Review Red Dead Redemption 2: Simulasi Kualitas Tinggi!
Rockstar Games, nama developer yang satu ini memang punya asosiasi kuat dengan dua kata yang seringkali bergandengan di satu kalimat yang sama: game open-world dan berkualitas tinggi. Hampir semua gamer sepertinya mengenal citra yang satu ini, apalagi setelah bercermin pada produk yang mereka hasilkan di masa lalu. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika banyak gamer yang menunggu kehadiran Red Dead Redemption 2 yang akhirnya tersedia untuk Playstation 4 dan Xbox One. Antisipasi kian tinggi setelah beberapa informasi sebelum rilis memberikan gambaran detail seperti apa yang hendak dikejar oleh Rockstar Games, termasuk kontroversi jam kerja padat yang kian menegaskan soal ambisi dan kualitasnya itu sendiri.
Yang menarik adalah fakta bahwa Red Dead Redemption 2 ternyata menawarkan sesuatu yang berbeda dari game open-world kebanyakan, bahkan GTA sekalipun. Ia menawarkan pace permainan yang begitu lambat dengan cerita yang panjang serta penguatan mekanik gameplay yang menghasilkan cita rasa simulasi dunia barat liar yang seharusnya. Fakta yang akhirnya membuat kami, JagatPlay untuk pertama kalinya, harus meracik dua artikel preview terpisah untuknya. Namun berita baiknya, seperti apa yang bisa Anda harapkan dari sebuah game racikan Rockstar, Red Dead Redemption 2 tampil memesona. Hanya saja, ia bukan game open-world yang selama ini Anda kenal.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Red Dead Redemption 2? Mengapa kami menyebutnya sebagai simulasi kualitas tinggi? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Terlepas dari angka “2” yang ia usung, Red Dead Redemption 2 sebenarnya merupakan seri prekuel dari Red Dead Redemption 1. Cerita yang diambil terjadi belasan tahun sebelum Anda memainkan John Marston yang mulai menua di seri pertamanya.
Anda berperan sebagai seorang outlaw bernama Arthur Morgan yang hidup bersama di dalam sebuah gang yang dipimpin oleh Dutch. Hidup dari beragam aksi kriminal yang sepertinya, menjadi spesialisasi dari anggota Dutch’s gang yang berbeda, gerombolan ini harus kabur setelah aksi raksasa mereka di Blackwater yang seharusnya menjadi akhir dari segalanya, berakhir menjadi bencana. Dikejar oleh pihak berwajib dan pemburu bayaran, Dutch’s Gang harus kabur ke daerah lebih barat untuk bertahan hidup. Mereka harus memulai segala sesuatunya dari awal.
Sebagai tangan kanan yang sudah mengikuti Dutch sejak remaja, Arthur Morgan percaya pada visi dan misi Dutch. Dutch saat ini hanya ingin mengumpulkan sebanyak mungkin uang dan membawa gang yang ia pimpin, setiap dari mereka, untuk keluar dari Amerika dan berpindah ke pulau tropis untuk hidup tenang dan damai. Mengingat aksi kriminal adalah satu-satunya solusi yang bisa mereka pikirkan, maka Dutch mulai menyusun rencana untuk mengumpulkan uang tersebut. Semuanya dilakukan bersama dengan bantuan Arthur dan nasehat dari anggota yang lebih tua – Hosea. Sementara di sisi lain, anggota gang yang lain juga ikut berperan aktif.
Maka seperti yang bisa diprediksi, visi Dutch ini tidak semudah itu direalisasikan. Selain harus mengumpulkan kembali anggota yang tercecer setelah apa yang terjadi di Blackwater, mereka belum bebas dari status buronan mereka begitu saja. Salah satu pihak berwajib yang berisikan para agent elite – The Pinkerton terus memburu mereka. Terjebak di antara dua desakan yang berbeda, Dutch harus tetap berupaya mengumpulkan uang yang ia butuhkan sembari memastikan gang-nya tidak terdeteksi dan tertangkap oleh The Pinkerton. Situasi yang terkadang membuat para gang harus berpindah tempat.
Lantas, mampukah Dutch memenuhi visinya untuk membawa semua anggota gang bersantai di sebuah pulau tropis? Seperti apa pula peran Arthur Morgan di dalamnya? Tantangan seperti apa yang harus mereka hadapi? Semua jawaban dari pertanyaan tersebut bisa Anda dapatkan dengan memainkan Red Dead Redemption 2 itu sendiri.