Review The Crew 2: Jual Kuantitas, Bukan Kualitas!
Dunia Luas yang Kurang Motivasi

Seperti yang ditawarkan oleh The Crew di seri pertama, Ubisoft kembali menawarkan daratan Amerika Serikat yang luas sebagai “arena bermain”. Namun tidak dalam perbandingan 1:1 tentu saja, tetapi cukup luas untuk memastikan diri untuk menyediakan ruang bagi semua landmark yang mendefinisikan negara itu sendiri. Dari pantai timur ke pantai barat, Anda akan bertemu dengan begitu banyak lokasi, dari pantai Santa Monica yang terang, jurang Grand Canyon, rawa-rawa penuh pohon Mangrove, hingga patung Liberty yang tentu saja menjadi ikon dari Amerika Serikat tersebut. Dengan begitu banyaknya varian daerah yang mereka tawarkan di sini, Ubisoft memastikan bahwa arena bermain Anda di The Crew 2 tidak akan pernah membosankan. Dari perspektif kuantitas, mereka melakukan tugasnya dengan baik.


Namun sayangnya, sulit untuk tidak mengakui bahwa masalah yang terjadi di The Crew pertama, kembali terjadi di The Crew 2. Benar sekali, ia menawarkan motivasi yang terhitung minim untuk dieksplorasi. Dengan fungsi fast-travel untuk melompat dari satu misi balapan ke misi balapan yang lain, hampir tidak ada alasan bahwa Anda harus melewati daratan Amerika super luas ini begitu saja. Memang Anda akan bertemu dengan ragam misi sampingan di sekitarnya, namun fungsi yang ini juga mendukung fast-travel untuk melompat cepat ke tempat yang dibutuhkan. Satu-satunya alasan tinggal mengabadikan momen Anda lewat Photo Mode dan juga misi-misi sampingan yang meminta Anda untuk memotret satu objek tertentu. Untuk urusan terakhir ini, walaupun reward yang ditawarkan untuk progress Anda menggiurkan, namun tidak terlalu menarik untuk dikejar.


Maka yang Anda temukan adalah sebuah dunia luas yang tidak memberikan banyak alasan untuk dijelajahi. Namun untuk setiap daerah yang Anda singgahi, baik untuk sekedar menyelesaikan misi utama ataupun sekedar iseng, Anda akan berhadapan dengan kualitas visualisasi yang pantas untuk diacungi jempol. Ragam efek visual, dari tata cahaya hingga cuaca yang berubah seolah membuat adu kecepatan Anda berujung kian dramatis. Pemandangan yang ditawarkan, baik dari wilayah urban, tebing tinggi di daerah gurun, gunung raksasa yang menjulang di kejauhan, hingga sekedar ladang anggur yang membentang luas ketika Anda menyusurinya memang memanjakan mata. Tetapi di sisi lain, sangat disayangkan pula bahwa level physics dan destuksi yang dihadirkan terhitung minim. Melintasi ladang anggur dengan kecepatan tinggi misalnya, sayangya tidak menimbulan efek rusak dan sejenisnya.

Entah sengaja atau tidak, ada satu hal yang menurut kami cukup membingungkan dari desain setiap track The Crew 2 itu sendiri. Dan ia adalah warna atau pilihan ukuran palang arah track yang jika dibandingkan dengan game-game racing arcade yang lain, memang terhitung kecil dan tidak jelas. Terkadang membuat Anda yang memainkanya di televisi berukuran besar sekalipun harus berkonsentrasi untuk memastikan Anda tidak bergerak ke arah yang salah hanya karena masalah yang satu ini. Mengingat konsepnya yang lumayan terbuka dan secara otomatis mengembalikan Anda ke track yang seharusnya, ini bisa jadi sumber masalah tersendiri. Kami sendiri tidak tahu apakah desain seperti ini memang sengaja digunakan Ubisoft untuk memberikan ekstra tantangan saat balap, ataukah ini masalah teknis seperti texture-popping misalnya. Atau mungkin saja, mata kami yang mulai bermasalah.
Dunia yang indah namun tanpa motivasi yang kuat untuk menjelajahinya, di luar presentasi visual yang terhitung memanjakan mata, Ubisoft dan Ivory Tower – sang developer sepertinya tidak berbenah banyak dari kesalahan di seri pertama.
Kuantitas, Bukan Kualitas

