Review Left Alive: Sebuah Lelucon Kejam!

Reading time:
March 19, 2019

Tertinggal Satu Generasi

Left Alive 14
Left Alive terasa seperti game yang seharusnya dirilis di era PS2 atau PS3.

Buruk, tidak ada lagi kata yang lebih tepat untuk menjelaskan keseluruhan pengalaman yang ditawarkan oleh presentasi oleh Left Alive ini, terutama dari sisi visual. Bahkan artwork super keren yang diracik oleh Yoji Shinkawa tidak akan mampu menyelamatkannya. Left Alive terasa seperti sebuah game yang dirilis, terlambat satu atau bahkan – dua generasi. Sebuah game yang seharusnya Anda nikmati di era Playstation 2 atau Playstation 3.

Terdengar brutal? Percaya atau tidak, fakta inilah yang Anda telan sebagai pil pahit ketika menikmati game survival stealth yang satu ini. Anda akan bertemu dengan begitu banyak tekstur resolusi rendah yang “menyapa” Anda dari semua sudut desain kota yang ada, dari bebatuan hingga Wanzer – mecha yang seharusnya menjadi daya tarik visual game yang satu ini. Efek visual yang seharusnya membuat segala sesuatunya lebih dramatis, dari cahaya yang muncul dari kegelapan hingga efek api yang muncul saat lemparan molotov juga ditangani dengan begitu buruk. Secara sederhana, Left Alive mengusung visual yang seharusnya akan memesona Anda jika dirilis, mungkin 10 tahun yang lalu. Ada kesan yang kuat bahwa game ini dikembangkan dengan budget yang rendah.

Left Alive jagatplay gameplay 19
Game secara visual begitu memesona………….jika ia dirilis 10 atau 15 tahun yang lalu.
Left Alive jagatplay gameplay 16
Ia masih dirudung masalah texture popping yang membuat visual buruknya menjadi lebih buruk di beberapa titik cerita.

Model karakter yang ditawarkan juga demikian. Walaupun terlihat memukau pada saat cut-scene berjalan, namun kualitas detail yang sama tidak terlihat ketika Anda memainkan mereka secara langsung saat gameplay. Anda juga akan bertemu dengan banyak momen dimana tekstur baru akan muncul setelah sepersekian detik Anda memasuki sebuah area. Namun menunggu tekstur ini ke-load sekalipun tidak lantas menjamin pengalaman visual lebih baik, dimana ia tetap terlihat seperti game yang tertinggal generasi. Hal yang sama juga terjadi pada ragam efek cuaca yang alih-alih membuatnya semakin memesona, justru menghasilkan efek yang sebaliknya.

Left Alive jagatplay gameplay 44
Kesempatan menggunakan Wanzer juga berujung dengan pengalaman tidak memuaskan.

Namun salah satu bagian paling menggelikan Left Alive dari sisi presentasi sepertinya terletak pada animasi gerak itu sendiri. Walaupun harus diakui bahwa di beberapa bagian, terutama saat bertemu dengan Wanzer yang sedang melakukan patroli dalam kota berhasil meninggalkan kesan sebuah mesin yang tangguh dan berat dari pergerakan, sebagian besar animasi game ini berujung kaku dan terasa tidak nyaman. Dari gerakan karakter saat bermain yang tidak mencerminkan produk modern, hingga sensasi menggunakan Mecha / Wanzer yang terasa berantakan. Sistem animasi gerak, animasi serangan, animasi terkena damage, hingga animasi menggunakan senjata terasa seperti produk yang ketinggalan zaman. Lebih parahnya lagi? Mereka bahkan tidak bisa menangani efek cahaya senter dengan baik. Alih-alih menembak ke depan selayaknya senter normal, menyalakan alat penerang ini justru membuat Anda berjalan dalam lingkaran cahaya yang sama sekali tidak membantu. What the..

Left Alive jagatplay gameplay 36
Efek cipratan darah next-gen…
Left Alive jagatplay gameplay 26
Presentasi menggelikan ini seolah mengesankan ia adalah sebuah game berbudget rendah yang ditangani developer amatir.

Hal yang sama juga sayangnya, terjadi di sisi audio. Untungnya, OST yang menemani Anda, terutama di menu utama bisa dibilang cukup memuaskan dan efektif membangun atmosfer yang hendak ditawarkan oleh Left Alive. Namun untuk sisi yang lain? Berada di bayang-bayang kualitas yang sama. Suara efek dari derap kaki, serangan, senjata, hingga voice acts yang seharusnya memperkuat sisi cerita tidak bisa dibilang memenuhi standar kualitas yang ada. Tetapi untuk urusan terakhir – voice acts, ia masih berada dalam tahap yang bisa ditoleransi.

