Review Resident Evil 3 Remake: Dua Kacamata, Dua Rasa!
Raccoon City yang “Indah”

Status RE Engine sebagai salah satu engine video game terbaik di pasaran saat ini sepertinya tidak terbantahkan. Engine yang pertama kali menyeruak dari Resident Evil 7 ini kembali membuktikan tajinya di Resident Evil 3 Remake, lewat kemampuannya untuk menawarkan kualitas visualisasi yang penuh detail dan menawan, sembari memastikan performa yang solid bahkan untuk versi Playstation 4 sekalipun. Anda akan menemukan masalah teknis yang minim di dalamnya, yang membuatnya begitu nyaman untuk dinikmati, apalagi mengingat cita rasa action yang kini menjadi salah satu pondasi pengalamannya.
Jika kita harus berbicara satu hal yang berbeda dari Resident Evil 2 tentu saja adalah setting. Jika Resident Evil 2 lebih banyak mengurung Anda di kantor polisi RPD, Resident Evil 3 memiliki lebih banyak porsi perjalanan mengelilingi Raccoon City yang kini sudah hancur berantakan. Walaupun tidak diposisikan sebagai sebuah game open world dengan kebebasan eksplorasi yang absolut, namun ia memberikan kesempatan gerak yang lebih bebas di setting ini alih-alih sekedar bergerak dari satu koridor ke koridor lainnya. Visualisasi Raccoon City yang kini berada dalam kondisi terburuknya ini juga dipresentasikan nyaris sempurna, dengan tidak hanya beragam landmark menarik tetapi juga kobaran api dan puluhan zombie yang berserakan di beragam lokasi. Lewatnya Anda mengerti, mustahil untuk melihat kota seperti ini, berujung diselamatkan.


Maka mengikuti konsep yang juga ia usung di Resident Evil 7 dan Resident Evil 2 Remake, kedua karakter utama di seri ketiga ini juga mendapatkan perubahan desain cukup ekstrim untuk mengejar sensasi realisme yang memang hendak didorong Capcom. Perubahan paling ekstrim tentu saja terjadi dengan sosok Carlos yang kini terlihat lebih garang dan maskulin dibandingkan dengan seri originalnya. Ia tidak hanya terlihat lebih kekar saja, namun potongan wajah dan muka yang digunakan hendak mengesankan karakter pria yang bisa diandalkan untuk situasi buruk seperti ini. Sementara untuk Jill, pendekatan realisme ini juga tetap menghasilkan model karakter yang ciamik dengan desain kostum yang lebih rasional. Tidak ada yang bisa dikeluhkan dari sisi presentasi visual yang tetap didukung dengan tata pencahayaan yang super dramatis di beberapa titik cerita.


Sayangnya, sisi audio-nya tidak bisa dibilang memesona Resident Evil 2 Remake. Walaupun Resident Evil 3 Remake hadir dengan kualitas audio yang nyaris sama kerennya, termasuk voice acting untuk sebagian besar karakter yang ada, namun elemen ini tidak lagi tumbuh menjadi “sumber ketakutan dan kecemasan” seperti yang seharusnya. Seperti yang kita tahu, di Resident Evil 2 Remake, kita terus dikejar suara derap kaki Mr.X yang selalu berakhir menegangkan dan menimbulkan kekhawatiran tersendiri. Di sini, walaupun Nemesis mengusung konsep yang nyaris serupa, ia tidak lagi secara konsisten mengejar Anda. Kehadiran dan pertarungan yang Anda lewati bersama dengannya sebagian besar scripted dan hanya terjadi di lokasi-lokasi tertentu saja. Bersama dengan cita rasa action yang lebih kentara, tidak ada lagi horror hanya karena suara yang didesain begitu fantastis di Resident Evil 2 Remake.
Maka dengan kombinasi keduanya, Resident Evil 3 Remake yang dibangun dengan RE Engine tetap tampil sebagai sebuah game action horror yang memanjakan mata. Gamer-gamer yang sempat mencicipi seri originalnya kini juga akan disambut dengan desain ulang beberapa monster yang tidak hanya berbeda dari sisi visual saja, tetapi juga mengusung jenis ancaman dan animasi serang yang berbeda. Tenang saja, bertemu dengan mereka apalagi mengingat kondisi karakter yang tetap rentan pada serangan, akan tetap membuat Anda panik di beberapa titik cerita.
Cita Rasa Lebih Action