Berusaha untuk menyediakan semua jenis balapan yang bisa mereka sediakan, dan menggaet pasar pecandu kecepatan manapun yang ingin melirik sebuah game racing, motivasi ini sepertinya tercermin jelas dari apa yang berusaha ditawarkan oleh Ubisoft di The Crew 2 ini. Bergerak dari satu misi balapan ke misi balapan lain dengan sisi cerita yang tidak terlalu penting, Anda benar-benar disugunkan dengan varian balapan yang beragam. Misi yang meminta Anda untuk tidak hanya menguasai adu kecepatan di darat, udara, ataupun air saja, tetapi juga memastikan bahwa Anda tampil mumpuni di setiap sub-kagetori yang mengikuti elemen-elemen tersebut. Varian dan kuantitas di The Crew 2, memang bukan omong kosong.
Kita berbicara soal balapan di darat, udara, dan air. Kita berbicara bagaimana balapan di darat tidak lagi selalu sekedar mobil balap jalanan yang diadu di kecepatan tinggi. Anda bertemu dengan kategori drift, drag, monster truk yang berfokus untuk mengumpulkan poin gaya sebanyak mungkin, mobil Formula, Supercar dengan konsep touring, sepeda motor, hingga balapan offroad yang membiarkan Anda menerjang begitu saja banyak rintangan. Di laut, Anda bertemu dengan setidaknya dua varian speedboat yang hadir dengan tantangan dan sifat berbeda, dan begitu juga di udara dimana pesawat Anda dibagi ke dalam dua kategori – adu kecepatan dan adu gaya untuk point yang tentu saja, punya pendekatan gameplay berbeda. Semakin jauh progress permainan Anda, maka semakin banyak pula varian balap yang bisa Anda buka. Jangan lupa, Anda harus membeli setidaknya satu varian kendaraan dari setiap kategori untuk bisa memainkannya. Mengingat ia tidak dibagikan secara cuma-cuma, management resource reward juga menjadi esensial.



Namun sayangnya, pada akhirnya, kuantitas memang menurut kami, menjadi kekuatan utama The Crew 2. Sementara dari sensasi balapannya sendir dan gameplay yang ada, tidak sebaik yang diharapkan, bahkan untuk ukuran game racing sekalipun. Walaupun masih bisa ditoleransi di sesi balapan air ataupun udara yang sekedar berujung repetitif dan tidak banyak menawarkan tantangan se-intens seperti di darat misalnya, sensasi berkendara kedua wilayah tersebut masih lebih baik daripada sensasi berkendara di darat yang seharusnya jadi “bintang” utama. Permasalahan kenikmati bermain terletak di sini.
Seperti yang kita tahu, The Crew 2 adalah sebuah game racing arcade yang memang tidak ditujukan untuk merepresentasikan kondisi balap di dunia nyata. Namun kualitas dan sensasinya sebagai game racing arcade juga tidak bisa dibilang memesona, terutama saat di balapan darat. Sensasi mengendarai mobil ataupun motor seperti tengah memacu kendaraan di atas jalanan es dan super licin. Tidak ada sensasi grip yang seharusnya terjadi ketika Anda memacu kendaraan Anda dalam kecepatan tinggi ataupun sensasi bahwa kendaraan yang Anda gunakan, memang punya berat. Hasilnya adalah adu kecepatan yang terasa begitu halus dan licin, seperti tengah berkendara di atas dunia yang tidak punya efek physics sama sekali. Untuk sebuah standar game racing arcade yang tidak berusaha mencerminkan dunia nyata sekalipun, ini berujung pantas dipertanyakan.


