Review Metro Exodus: Arah Baru Mengagumkan!
Implementasi Real Time Ray-Tracing Paling Optimal

PC Gaming mendapatkan lompatan teknologi dari sisi visual berkat implementasi teknologi RTX yang tengah didorong oleh NVIDIA. Mereka percaya bahwa real-time ray tracing adalah “masa depan” industri game dari sisi visual dan sepertinya mulai terbukti. Walaupun harus diakui, bukti dan testimoni untuk teknologi tersebut masih terbatas. Shadow of the Tomb Raider yang sempat didengungkan akan mengadaptasikannya berujung masih tak kunjung menghadirkan fitur tersebut. Sementara di sisi lain, Battlefield V yang memang terlihat fantastis dengan teknologi ini tidak banyak mempengaruhi sisi gameplay seperti ambisi yang sempat dibicarakan. Pembuktian selanjutnya tentu saja terletak di pundak Metro Exodus.
Dibandingkan dengan Battlefield V, kami merasa bahwa implementasi teknologi ray-tracing terbaik memang ditawarkan oleh 4A Games dengan Metro Exodus. Tidak seperti Battlefield V yang mati-matian berusaha menghasilkan refleksi realistis di dalam peta, dimana Anda bisa melihat bayangan Anda terpantulkan di beragam material dari mobil hingga kaca yang rusak sekalipun, Metro Exodus lebih berfokus pada visualisasi tata cahaya yang realistis. Refleksi bukanlah fokus di sini.


Dengan kemudahan untuk mengubah setting tersebut via menu yang ada dan melihat perbedaannya secara langsung, Metro Exodus memang terlihat memesona dengan teknologi real-time ray-tracing itu sendiri. Bahwa ketika fitur ini dihidupkan, Anda bisa melihat bahwa tata pencahayaan yang lebih realistis, terutama dari kualitas terang dan gelap akan terasa. Namun ini bukan sekedar mengubah tata cahaya begitu saja, tetapi Anda juga bisa melihat efeknya pada objek di sekitar. Salah satu yang paling signifikan adalah efeknya saat menembus tirai di dalam Aurora, dimana cahaya terlihat menembus lembut seperti halnya di dunia nyata alih-alih sekedar menerangi daerah sekitar begitu saja. Kualitas tata cahaya realistis inilah yang menjadi fokus teknologi ray-tracing di Metro: Exodus.


Begitu bagusnya efek yang ia hasilkan hingga tidak berlebihan untuk menyebut bahwa di beberapa adegan cut-scene yang notabene bukan pre-rendered tampil begitu optimalnya, hingga Anda seperti tengah menikmati sebuah adegan dari film live-action. Tata cahaya yang menembus beragam celah yang ada kini tidak lagi sekedar menghasilkan efek dramatis, tetapi juga realistis. Di beberapa titik permainan yang lain, terutama di daerah padat objek seperti area kota yang ditinggalkan, teknologi real time ray-tracing ini juga membuat visualisasi yang sudah fantastis terlihat semakin mengagumkan. Walaupun tidak diimplementasikan dalam bentuk refleksi seperti halnya Battlefield V, apa yang dilakukan 4A Games dengan Metro Exodus justru terlihat seperti format yang lebih optimal.

Namun sayangnya, seperti halnya yang terjadi di Battlefield V, implementasi teknologi RTX di Metro Exodus pada akhirnya berujung menjadi pemanis kosmetik saja dan tidak mempengaruhi gameplay sama sekali. Tidak ada satupun sesi permainan di dalam Metro Exodus yang menonjolkan aspek ini lebih dalam atau membuat bagaimana tata cahaya yang lebih realistis berujung memberikan pengalaman bermain yang baru dan berbeda. Semuanya berakhir sekedar untuk memperindah. Untuk sementara, eksistensinya tidak mendukung pernyataan ataupun ambisi NVIDIA untuk membuat teknologi real time ray-tracing ini berujung mengubah cara Anda memainkan sebuah game. Sementara untuk teknologi DLSS yang juga ia usung, sayangnya kami tidak bisa menjajalnya karena opsi yang menolak untuk dihidupkan tanpa alasan yang jelas.
Kesimpulan

