JagatPlay di E3 2018: Menjajal Demo Concrete Genie!

Reading time:
June 13, 2018
Concrete Genie 2

Sebuah fakta yang tidak bisa dibantah, industri game memang mulai bergerak untuk meracik game-game dengan tema seberat dan serealistis mungkin, yang bahkan mampu menandingi film layar lebar sekalipun. Walaupun pergerakan ini berakhir memuaskan gamer yang pada dasarnya mengikuti industri game, semakin menua, namun ia justru menutup ruang untuk game-game yang lebih bersahabat untuk kelompok umur yang lebih muda. Opsi yang semakin menipis, kualitas yang tidak bisa diandalkan, membuat kondisi ini memang terhitung menyedihkan. Playstation menjadi salah satu konsol yang harus diakui, merepresentasikan kondisi seperti ini. Bersama dengan menuanya basis fans mereka, game yang ditawarkan di setiap generasi juga semakin “berat” dan dtiujukan untuk gamer yang lebih dewasa. Namun untungnya, perhatian terhadap gamer yang lebih muda tidak lantas lenyap begitu saja di tengah tumpahan darah dan potongan bagian tubuh dari The Last of Us Part II hingga Ghost of Tsushima yang memang disambut dengan meriah. Sony Playstation masih punya, Concrete Genie.

Diperkenalkan tahun lalu, mendapatkan sambutan yang tidak seberapa intensif di tengah gempuran judul Playstation 4 yang lebih besar, kami akhirnya berkesempatan untuk mencicipi Concrete Genie selama setidaknya 20 menit, mendapatkan gambaran lebih jelas soal apa yang hendak dikejar oleh game yang satu ini. Berbasiskan Unreal Engine 4 yang digunakan untuk meracik pendekatan visual ala kartun yang kental, ini adalah game tanpa kematian dan darah. Concrete Genie justru menjadikan kuas dan seni sebagai media untuk menyampaikan cerita apapun yang hendak mereka tawarkan. Menjajalnya dari menit pertama, Anda yang merupakan gamer yang lebih mencintai media penceritaan dalam tema yang lebih serius mungkin tidak akan menaruh perhatian besar padanya. Namun bagi yang mencari sesuatu yang baru dan berbeda, ada sesuatu yang unik di dalam pengalaman yang berusaha ditawarkan oleh PixelOpus ini.

Lantas, apa itu sebenarnya Concrete Genie?

Dinding, Kuas, dan Lukisan

Concrete Genie 3
Anda bermain sebagai remaja kesepian yang hobi melukis bernama Ash.

Ketika game lain menjadikan perang, darah, dan air mata sebagai tema utama dan daya tarik yang tidak bisa dikesampingkan begitu saja, PixelOpus berusaha menjadikan Concrete Genie sebagai media cerita yang berbeda. Anda bermain sebagai seorang anak bernama Ash, yang sayangnya, menjadi seorang korban bully dari teman-temannya untuk alasan yang tidak jelas, Menemani hari-harinya adalah aktivitas melukis yang ia senangi, yang juga berujung dengan hadirnya sebuah kuas ajaib yang tentu lebih dari sekedar sebuah objek di tangan Ash. Tidak hanya sekedar menggambar saja, Ash menemukan bahwa ia juga bisa “menyuntikkan” nyawa untuk makhluk yang ia gambar. Bahwa lukisan dua dimensi yang ia racik, berujung menjadi sebuah dunia baru yang hidup. Di sinilah Concrete Genie tampil menarik.

Dengan waktu demo yang kami habiskan sekitar “hanya” 15-20 menit, sulit memang untuk menangkap apakah kisah yang ditawarkan oleh PixelOpus ini memang merupakan sebuah metafora atau memang, sebuah kisah fiksi ala dongeng untuk kota antah-berantah dengan dunia lukisan yang hidup. Sebagian besar waktu permainan Anda akan dihabiskan untuk menerangi kembali kota – Denska yang terbagi ke dalam beberapa zona yang ada dengan kuas ajaib Anda. Caranya? Tentu saja, dengan melukisnya. Dengan hanya menggunakan satu tombol saja,

Concrete Genie 7
Gambar dinding Anda diracik dengan kombinasi pola dengan arah gerak kuas yang Anda kendalikan.

Ash bisa langsung masuk ke dalam mode melukis. Anda tinggal memilih gambar mana yang hendak Anda lukis, dan kemudian langsung menuangkan kebebasan gerak kuas Anda, baik dengan analog ataupun motion control DualShockers 4 begitu saja. Bergantung pada seberapa panjang Anda “menggores” kuas yang ada misalnya, maka hasil lukisan Anda juga akan punya ukuran dan bentuk berbeda. Hampir semua dinding di dunia gelap Ash, bisa Anda lukis.

Pages: 1 2
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

July 3, 2024 - 0

Review Wuthering Waves: Penuh Pasang dan Surut!

Apa yang ditawarkan oleh Wuthering Waves? Mengapa kami menyebutnya sebagai…
June 28, 2024 - 0

Impresi Zenless Zone Zero (Build Terbaru): Lebih Cepat, Lebih Ketat!

Kami berkesempatan menjajal build terbaru Zenless Zone Zero. Apakah kami…
June 12, 2024 - 0

Preview My Lovely Empress: Racun Cinta Raja Racikan Dev. Indonesia!

Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh My Lovely Empress di…
February 6, 2024 - 0

Menjajal Honkai Star Rail 2.0: Selamat Datang di Penacony, Semoga Mimpi Indah! 

Honkai Star Rail akhirnya memasuki versi 2.0 dengan memperkenalkan dunia…

PlayStation

September 5, 2024 - 0

Review ASTRO BOT: Game Platformer Terbaik Playstation Sejauh Ini!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Astro Bot ini? Mengapa kami…
August 26, 2024 - 0

Review Black Myth – Wukong: Liar, Nakal, Brutal!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Black Myth: Wukong ini? Mengapa…
August 9, 2024 - 0

Review Elden Ring – Shadow of the Erdtree: Tidak Bebas dari Kritik!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Elden Ring - Shadow of…
July 17, 2024 - 0

Review Kunitsu-Gami: Antara Suka Atau Benci!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Kunitsu-Gami ini? Apa yang membuat…

Nintendo

July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…
September 21, 2022 - 0

Review Xenoblade Chronicles 3: Salah Satu JRPG Terbaik Sepanjang Masa!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Xenoblade Chronicles 3? Mengapa kami…