Permasalahan lain juga mengakar pada sistem upgrade per kendaraan yang mereka eksekusi dengan sistem berbasis lootbox. Bahwa alih-alih membiarkan Anda membeli setiap komponen yang Anda inginkan dan butuhkan untuk memperkuat dan mempercepat kendaraan Anda, satu-satunya cara untuk mendapatkan komponen ini adalah lewat lootbox yang jatuh tiap kali Anda berhasil menyelesaikan misi yang ada, utama ataupun sampingan. Maka seperti sistem lootbox kebanyakan, setiap komponen ini juga dibagi ke dalam berbagai level kelangkaan berbasis warna, dengan yang paling langka juga akan menghadirkan buff status permanen yang menguntungkan, walaupun terkadang, hadir dengan status yang tidak lebih baik. Secara garis besar, ia mirip dengan apa yang berusaha dilakukan EA di NFS: Payback tahun lalu. Berita baiknya? Ia tidak semengerikan dan seburuk cara EA menanganinya.
Untuk membuatnya terasa lebih baik, sistem lootbox yang Anda dapatkan ini selalu akan menawarkan komponen dengan status yang lebih tinggi dari yang Anda miliki sekarang, hingga Anda tidak perlu melakukan proses grinding. Kami juga menemukan efek rubber-banding yang cukup minim pula saat bertarung dengan karakter AI. Ini berarti, jika Anda memimpin jauh sebuah lomba, Anda tidak perlu khawatir bahwa untuk alasan yang tidak jelas, mereka tiba-tiba bisa berada memacu kecepatan di dekat Anda atas nama desain “curang” untuk mempertahankan aura kompetitif, misalnya. Namun di sisi lain, dengan sistem lootbox yang konten-nya acak, ini berarti mustahil bagi Anda untuk mengincar komponen yang menurut Anda penting atau prioritaskan. The Crew 2 juga mengusung setting lebih advanced untuk mengatur performa yang ada, namun seperti yang bisa diprediksi, tidak banyak berkontribusi secara signifikan.


Maka dengan konsep permainan seperti ini, maka Anda sepertinya sudah memahami pengalaman bermain seperti apa yang akan Anda dapatkan. Digabungkan dengan fakta bahwa dunianya yang luas tidak banyak memotivasi proses eksplorasi, maka The Crew 2 akan berakhir dengan pengalaman yang meminta Anda untuk bergerak dari satu misi balapan ke misi balapan lain, dengan fast-travel, mendapatkan lootbox, memperkuat mobil Anda, bergerak ke misi selanjutnya, dan seterusnya, hingga Anda merasa sudah cukup puas dengan jumlah misi, yang memang terhitung banyak.

Lantas, bagaimana dengan sistem berganti kendaraan yang terus didengungkan pada saat proses marketing sebelum rilis? Sayangnya, fitur ini hanya bisa dimaanfaatkan di dua sesi saja: eksplorasi dan juga Live Extreme Racing yang menjadi event utama di dalam cerita. Bergantung pada kendaraan yang Anda pilih sebagai favorit, Anda bisa berganti kendaraan secara instan di sesi eksplorasi semudah menekan tombol analog kanan dan kemudian memilihnya di versi PS4. Namun ingat, proses pergantian terjadi secara instan, hingga Anda yang memilih speedboat di atas jalanan beraspal atau sebaliknya misalnya, akan berhadapan dengan berita buruk. Sementara untuk sesi Extreme Racing yang jadi andalan di sisi cerita, proses pergantian ini secara otomatis. Tidak ada sesi balapan yang benar-benar memanfaatkan fitur ini dengan optimal.
Namun, acungan jempol memang pantas diarahkan pada Ivory Tower soal variasi jenis balapan yang ia tawarkan, yang harus diakui terhitung cukup unik. Mengendalikan pesawat untuk bergerak gaya bebas hanya untuk mendapatkan point misalnya, adalah pengalaman yang sulit Anda dapatkan di game-game racing yang lain. Pendekatan dan varian misi yang kami temukan, seperti saat sebuah sesi touring dengan Speed Car yang membutuhkan waktu setidaknya 30 menit dunia nyata untuk dielesaikan misalnya, memang cukup mengejutkan dan menyegarkan di saat yang sama. Hanya saja, kuantitas begitu banyak misi ini tidak didukung dengan desain gameplay yang bisa dibilang, berkualitas. Itu saja.