Review Metro Exodus: Arah Baru Mengagumkan!
Dunia yang Baru

Jika ada satu hal yang berhasil dilakukan 4A Games dengan Metro Exodus adalah memberi pemahaman yang lebih jelas dan menggoda terkait dunia dan semesta Metro yang seharusnya. Bahwa tidak seperti dua seri sebelumnya yang terkunci hanya pada kota Moscow dan semua terowongan bawah tanahnya yang super “aman”, Anda kini akhirnya bisa menjelajahi dunianya yang sebenarnya. Sebuah kehidupan di luar Moscow, dimana tidak sekedar setting, Anda juga akan bertemu dengan kelompok-kelompok berbeda yang menggunakan cara mereka masing-masing untuk merasionalisasi dan bertahan hidup setelah kiamat kecil yang mereka rasakan.
4A Games meracik wilayah-wilayah baru di luar Moscow ini dengan fantastis. Dengan konsep dunia semi open-world terbuka yang bisa Anda jelajahi untuk ekstra reward dan akan kita bahas nantinya, adalah komitmen mereka untuk memastikan Anda bertemu dengan semua terrain yang ada lah yang langsung membuat kami jatuh hati. Mereka membawa Anda melewati begitu banyak lokasi, dari yang bersalju tebal, padang gurun, rawa, desa terabaikan yang penuh dengan reruntuhan, hingga tentu saja – terowongan. Mereka seolah ingin membuktikan bahwa engine yang mereka usung tidak lagi sekedar hanya bisa menangani dinding besi dan ruangan yang gelap. Kesempatan untuk menikmati dan memahami betapa luasnya dunia di luar Moscow adalah bagian terbaik Metro Exodus. Apalagi mengingat kecerdasan mereka untuk membungkusnya dalam plot yang menarik, sembari terus menjadikan Aurora sebagai bagian yang tidak terpisahkan.


Sisi lain yang tidak kalah mengagumkan adalah bagaimana seperti halnya wilayah yang Anda kunjungi, Metro Exodus juga berhasil memperkenalkan dan meracik faksi berbeda yang masing-masing punya cara coping saat berhadapan dengan dunia yang tidak lagi rasional ini. Dan pada akhirnya, memunculkan musuh yang menarik. Selain para mutant dari beragam jenis yang masih menjadi sumber ancaman besar, faksi-faksi baru ini menyimpan kisah yang cukup menggelitik. Dari para pemeluk keyakinan ekstrim yang percaya bahwa teknologi adalah musuh manusia dan berujung menyembah ikan raksasa sebagai penyelamat, para kanibal yang menjebak musuh dan memangsa mereka tanpa ampun, hingga para bandit yang berdiri di bawah penguasa lalim yang hidup dari darah para budak. Melihat kegilaan para faksi ini jadi keasyikan tersendiri untuk menyelami dunia lebih luas Metro Exodus.
Namun sayangnya, terlepas dari presentasi visual dan audio yang lebih baik, ada beberapa masalah “khas” Metro yang masih terasa. Animasi dan pergerakan kamera pada saat cut-scene yang masih terasa “kaku” masih akan Anda temui di sini, bersama dengan beberapa bug dan glitch visual yang mengganggu. Kita tidak sekedar berbicara soal kasus objek yang sekedar melayang di udara atau salah satu pertarungan boss yang di kasus kami tiba-tiba menolak untuk bergerak dan tertahan diam begitu saja. Kita juga berbicara soal bug subtitle yang entah karena alasan apa menolak untuk bergerak dan menuliskan apa yang sebenarnya tengah dibicarakan oleh karakter yang ada. Dari awal hingga akhir permainan, terlepas dari cara apapun yang kami tempuh, masalah subtitle yang tertahan ini tidak pernah kunjung diatasi. Sebuah masalah teknis yang benar-benar menjengkelkan. Beberapa lokasi sempit juga terkadang menahan gerak karakter karena satu atau dua objek kecil di kaki yang jadi rintangan dan terkadang bisa berujung jadi mimpi buruk, apalagi ketika Anda berusaha lari dari ancaman tertentu.


