tersebut, mengadopsinya dengan gaya mereka sendiri, dan kemudian meleburnya dalam satu ruang yang sama. Efektif atau tidak? Sejauh ini, kami benar-benar menikmatinya.










