10 Game Keren yang Jadi Gudang Teori dan Spekulasi Cerita!
Ada sebuah keasyikan tersendiri bagi para penikmat konten kreatif ketika menemukan produk yang mereka nikmati berakhir meninggalkan lebih banyak tanda tanya daripada jawaban di akhir konten. Hal ini seringkali didapatkan para penikmat film, dimana keseruan biasanya berakhir dengan aksi Googling dan berusaha mencari tahu arti definitif dari akhir film atau pesan tersembunyi yang hendak disampaikan oleh sang sutradara. Pertanyaan-pertanyaan yang tertinggal menumbuhkan diskusi-diskusi menarik, yang kemudian berakhir menjadi teori alternatif yang popularitasnya sangat bergantung pada seberapa besar dukungan para komunitas. Sayangnya, keseruan seperti ini tidak banyak ditawarkan oleh industri game.
Karena harus diakui, terlepas dari sensasi interkatif yang jadi daya tariknya, tidak banyak video game yang mampu menawarkan cita rasa yang sama ketika kita berbicara soal penceritaan dengan gaya yang serupa di atas. Game-game yang menuntut Anda untuk menginterpretasi sendiri apa yang sebenarnya baru Anda cicipi, apalagi yang dibalut dengan plot-plot implisit, bersama dengan akhir cerita yang justru menggugah lebih banyak tanda tanya memang bisa dihitung dengan jari. Namun pertanyaan-pertanyaan yang satu ini memang meninggalkan kesan yang tidak bisa dilupakan begitu saja, apalagi dengan ending yang masih meninggalkan banyak celah untuk menyuntikkan opini Anda sendiri.
Lantas, dari semua game yang memuat konsep non-definitf penuh teori dan spekulasi di dalamnya, mana saja yang menurut kami paling keren? Tentu saja, mengingat kita akan berbicara soal banyak ending, akan ada SPOILER BERAT di artikel toplist ini. Jadi jika Anda berkeberatan, kami menyarankan Anda untuk ikut terjung masuk. Untuk Anda yang tetap tertarik? Inilah versi JagatPlay:
Metal Gear Solid V: The Phantom Pain
Popularitas dan nama besarnya untuk sebuah game yang dirilis di platform generasi saat ini memang membuatnya jadi salah satu game yang dilirik saat rilis. Oleh karena itu, tidak akan mengherankan jika konsep gameplay, visual, serta karakternya menarik gamer-gamer yang belum pernah mencicipi seri MGS sebelumnya. Sekarang dengan perspektif ini, bayangkan apa yang melintas di otak Anda ketika melihat ending MGS V: The Phantom Pain yang sebenarnya. Logo Diamond Dogs berubah, Venom Snake berubah menjadi sosok Big Boss, kini ada dua orang Big Boss di semesta Metal Gear, terdengar bunyi tembakan, dan semuanya berakhir. Kojima memang memosisikan The Phantom Pain sebagai jembatan. namun ia tidak pernah secara eksplisit menjelaskan “jembatan cerita” seperti apa yang dimaksud. Tidak heran, spekulasi merebak dan bertahan, bahkan hingga saat ini.
The Last of Us
Memilih nama game yang satu ini memang sedikit aneh, mengingat konfirmasi soal seri sekuelnya sudah hadir dengan spekulasi tanggal rilis yang tidak lama lagi. Namun sulit rasanya untuk tidak memasukkan nama The Last of US, setelah ending yang ditawarkan oleh Naughty Dog di The Last of Us pertama, yang seharusnya terhitung cocok dan sempurna, terlepas apakah ia memiliki sebuah seri sekuel atau tidak. Reaksi Ellie yang sepertinya tahu bahwa Joel berbohong untuk menyelamatkan nyawanya alih-alih memastikan umat manusia bertahan hidup dari sebuah jamur yang mematikan tidak bisa ditutup lebih baik lagi. Layar hitam tiba-tiba memotong reaksi ini, diikuti dengan musik penutup yang fantastis. Reaksi Ellie, respon Joel, dan keseluruhan kondisi dunia di ending The Last of Us tersebut di kala rilisnya, memicu begitu banyak diskusi dan spekulasi.
Her Story
Bagaimana jika Anda bertemu dengan sebuah game yang tidak hanya tidak punya ending saja, tetapi juga tidak punya cerita yang definitif? Pengalaman interaktif super unik inilah yang ditawarkan oleh Her Story. Anda hanya mendapatkan potongan-potongan video proses interogasi terhadap satu aktris wanita yang menjelaskan apa yang baru saja ia hadapi, yang juga terbagi ke dalam beberapa kategori kata pencarian. Inti dari game ini adalah menemukan benang merah dan meminta Anda menyimpulkan sendiri apa yang sebenarnya terjadi. Kerennya lagi? Ada begitu banyak ambiguitas di dalamnya, hingga selalu ada celah bagi Anda untuk mengembangkan teori dan interpretasi Anda sendiri.
Hellblade
Salah satu game yang menyuntikkan konsep penyakit mental – schizophrenia di dalam cerita dan gameplay, menyesuaikannya dengan kondisi setting di kala itu, dan kemudian menyuntikkan sebuah pengalaman audio-visual fantastis dengannya. Tidak heran jika ada begitu banyak pujian melayang pada Ninja Theory atas apa yang berhasil mereka capai dengan dengan Hellblade. Satu hal yang fantastis adalah fakta bahwa ia tidak pernah mengkonfirmasikan apapun secara definitif hingga akhir permainan bahwa apa yang terjadi pada Senua di kala itu, apakah memang berasal dari mitologi ataukah manifestasi kegilaannya sendiri? Interpretasi berbeda dari para gamer ini akan menimbulkan persepsi dan cita rasa berbeda pada ending yang ia tawarkan pula. Sebagai contoh? Luka di wajah. Jika ini mitologi, ini berarti Senua terluka melawan banyak monster. Jika ini ternyata hasil halusinasi dari schizo yang ia alami? Maka ini berarti, Senua melukai dirinya sendiri tanpa sadar.