Setidaknya kualitas konsisten tetap dihadirkan untuk elemen audio mereka yang memesona. Kita tidak hanya sekedar bagaimana suara-suara kecil, dari dentingan metal hingga bunyi gerak makhluk misterius di balik kegelapan membangun atmosfer yang kian menegangkan pada proses eksplorasi Anda saja. Kita juga berbicara bagaimana fokus interaksi antara para kru di dalam Aurora kini juga dibarengi dengan implementasi beberapa musik berbahasa Russia yang merdu untuk dialunkan dengan permainan gitar akustik, baik oleh sosok Artyom ataupun karakter NPC yang lain. Ada nilai lebih pada penambahan musik seperti ini, yang untungnya disematkan cukup banyak di sela-sela momen yang penting. Ada apresiasi ekstra soal keseriusan mereka menangani sisi audio yang ada dan tidak lagi sekedar soal detail saat pertempuran. Dan tentu saja, suara beragam senjatanya yang memuaskan.

Dari masalah presentasi, di luar beberapa bug dan glitch yang menyebalkan, Metro Exodus memperlihatkan tajinya. Kesempatan untuk mengeksplorasi dunia di luar sekedar terowongan memberikan pemahaman lebih luas soal semesta franchise yang satu ini, apalagi mengingat ia juga diperkuat dengan faksi musuh yang menarik. Hal dan kualitas yang sama juga terjadi di presentasi audio yang tidak kalah fantastis. Dan kita masih belum bicara soal implementasi teknologi RTX yang akan kita bahas di sesi terpisah.
Semi Open-World

Salah satu perubahan signifikan di Metro Exodus tidak hanya terletak dari beragam wilayah di daerah terbuka yang bisa Anda kunjungi, tetapi konsepnya yang bergeser dari sebuah game FPS linear menjadi game FPS semi open-world. Ini berarti, ada area super luas yang bisa Anda kunjungi dengan bebas dan memfasilitasi hal apapun yang Anda inginkan dengannya. Tentu saja, bukan game semi open-world namanya jika selain lokasi misi utama yang mau tidak mau harus Anda kunjungi, Anda juga akan disibukkan dengan misi sampingan dan beberapa lokasi-tanpa-misi yang bisa Anda dekati untuk menemukan hal-hal yang akan menguntungkan Anda. “Bungkus baru” inilah yang ditawarkan oleh Metro Exodus untuk mendukung narasi soal pencarian rumah baru bagi Artyom, Anna, dan para Spartan.


Namun ingat, semi open-world bukan berarti game open-world sepenuhnya. Progress yang ditawarkan Metro: Exodus masih bersifat linear. Ini berarti lokasi yang Anda kunjungi berikutnya akan sangat bergantung pada cerita yang tengah Anda dapatkan. Anda tetap tidak bisa menggunakan Aurora misalnya, untuk berkunjung ke tempat manapun yang Anda inginkan dan menyelesaikan misi di sana. Posisi Aurora – sang kereta api di sini tidak lebih dari sekedar lokomotif penggerak plot dan bukan moda transportasi bebas yang bisa Anda gunakan untuk bergerak kemananpun Anda inginkan. Konsep “Semi” di sini menjelaskan bahwa walaupun progress cerita di sini berjalan linear, setiap area yang Anda kunjungi biasanya punya ukuran yang cukup luas dengan beberapa misi sampingan di dalamnya. Ini berarti ada ekstra kesempatan eksplorasi di luar menjalankan sekedar cerita utama.
Tentu saja, ada motivasi yang harus didorong untuk membuat aksi tersebut terbayar manis. Di Metro Exodus, motivasi tersebut datang dari beragam resource yang bisa Anda kumpulkan dan mungkin, modifikasi senjata dan bahkan equipment yang akan membantu Anda perjalanan Anda selanjutnya. Karena berbeda dengan seri sebelumnya yang membuat jenis ammo tertentu sebagai “mata uang” berbelanja keperluan Anda di merchant yang ada, Metro Exodus mendorong sistem crafting sebagai fokus. Tidak ada lagi aktivitas belanja dan menyimpan ammo spesial di sini.