Maka dengan kesemua kombinasi ini, presentasi Left Alive harus diakui mengecewakan. Bahwa terlepas dari ide besar mereka untuk membangun sebuah “arena bermain” yang berfokus pada situasi perang urban yang kacau dan penuh kehancuran, tidak ada satupun sisi presentasi tersebut yang memukau. Kualitas visual dan audio tertinggal generasi justru mengesankan kuat bahwa proses pengembangannya benar-benar terikat budget yang kecil. Ini adalah game yang mungkin akan terlihat memukau 10 tahun yang lau, bukan sekarang.

Konsep yang Sebenarnya Memukau

Left Alive 47
Secara konsep, Left Alive sebenarnya berpotensi untuk tampil sebagai game yang memesona.

Sebelum kita terjun lebih dalam untuk membicarakan Left Alive dan mengapa kami selayaknya binasa dan tidak dibiarkan hidup, sepertinya lebih berimbang jika kita juga berbicara soal apa yang berhasil dilakukan oleh game ini. Karena percaya atau tidak, seperti proses menambang emas dimana Anda mencari secuil logam berwarna kuning berkilauan bersama dengan segenggam tanah yang tidak bernilai sama sekali, Left Alive sebenarnya punya konsep yang baik. Sebuah konsep yang di mata kami, jelas akan memesona jika ia bisa ditangani dengan lebih sempurna dari proses eksekusi elemen yang mendukungnya. Sebuah konsep yang sebenarnya, bisa memukau.

Konsep apa itu? Bahwa ia dibangun sebagai sebuah game survival stealth di tengah tema perang urban yang memang mengesankan, sebuah invasi yang seharusnya. Ketiga karakter yang Anda gunakan memang tidak akan mengusung banyak hal berbeda kecuali senjata yang bisa mereka dapatkan dalam perjalanan. Namun Left Alive berhasil meracik sebuah kondisi yang tepat untuk mengesankan ketiganya memang tengah terjebak di dalam situasi pelik di luar kendali mereka dan tidak ada yang bisa mereka lakukan selain bertahan hidup dan menolong sebanyak mungkin survivor yang ada. Left Alive berhasil melakukan hal itu.

Left Alive jagatplay gameplay 14
Bertahan hidup di tengah perang urban, ia berhasil meracik atmosfer intens dengan karakter Anda yang memang terasa rentan.
Left Alive jagatplay gameplay 10
Dengan begitu banyaknya musuh yang harus Anda hadapi, jelas bahwa ide Left Alive bukan meminta Anda bertempur secara terbuka. Tetapi bermain “secantik” mungkin dengna mencari jalur aman.

Untuk membangun pondasinya, ia diposisikan sebagai game survival stealth. Game ini tidak didesain dengan memosisikan Anda sebagai seorang karakter overpowered yang bisa menghabisi sebuah area seorang diri. Anda akan bertemu dengan lusinan pasukan yang menjaga satu area bersama dengan Wanzer ataupun tank yang menemaninya dengan posisi Anda sebagai karakter yang begitu rentan. Idenya adalah dengan cepat memahami bahwa Left Alive tidak meminta Anda untuk terus terlibat dalam pertempuran yang intens. Anda justru direkomendasikan untuk menghindari sebanyak mungkin konflik dengan pasukan-pasukan ini, mencari jalan alternatif lebih aman, dan hanya menghabisi mereka yang harus dihabisi.

Kesemuanya dibalut dengan elemen survival yang kental, dimana resource yang Anda temukan bisa terhitung terbatas dan memang didesain sedemikian rupa, hingga tidak mungkin Anda bisa menghabisi semua musuh yang Anda temui. Tersebar di beragam tempat dengan indikator yang jelas dan sistem berat yang akan menentukan kuantitas yang bisa Anda bawa, ada pula proses crafting yang akan memungkinkan Anda untuk meracik beragam perlengkapan untuk bertahan hidup dan melawan. Dari patch untuk menghentikan efek pendarahan, bom asap untuk mengecoh perhatian musuh dan proses infiltrasi lebih mudah, hingga bom molotov untuk efek api yang bertahan cukup lama. Proses mengumpulkan resource dan crafting adalah bagian tidak terpisahkan dari Left Alive.

