Preview Call of Duty – Modern Warfare Reboot: Lebih Gelap, Lebih Berat!

Call of Duty, nama yang satu ini memang punya posisi yang istimewa di industri game. Bahwa terlepas dari semua kritik dan kontroversi yang mengikut rilisnya setiap tahun, ia tidak pernah gagal menjadi gudang emas bagi Activision. Yang menarik adalah sistem rotasi tiga developer yang berhasil membuat setiap seri Call of Duty setidaknya berjuang untuk menawarkan sesuatu yang baru dan berbeda. Seri tahun lalu – Black Ops 4 misalnya, bahkan cukup berani untuk membuat sepenuhnya mode single-player campaign dan bertransformasi menjadi sebuah sebuah seri COD dengan konten hanya mode multiplayer saja. Namun untungnya, strategi ini tidak berlanjut ketika tiba saatnya Infinity Ward yang bertanggung jawab di tahun 2019 ini. Mereka bahkan cukup “gila” untuk membawa kembali nama Modern Warfare. Tidak sebagai seri sekuel, tetapi reboot.
Kesan Pertama
Kehadiran engine baru yang diklaim oleh Infinity Ward dan Activision memang membuat Call of Duty: Modern Warfare Reboot ini hadir dengan kualitas visualisasi yang memesona, dari sekedar efek cahaya hingga detail api dari molotov yang baru saja Anda lempar. Yang menarik adalah pendekatan baru dari sisi penyajian cerita yang kini tidak lagi sepenuhnya diambil dari kacamata orang pertama seperti halnya seri-seri Call of Duty Modern Warfare lawas. Potongan cerita kini juga disajikan dalam bentuk cut-scene pre-rendered dari kacamata orang ketiga yang jelas memperlihatkan wajah mereka. Pendekatan ini memang terasa lebih modern, namun atas nama preferensi pribadi, kami lebih cenderung menyukai pendekatan lawas. Melihat semua garis cerita dari sudut pandang orang pertama, harus diakui, lebih imersif daripada cut-scene seperti ini.
Satu yang menarik adalah pemenuhan klaim bahwa mereka ingin menyajikan sebuah cerita soal perang dari mode single-player campaign, yang lebih punya impact dan representatif terhadap konflik global saat ini. Ada hal yang berhasil mereka lakukan dan ada yang berakhir gagal. Yang berhasil? Menangkap terror dan konsekuensi fatal sebuah perang yang lebih lugas. Anda bisa melihat begitu banyaknya orang-orang tidak bersalah yang harus menanggung akibat dari permainan politik dan pemaksaan ideologi oleh beragam pihak, terutama mereka yang bersenjata. Gagal? Karena sejauh ini, ia masih berkutat pada klise satu dimensi – dimana Amerika Serikat adalah “jagoan” dan Russia adalah “bajingan”. Sesederhana itu. Ada usaha untuk memotret “gelap”-nya aksi yang Anda lakukan, tetapi berakhir terjustifikasi karena potret tentara musuh yang seolah datang tanpa pertimbangan nilai moral sama sekali.
Salah satu perubahan paling signifikan justru datang dari mode multiplayer yang ia usung. Karena berbeda dengan seri-seri COD selama ini yang berakhir memungkinkan Anda melakukan Gun and Run, dimana Anda membunuh secepat mungkin dan berlari mengejar korban selanjutnya, COD: Modern Warfare Reboot terasa lebih lambat dan taktikal di saat yang sama. Bahwa dengan desain peta yang ada, bahkan di mode Team Deathmatch sekalipun, berusaha melakukan hal ini sama saja dengan mati. Ada begitu banyak celah musuh untuk bersiap-siap “menyambut” kedatangan Anda, yang kini juga didorong animasi gerak yang terasa lebih berat dan lambat. Yang menarik? Kini ada mode Ground War – sebuah skema perang masif ala seri Battlefield EA yang akhirnya, memungkinkan Anda untuk mengendarai dan mengendalikan beberapa kendaraan perang untuk keuntungan strategis tertentu.
Sembari menunggu waktu yang lebih proporsional untuk melakukan review, apalagi mengingat playlist untuk peta multiplayer “Night” yang seharusnya lebih mendorong penggunaan NVG masih belum tersedia pada saat artikel preview ini ditulis, izinkan kami melemparkan segudang screenshot fresh from oven di bawah ini untuk membantu Anda mendapatkan gambaran apa yang sebenarnya ditawarkan oleh COD: Modern Warfare Reboot ini. War, war never changes..
RAW Screenshot
4K dengan Playstation 4 PRO