Kebutuhan untuk mengumpulkan resource untuk dijadikan sebagai beragam item yang Anda butuhkan akan menjadi motivasi terpenting untuk melakukan proses eksplorasi. Resource yang dibagi ke dalam dua kategori besar ini bisa Anda gunakan dari meracik peluru untuk senjata yang Anda dapatkan, item penyembuh untuk Artyom yang rentan, hingga Filter tentu saja – yang dibutuhkan untuk menyaring udara kotor dari radiasi. Filter yang berbasis waktu ini seperti di seri-seri Metro sebelumnya, esensial untuk menjelajahi daerah dengan radiasi tinggi. Daerah-daerah ini selain untuk progress cerita di misi utama, bisa menghasilkan reward yang tidak kalah berharganya ketika Anda memberanikan diri untuk memasukinya.
Hal lain yang bisa Anda dapatkan selain resource untuk crafting adalah ragam senjata varian baru, modifikasinya, serta equipment yang bisa membuat Anda lebih siap menghadapi tantangan apapun yang Anda hadapi di masa depan. Helm untuk Artyom misalnya memiliki varian yang membuatnya lebih tahan damage jika Anda berhasil menemukan variannya saat eksplorasi, atau armor yang salah satunya bisa memuat peluru lebih banyak agar Anda tidak perlu panik saat bertemu dengan ragam musuh yang ada. Modifikasi senjata sangat bergantung pada part yang berhasil Anda temukan selama perjalanan dan berujung Anda ambil. Semakin sering Anda melakukan proses eksplorasi, semakin besar pula kemungkinan Artyom akan bertahan hidup.


Dalam konsep semi open-world seperti ini, misi sampingan Metro Exodus juga ditangani dengan menyematkan sekedar konsep “lokasi menarik” yang bisa Anda periksa via peta atau teropong. Tidak ada informasi terkait objektif jelas apa yang harus Anda lakukan di setiap dari mereka, walaupun terkadang mereka hadir dengan desain level dan tantangan tersendiri. Reward untuk lokasi seperti ini tidak selalu resource ataupun senjata, tetapi bisa juga berujung jadi “key item” yang dipinta oleh NPC yang lain seperti sekedar boneka beruang atau gitar misalnya. Walaupun tidak lantas diterjemahkan menjadi reward yang akan memperkuat Artyom, namun ia sepertinya ikut berpengaruh pada ending seperti apa yang akan Anda dapatkan ketika Aurora berhenti di peristirahatan terakhirnya. Namun sekali, mengingat konsepnya adalah misi “sampingan”, tidak pernah ada keharusan bagi Anda untuk menyelesaikannya. Porsi lokasi yang menarik untuk dijelajahi tentu saja berbeda-beda bergantung pada wilayah dimana Aurora tengah berhenti.
Berbicara soal musuh yang Anda hadapi, selain para mutant ganas yang terkadang berujung pada pertarungan melawan boss besar yang akan menguras resource yang ada, Anda juga akan bertarung melawan beragam faksi di wilayah pemberhetian mereka masing-masing. Watak AI mereka tidak banyak berbeda, tetapi cukup memancarkan identitas berbeda lewat pilihan senjata. Salah satu wilayah perkotaan yang ditinggalkan misalnya, hanya memuat senjata yang menjadikan crossbow sebagai senjata, misalnya. Dengan bantuan Binocular dan kemampuan untuk menundukkan secara stealth, bermain pintar terutama saat Anda berusaha menginfiltrasi camp atau markas yang secara kuantitas memuat ancaman lebih besar akan sangat membantu. Ada pilihan untuk membunuh mereka secara brutal atau sekedar menundukkan mereka dan membuat mereka pingsan.