Sebuah game single-player FPS yang memesona, tidak ada lagi kalimat yang lebih pantas untuk menjelaskan apa yang berhasil dicapai oleh 4A Games dengan Metro Exodus ini. Ketika sebagian besar game FPS saat ini sangat mengandalkan konsep multiplayer, terutama battle royale, untuk bisa terus bertahan hidup, menjadi sesuatu yang melegakan melihat game sekelas Metro Exodus seperti ini eksis. Apalagi ia tampil memperluas dan menyempurnakan pengalaman fantastis yang sudah ditawarkan di dua seri sebelumnya lewat cerita yang kini akan meminta Anda mengeksplorasi dunia Metro yang seharusnya. Tidak lagi terkunci pada terowongan gelap dan Moscow, kesempatan menikmati lore yang lebih luas dengan faksi-faksi menarik yang hidupnya membuat Exodus punya kekuatan solid untuk mendorong seri ini lebih jauh. Semuanya dibalut dengan konsep semi open-world yang seru dan beragam perubahan mekanik yang pantas untuk diacungi jempol.
Namun sayangnya, Metro Exodus bukanlah game yang bisa disebut sempurna. Animasi yang masih terlalu kaku di beberapa titik dan bug serta glitch yang mengganggu adalah salah satu hal yang tentu saja harus diatasi oleh 4A Games secepat mungkin. Salah satu sumber kekecewaan kami yang lain juga terletak pada fungsi sang kereta api itu sendiri – Aurora.
Setelah terus didengungkan sebagai bagian integral dari cerita yang hendak mereka sampaikan di Exodus, Aurora berakhir menjadi sebuah objek yang “pasif”. Bahwa alih-alih sebuah alat transportasi yang Anda kendalikan atau bisa Anda pinta untuk menuju ke area tertentu yang bisa Anda pilih, ia sekedar menjadi alasan mengapa Artyom harus terjebak dan menyelesaikan misi apapun yang tersedia dari satu wilayah ke wilayah yang lain. Melihat kereta api penuh kehidupan ini tampil tak ubahnya seorang putri yang menunggu untuk diselamatkan dan tidak punya fungsi lain yang lebih signifikan tentu saja jadi pemandangan yang di mata kami, mengecewakan. Artyom yang untuk alasan aneh tetap bisu dan menolak bicara juga mengacaukan sensasi imersif, terutama saat Anna – sang istri dengan penuh kasih sayang mengajaknya berbicara. Aksi diam Artyom justru membuatnya terasa seperti karakter yang tidak simpatik, apalagi mengingat suaranya bisa muncul di beberapa momen, bahkan saat menarasi perjalanannya di waktu loading. Sebuah keputusan yang aneh.
Tetapi di luar kekurangan tersebut, Metro Exodus tampil sebagai sebuah game FPS single-player yang pantas untuk diacungi jempol. 4A Games kembali membuktikan diri mereka sebagai developer yang tangguh dengan kemampuan menghasilkan produk berkualitas tinggi. Exodus tidak hanya menyempurnakan seri Metro yang selama ini kita kenal, tetapi juga membawanya ke arah baru yang baru dan berbeda. Sebuah pendekatan teranyar yang tidak hanya sukses tampil memukau dari sisi cerita tetapi juga dari sisi gameplay. Seri yang tentu saja, tidak ingin Anda lewatkan begitu saja.
Kelebihan

- Kualitas visual memesona
- Kesempatan menikmati dunia Metro yang sebenarnya
- Faksi musuh yang menarik
- Desain wilayah beragam
- Sensasi menggunakan senjata memuaskan
- Berfokus pada sisi crafting
- Cerita disajikan lebih personal, terutama untuk kru di atas Aurora
- AI cukup cerdas
- Musik lokal yang memanjakan telinga
Kekurangan

- Bug dan glitch masih banyak ditemukan
- Animasi terasa kaku di beberapa scene
- Aurora berakhir jadi kereta yang “pasif”
- Artyom yang masih bisu
Cocok untuk gamer: yang sempat mencicipi dua seri Metro sebelumnya, menginginkan game FPS single-player yang keren
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan game action kecepatan tinggi, tidak suka dengan tema post-apocalypse