Left Alive jagatplay gameplay 9
Mengumpulkan resource dan crafting adalah bagian gameplay yang penting.
Left Alive jagatplay gameplay 42
Setiap chapter juga memiliki misi sampingan untuk diselesaikan.
Left Alive jagatplay gameplay 23
Salah satu misi sampingan itu juga meminta Anda untuk membawa survivor ke shelter terdekat.

Alih-alih sebuah sistem pergerakan linear yang meminta Anda untuk bergerak dari satu area ke area lain dalam garis lurus, Left Alive bisa disebut sebagai sebuah game open-world, seperti yang ditawarkan oleh Metal Gear Solid V: The Phantom Pain misalnya. Bahwa “taman bermain” Anda adalah Novo Slava untuk sebagian besar scene yang Anda lewati, termasuk terowongan bawah tanah dan gedung-gedung yang bisa Anda masuki. Di dalamnya, lewat sistem peta yang jelas, Anda juga tidak selalu hanya bisa menyelesaikan misi utama saja. Ada juga misi sampingan yang terkadang meminta Anda untuk menyelamatkan para survivor yang terjebak di dalam kota, yang biasanya meminta item tertentu untuk bertahan hidup atau meminta Anda melakukan misi escort untuk membawa mereka ke shelter aman terdekat. Tentu saja, ekstra kerepotan Anda akan dihadiahi dengan sistem reward yang sepadan, dari resource crafting, peluru, hingga kemungkinan pengaruh pada scene yang Anda dapatkan.

Tidak cukup? Sisi cerita Left Alive juga tidak berjalan begitu saja. Beberapa cut-scene untuk misi utama dan NPC untuk misi sampingan yang Anda temui biasanya akan hadir dengan pertanyaan yang juga menyediakan opsi respon. Untuk misi utama, pilihan yang Anda ambil juga bisa mempengaruhi kira-kira objektif utama seperti apa harus Anda kejar. Sementara untuk misi sampingan, bergantung pada respon yang Anda ambil, ia bisa berujung gagal atau berhasil. Sebagai contoh? Kami sempat bertemu dengan seorang NPC yang depresi dan tidak lagi punya semangat juang untuk bertahan hidup di Nova Slava itu sendiri. Terlibat dalam percakapan panjang penuh opsi respon, pilihan kami untuk menyediakan jawaban yang realistis dan logis ternyata berujung membuat NPC yang sama mengakhiri hidupnya sendiri. Ia berujung membuat misi tersebut, gagal.

Left Alive 7
Ada opsi respon untuk percakapan yang bisa mempengaruhi cerita.
Left Alive 55
Sekilas konsep Left Alive mengingatkan Anda pada apa yang berusaha ditawarkan Konami di MGSV: The Phantom Pain.

Maka dengan semua kombinasi ini, Left Alive bisa disebut sebagai game yang tidak mudah untuk ditundukkan. Ia akan secara konsisten untuk menuntut Anda bermain pintar menghadapi setiap situasi yang memang seolah didesain dengan Anda sebagai “korban” dan bukannya pahlawan. Memahami rute yang rasional untuk bergerak aman ke arah objektif sembari meminimalisir konfrontasi yang membuat Anda harus membuang resource untuk sesuatu yang signifikan menjadi keharusan.

Secara konsep yang Anda baca di atas, jelas ada sesuatu yang hendak ditawarkan Square Enix di Left Alive ini. Pondasinya sebagai sebuah game survival stealth dalam sebuah dunia terbuka yang bisa Anda eksplorasi adalah sesuatu yang ingin kami lihat lebih banyak diimplementasikan di masa depan. Konsep yang mungkin terasa mirip dengan MGS V: The Phantom Pain, namun terasa lebih menantang dan lebih menuntut kehati-hatian.

Lantas, jika memang Left Alive punya konsep dengan kelas seperti ini, mengapa ia dicaci maki? Mengapa kami memilih sub-judul di atas? Cara sederhana menjelaskannya adalah fakta bahwa pada akhirnya, hanya itulah yang ia tawarkan. Left Alive adalah sebuah game dengan konsep memesona yang dibungkus eksekusi buruk di semua sisi yang lain.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…

PlayStation

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…

Nintendo

November 4, 2025 - 0

Review Trails in the Sky 1st Chapter: Remake Terindah Untuk Game JRPG Klasik

Trails in the Sky 1st Chapter menjadi remake yang teramat…
June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…