Di sini ada mekanik unik Metro Exodus. Mengingat bahwa faksi yang Anda lawan sebenarnya tidak banyak “bersalah” dan menjalani hidup mereka dengan kepercayaan mereka masing-masing, terkadang aksi Anda membunuh membabi buta justru membuat Anda terasa seperti tokoh antagonis yang sebenarnya. Di salah satu camp misalnya, jika Anda memilih untuk lebih banyak membunuh secara terbuka alih-alih berusaha melumpuhkan mereka non-lethal misalnya, Anda bisa mendengar tangis para wanita dan anak-anak dari balik pintu yang ketakutan pada aksi yang Anda lakukan. Kerennya lagi? Jika Anda sudah menundukkan sebagai besar musuh di dalam markas / camp tersebut dan menghadirkan ancaman psikologis yang serius, tidak jarang Anda akan bertemu dengan NPC yang akan mengangkat tangan dan menyerah pada Anda ketika harapan untuk melawan balik nihil. Anda bisa membiarkan mereka, melumpuhkan mereka, atau bahkan membunuh mereka jika Anda menginginkannya. Namun membuat mereka pingsan / tewas adalah sesuatu yang harus dilakukan agar Anda bisa mengambil resource dan peluru yang mereka bawa.
Pertarungan melawan para mutant tetap menjadi bagian paling berbahaya dari Metro Exodus. Sebagian besar monster- monster ini punya identitas serangan mereka sendiri-sendiri. Ada yang bergerak cepat dan punya damage mematikan, ada yang menyerang secara bergerombol, ada yang hadir dengan hanya serangan range saja, dan tentu saja pertarungan boss yang super menyeramkan. Untungnya, Artyom sendiri dipersenjatai dengan varian senjata yang cukup mematikan, dari machine gun, crossbow, pistol, rifle, hingga shotgun yang akan sangat Anda andalkan. Dengan ragam modifikasi yang bisa Anda dapatkan, Anda bisa membuat semua senjata-senjata ini bahkan lebih berbahaya lagi. Artyom sendiri bisa membawa setidaknya 3 buah senjata saat berpetualang.


Elemen lain yang bisa manfaatkan tentu saja adalah siang – malam dinamis yang juga bisa Anda atur dengan cara beristirahat di beragam tempat tidur yang Anda temukan. Siang tentu saja membuat para mutant lebih jarang muncul, namun sulit untuk menundukkan musuh manusia yang biasanya berkeliaran di luar gedung. Anda harus benar-benar waspada untuk melihat setiap dari mereka. Jika Anda bertarung di malam hari, kejadian sebaliknya terjadi. Mutant menjadi lebih aktif dan banyak, sementara di sisi lain Anda kini menjadi lebih mudah untuk mengetahui posisi musuh manusia yang ada. Mengapa? Karena biasanya mereka dipersenjatai dengan sebuah helm lampu yang di malam hari, seperti sebuah penunjuk jelas bagi Anda soal lokasi mereka, kemana mereka akan bergerak, dan dimana Anda harus meletakkan peluru di ujung senjata Anda. Menggunakan siang dan malam ini akan jadi strategi yang menarik untuk Anda gunakan.

Dengan konsep semi open-world yang ia usung seperti ini sembari mempertahankan desain cerita yang tetap linear, Metro Exodus hadir dengan pengalaman bermain yang baru dan berbeda. Kebutuhan untuk eksplorasi memberikan ekstra apresiasi pada setiap dunia dan level yang ditawarkan 4A Games di sini, apalagi beberapa di antaranya terkadang juga meminta Anda untuk memasuki daerah yang jauh lebih berbahaya dari apa yang Anda bayangkan sebelumnya. Apa yang Anda berhasil capai dan selamatkan di dalamnya juga akan berkontribusi pada ending seperti apa yang Anda dapatkan. Berita baiknya? Ada fitur Quick Save – Quick Load untuk menyelamatkan semua keteledoran Anda.