Review The Inpatient: Horror Setengah-Setengah!
Voice Recognition

Maka seperti game-game VR pada umumnya, mustahil untuk memberikan Anda gambaran yang jelas pada Anda, seperti apa visual sesungguhnya The Inpatient jika berhadapan langsung dengan wajah Anda. Karena fitur screenshot untuk Playstation VR hanya menangkap satu gambar di satu sisi lensa saja, dan tidak akan pernah bisa merepresentasikan sensasi “di dalam dunia” game-game VR apapun, termasuk the Inpatient itu sendiri. Dari sisi visual, ia termasuk salah satu game PSVR dengan kualitas yang cukup mengagumkan, terutama untuk detail karakter yang ada. Salah satu yang luar biasa ada pada kemampuannya menawarkan atmosfer yang mencekam, walaupun dalam lingkup yang terhitung terbatas. Desain suara yang bergerak di sekitar Anda, keheningan yang menghantui, sampai bunyi-bunyi kecil yang cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding akan Anda temui di sepanjang permainan.
Satu yang cukup disayangkan dari seri ini, sebagai sebuah game VR sekalipun, adalah minimnya interaktivitas di dalamnya. Anda memang bisa memainkan DualShock 4 atau Playstation Move dengannya, namun level gameplay yang ada tidak menawarkan banyak konten dimana Anda harus berinteraksi dengan ragam objek secara aktif. Tidak seperti Resident Evil 7 misalnya yang skalanya meminta Anda untuk menemukan objek, memutarnya, menyelesaikan puzzle, atau menembak, The Inpatient ditawarkan dalam porsi yang lebih linear. Bahwa ini adalah game yang lebih banyak meminta Anda untuk berjalan atau sekedar memutar di ruang terbatas, dan menikmati cut-scene untuk melanjutkan cerita.

Yang menarik adalah implementasi fitur “gimmick” yang ia suntikkan. Memanfaatkan fitur microphone yang ada, sebagai game yang memang lebih menitikberatkan pada pilihan, Anda tidak lagi harus menggunakan kontroler untuk memilih yang ditawarkan. Anda hanya perlu membaca tulisan yang tersedia untuk melakukannya. Sejauh kami menjajalnya, dengan pelafalan bahasa Inggris yang kaku dan terbatas, game ini bisa menerjemahkan apa yang kami ucapkan dengan cukup akurat. Beberapa kalimat yang panjang memang terkadang butuh setidaknya dua kali dibacakan. Jika melihat trik yang ada, sistem ini sepertinya berusaha memerhatikan satu atau dua kata termudah dalam kalimat di setiap pilihan, yang biasanya datang dengan kata yang berbeda untuk menghilangkan kebingungan. Apakah ia menambah pengalaman gaming ke level yang signifikan? Tidak untuk kami. Tapi ini jadi bukti bahwa fitur ini potensial untuk dimanfaatkan game-game PSVR di masa depan.

Untuk urusan presentasi, The Inpatient memang menawarkan konsep yang seharusnya pantas Anda antisipasi. Berita baiknya? Untuk gamer yang cukup sensitif soal rasa pusing yang seringkali terjadi karena kamera yang terlalu dekat atau gerak yang terlalu cepat, The Inpatient tidak menghasilkan efek yang satu ini. Pergerakan kamera dilakukan dengan sistem sudut ala Resident Evil 7. Mengingat pergerakan juga terhitung pasif, maka Anda tidak akan dihadapkan pada aksi super cepat yang cukup untuk membuat otak Anda sulit untuk menangkap ilusi realita visual yang ada. Ditambah dengan dengan waktu gameplay yang juga tidak begitu panjang, Anda akan bisa nyaman menikmatinya, bahkan jika termasuk gamer VR pendatang baru sekalipun.
Cita Rasa Until Dawn

Maka dengan semua hal yang kami sebutkan di atas, Anda sepertinya sudah punya gambaran yang lebih jelas soal apa itu The Inpatient. Sama seperti game “pertamanya” yang tampil memukau – Until Dawn, ia memang game yang lebih menitikberatkan pengalaman pada cerita, pilihan, dan konsekuensi yang muncul darinya, dan bukan sebuah pengalaman aktif yang meminta untuk bergerak, menyelesaikan puzzle, dan sejenisnya. Cabang cerita adalah daya tarik replayability untuk The Inpatient itu sendiri.
Maka sebagian besar gameplay Anda akan berakhir dengan memilih satu di antara dua yang ditawarkan oleh setiap percakapan. Sebenarnya ada pilihan ketiga, yakni membiarkan waktu habis dan memutuskan untuk diam dengna tidak memilih respon apapun. Untuk pilihan “rahasia” ini, NPC juga biasanya akan punya reaksi spesifik terkait dengannya. Seperti konsep yang disuntikkan di Until Dawn atau seperti yang juga sering ditawarkan oleh seri game interactive story dari Telltale Games, piilihan Anda akan menentukan garis cerita seperti apa yang akan Anda dapatkan. Fitur yang disebut sebagai “Butterfly Effect” ini akan memunculkan diri di layar begitu Anda memilih sesuatu yang memang punya pengaruh signifikan. Memilih siapa yang harus tinggal dan mati? Memilih siapa yang harus bergerak duluan? Memilih apa yang harus Anda lakukan ketika dihadapkan pada satu situasi genting? Tidak terlalu sulit untuk menerka akan berakhir seberapa signifikan pilihan yang Anda ambil, bahkan sebelum efek ini muncul. Berita baiknya? Butterfly Effect juga akan ditunjukkan lewat sebuah diagram jelas untuk membantu Anda memilih garis cerita berbeda jika Anda penasaran.


Pengalamannya sendiri memang terhitung pasif. Tidak banyak objek yang bisa Anda akses secara interaktif. Cerita akan bergerak dalam progress yang sederhana, dimana Anda hanya harus melakukan satu aksi tertentu untuk memicunya. Proses eksplorasi “ekstra” yang Anda lakukan, yang biasanya juga terjadi di satu ruang lingkup kecil antara di bangsal atau jalan koridor yang Anda lewati, biasanya akan berujung membuka satu item yang akan memberikan gambaran lebih jelas soal latar belakang karakter yang tengah Anda gunakan ini. Potongan-potongan memori ini tidak akan membuka cerita secara eksplisit, namun akan membantu Anda menangkap gambaran lebih jelas soal apa yang terjadi.
The Inpatient sebenarnya tidak lebih dari sebuah media “interaktif” dalam format VR untuk membantu memperluas semesta Until Dawn itu sendiri. Sebuah setting khusus untuk menangkap asal-usul dari ancaman yang Anda temukan di game horror yang begitu sukses di Playstation 4 itu sendiri. Apakah ia berhasil atau tidak menghasilkan sesuatu yang menarik atau memorable bagi Anda? Itu akan bergantung pada seberapa Anda mengenal Until Dawn itu sendiri.