Review PAMALI: Kreativitas dalam Ketakutan!
META

Salah satu desain yang membuat kami jatuh hati dengan PAMALI adalah bagaimana ia berujung meracik sebuah cerita yang tidak hanya cerdas saja untuk membuat presentasi empat skenario tersebut sebagai sesuatu yang rasional, tetapi juga membangunnya sebagai sesuatu yang meta di dalamnya. Berperan sebagai developer yang berusaha meracik sebuah game horror adalah keputusan yang fantastis di mata kami.
Perasaan meta yang Anda dapatkan membuat Anda merasa seolah tengah berperan sebagai salah satu anggota tim developer StoryTale Studios itu sendiri, dan kami menyukainya. Hal ini diperkuat dengan beragam email balasan yang masuk ke dalam komputer Anda – salah satu objek interaktif yang bisa Anda buka dalam permainan, semakin mendorong sensasi tersebut. Email-email yang kebanyakan bercerita soal demo game horror terbaru sang developer in-game tersebut juga terasa mewakili beragam komentar yang mungkin masuk ketika demo PAMALI pertama kali beredar. Mengambil kacamata seorang developer sebagai fokus juga memungkinkan developer menyuntikkan ragam pesan “PSA” dan “Tutorial” yang diarahkan pada Anda, tapi didesain seolah-olah sebagai pesan untuk sang developer, karakter utama yang Anda gunakan. Cerdas!


Salah satu hal kecil lain yang membuat kami jatuh hati juga terletak pada fungsi “waktu” yang ia sematkan namun bisa berakhir tidak disadari oleh banyak gamer. Untuk memastikan sensasi meta-nya tepat dan kuat, PAMALI juga membuat sistem waktu merefleksikan kondisi ruang saat Anda memainkan karakter developer utamanya. Ini berarti jika Anda memainkan PAMALI di pagi hari (atau setidaknya waktu yang tercatat di komputer), maka karakter developer meta-nya juga akan aktif di pagi hari yang terlihat lewat cahaya luar ruangan dan kondisi taman di dekat kamar, setting utamanya. Jika Anda memainkannya tengah malam, kondisinya juga malam. Hal kecil seperti ini membuat PAMALI terasa istimewa, setidaknya dari niat untuk menyuntikkan detail yang pantas untuk diacungi jempol. Namun sayangnya, ini hanya terjadi di sisi developer meta-nya saja, namun tidak di dalam skenario dari kisah hantunya sendiri.
Dari sisi visual, PAMALI memang tidak bisa terbilang istimewa. Namun setidaknya sang developer berhasil membangun atmosfer yang tepat untuk dua hal: menciptakan suasana horror yang cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding dan tetap mempertahankan cita rasa Indonesia yang kuat di dalamnya, lewat desain rumah dan beragam pernak-pernik di dalamnya. Untuk Anda yang seperti halnya kami sempat mengeluhkan gelapnya tata cahaya ruangan di versi demo, kami datang dengan berita baik. Proses pencahayaannya terasa jauh lebih baik di versi final ini, yang kini juga dengan opsi untuk mengaturnya via menu yang tersedia.

Desain penuh acungan jempol juga pantas diarahkan pada desain suara yang ada. Keputusan untuk membuat kesunyian sebagai elemen dominan ketika Anda beraktivitas alih-alih menyuntikkan musik belakang layar misalnya adalah keputusan yang fantastis untuk mempertahankan atmosfer misterius dan menyeramkan yang tepat. Pilihan lagu yang tepat pada saat momen itu tiba atau sekedar suara-suara kecil yang membuat Anda harus fokus pada satu titik yang dikehendaki oleh sang developer berujung bekerja sebaik yang seharusnya. Untuk urusan yang satu ini, StoryTale Studios melakukan tugas yang baik.
Dengan demikian, terlepas dari keberhasilannya membangun atmosfer yang misterius dan menyeramkan lewat desain level dan suara yang ada, keputusan untuk menyuntikkan sebuah elemen yang meta di dalamnya adalah sesuatu yang membuat kami berujung jatuh hati pada PAMALI. Bahwa alih-alih sekedar mengikuti formula game horror standar yang sempat ditawarkan oleh produk lokal dan luar, mereka memutuskan untuk menawarkan sesuatu yang kreatif di dalamnya. Terlihat tidak penting memang, namun cukup untuk membuatnya memiliki identitas uniknya sendiri.
Kreatif dan Berbeda

Sensasi kreativitas yang kuat tersebut juga muncul dari mekanisme gameplay PAMALI itu sendiri. Karena harus diakui, versi demonya sendiri tidak terlalu meyakinkan. Berusaha memperkenalkan dan membangun sebuah game di atas sebuah nilai kultural yang tidak terlalu populer di dunia barat seperti “Pamali” misalnya adalah sebuah pekerjaan yang berat. Versi demo di kala itu juga tidak sebegitu solid mengingat konsep tersebut tidak punya struktur yang jelas untuk diikuti. Berita baiknya? Mereka memperbaikinya di versi final yang ada dan membuatnya tampil sebagai game horror yang tidak hanya solid, tetapi juga unik dan istimewa di saat yang sama.


Ketika game horror meminta Anda untuk sekedar berlari dan bersembunyi atau di beberapa game lain, bertarung dengan menggunakan senjata yang ada, PAMALI bermain di sektor yang di mata kami, lebih kepada sekedar “pengalaman” yang ada. Untuk memperkenalkan konsep pamali di dalam game ini, sang developer menyuntikkan beragam objek interaktif yang bisa Anda sentuh, pegang, baca, ubah posisinya, hingga mengambil dan menyimpannya di dalam inventory yang ada. Setiap objek ini tentu bisa memicu konsekuensi positif ataupun negatif, yang di antaranya, membuat penampakan Kuntilanak menjadi lebih sering. Di akhir skenario, terlepas dari apapun ending yang Anda dapatkan, Anda akan diberikan informasi aksi mana saja yang Anda lakukan dan dihitung sebagai “pamali”. Ini membuatnya tampil sebagai game yang sangat mengandalkan proses trial & error.


“Terlepas dari apapun ending yang Anda dapatkan”? Benar sekali, Anda tidak salah membacanya. Alih-alih tampil sebagai sebuah game horror super singkat, StoryTale Studios mengakali keterbatasan gameplay dan pengalaman tersebut dengan menawarkan setidaknya 35 buah ending yang bisa Anda picu setelah melewati syarat dan ketentuan berlaku. Setiap ending ini punya trigger beragam, dari yang sederhana hingga yang super kompleks. Dari yang “malas” seperti langsung menjual rumah tanpa membersihkannya dan berujung tidak laku hingga menemukan jenglot dalam rumah, memberikannya darah, dan membuat Anda tampil sebagai “superhero” yang bisa menguasai dan mengendalikan beragam makhluk halus sekalipun. Tentu saja, tidak semua ending tersebut diperlihatkan dalam bentuk cut-scene spesial. StoryTale Studios menyuntikkan kesimpulan tersebut via deskripsi tulisan itu sendiri.
Maka dengan kedua sistem seperti ini, dimana ada ending beragam dan sistem pengetahuan via proses trial & error, PAMALI membentuk diri sebagai sebuah game horror yang berakhir punya struktur jelas di atas konsepnya yang unik. Sang developer juga kini menyuntikkan objektif yang jelas untuk setiap harinya agar Anda pelan tapi pasti, bisa mengarah ke ending terbaik yang ada. Untuk “cerita utama” yang seharusnya, Anda harus menyelesaikan objektif setiap harinya, dari mengumpulkan berkas hingga membersihkan rumah itu sendiri. Hingga pada akhirnya, Anda akan menemukan masalah supranatural yang terjadi dan didorong untuk menjalankan ritual tertentu untuk membersihkannya. Namun sekali lagi, selalu ada kesempatan untuk tidak melakukan itu dan berkreasi mencari ending favorit Anda sendiri.


Kuntilanak yang Anda temui sepanjang permainan memang tidak didesain untuk menyerang dan “membunuh” Anda. Ia tampil sebagai kekuatan luar diri yang meningkatkan atmosfer dari sekedar mencekam menjadi super menyeramkan, sembari menjadi konsekuensi dari interaksi objek Anda yang “pamali” di dalamnya. Kami sendiri senang dengan desain seperti ini, karena membuat PAMALI terasa seperti sebuah game investigatif alih-alih game action atau survival horror yang saat ini, memang terlalu memadati industri game. Sebuah pendekatan kreatif yang pada akhirnya, dieksekusi manis.
Memang ada beberapa hal yang cukup disayangkan, seperti minimnya sistem acak di kemunculan Kuntilanak itu sendiri. Bahwa alih-alih hadir random, kebanyakan penampakan yang ada terjadi karena satu trigger spesifik. Seiring dengan frekuensi bermain, Anda akan belajar dan sistem seperti ini membuat level keterkejutan Anda terhadap kehadiran makhluk halus ini, semakin rendah. Anda sudah memahami dimana dan karena apa ia akan muncul dan langsung mempersiapkan diri. Fakta bahwa ia tidak banyak beraksi mengejar Anda misalnya juga membuat tidak ada level ketegangan dan ketergesa-gesaan untuk menyelesaikan objektif Anda. Eksplorasi bisa Anda lakukan sesantai dan setenang yang Anda inginkan. Pelan tapi pasti, PAMALI akan kehilangan sensasi seram yang seharusnya.


Salah satu pujian tertinggi kami terletak pada fitur translasi yang bisa dilakukan secara real-time saat Anda menemukan dokumen ataupun informasi di secarik kertas ketika ditemukan. Transisi dari bahasa Indonesia ke bahasa Inggris terjadi begitu saja lewat penggunaan satu tombol spesifik. Untuk gamer Indonesia, hal ini mungkin tidak terlalu istimewa. Namun kami bisa melihat bagaimana cita rasa otentik budaya Indonesia bisa terasa tetap kental lewat penggunaan bahasa Indonesia di dalam game bagi gamer-gamer luar, tetapi di sisi lain, tetap memiliki opsi kemudahan untuk mengerti dan memahami setiap hal yang mereka lihat di sini. Fitur yang pantas diacungi jempol.