Salah satu perubahan paling signifikan yang terjadi dari Resident Evil 2 Remake ke Resident Evil 3 Remake adalah cita rasa action yang kini didorong lebih kentara. Ini tentu saja bukan sebuah pendekatan yang aneh mengingat di seri originalnya, perubahan ini juga terjadi di transisi antara seri kedua dan seri ketiga. Dari sisi lore, mengingat Jill adalah karakter yang sudah makan “asam garam” zombie sejak seri pertama dan memiliki pengetahuan cukup mendalam soal apa yang harus ia lakukan dibandingkan Claire dan Leon yang diposisikan “noobs” di lore Resident Evil 2, ia tetap rasional. Karenanya, ada beberapa hal yang berubah darinya.
Secara garis besar, ini masihlah game Resident Evil dari sudut pandang over the shoulder yang masih Anda kenal. Yang membuatnya berbeda adalah pendekatan lebih action yang membuat beberapa hal menjadi berbeda. Salah satu yang paling kentara adalah ketersediaan resource yang kini berlimpah. Anda bisa dengan mudah menemukan Herb, Ammo, hingga Gunpowder dengan sedikit proses eksplorasi di beragam sudut kota Raccoon City. Tidak hanya faktor kelimpahan saja, Anda juga akan menemukan lebih banyak ragam senjata dan hip pouch untuk memperbesar jumlah inventory yang bisa Anda bawa dengan lebih cepat. Anda misalnya, tidak perlu menunggu hingga mendekati akhir cerita untuk menemukan grenade launcher atau Assault Rifle misalnya. Resident Evil 3 Remake memberikan Anda lebih banyak opsi untuk melawan dan bertahan hidup, yang memperkuat sensasi action tersebut.


Sistem lain yang berkontribusi pada cita rasa action tersebut juga muncul dari sistem pisau yang tidak seperti di Resident Evil 2 Remake, kini tidak lagi memiliki level durability. Ia tidak lagi bisa hancur dan bisa digunakan secara terus-menerus. Pisau menjadi opsi efektif untuk menundukkan zombie dengan sesedikit mungkin peluru, dimana zombie yang jatuh dengan 2-3 tembakan di kepala kini bisa dihabisi dengan hujaman pisau bertubi-tubi alih-alih dengan ekstra 2-3 peluru lagi. Ada proses penghematan di sana, yang membuat Jill ataupun Carlos akan terasa lebih “siap” untuk menghadapi ancaman lebih besar nanti. Namun tentu saja, ada ekstra balancing juga di sini. Jill ataupun Carlos kini tidak bisa lagi secara otomatis menggunakan pisau mereka untuk lepas dari cengkeraman zombie layaknya RE 2 Remake. Sebuah tombol QTE kini menggantikannya, dimana semakin cepat Anda menekan tombol ini, semakin kecil pula damage yang diterima sang karakter.
Kini, mengikuti konsep dari seri originalnya yang membuat Jill ataupun Carlos cukup cakap untuk menghindari tiap ancaman yang ada, Capcom juga menyematkan satu fungsi khusus bagi Jill dan Carlos untuk melakukan dodge, menghindari serangan yang mengemuka kapanpun Anda butuhkan. Menariknya lagi? Jika Anda mengeksekusinya dengan timing yang sempurna, bak game action ala Platinum Games, Anda juga akan mendapatkan jendela singkat untuk efek slow-motion yang bisa Anda manfaatkan untuk menyisipkan satu atau dua peluru ke kepala mereka jika Anda inginkan. Namun aksi dodge ini tidak lantas akan membuat Anda bebas dari ancaman begitu saja. Timing eksekusi yang terhitung kecil dan sempit membuatnya jadi aksi beresiko tinggi yang jika gagal dilakukan, berujung menjadi damage yang seharusnya bisa Anda hindari.


Untungnya, sedikit sensasi survival masih bisa kita rasakan dari Resident Evil 3 Remake. Kesemuanya mengakar pada konsep karakter yang di tingkat kesulitan normal sekalipun, tetap diposisikan sebagai karakter yang super rentan. Ini berarti, sedikit salah langkah yang membuat Anda berujung digigit zombie, dicakar Licker, hingga ditelan oleh Hunter Gamma akan membuat Health Anda jatuh langsung ke tingkat Caution atau lebih parahnya lagi, tewas seketika. Capcom juga berusaha melakukan proses balancing dengan meningkatkan jumlah musuh yang harus Anda temui, yang di sesi gameplay Carlos misalnya, seolah didesain untuk menyita jumlah peluru senapan mesin yang ia kumpulkan. Setidaknya, seperti halnya di seri original, Anda juga memiliki beberapa objek yang bisa Anda picu seperti tong merah yang bisa Anda ledakkan untuk serangan AOE efektif.
Di atas semua sistem tersebut, datanglah Nemesis – sebuah entitas yang didesain untuk memburu Jill tanpa ampun dan menghabisinya. Meminjam konsep yang serupa dengan Mr.X, namun dipersenjatai dengan animasi gerak lebih luwes dan kemampuan untuk menggunakan senjata, Nemesis akan menjadi sumber ancaman yang harus Anda waspadai. Terlepas dari opsi untuk melarikan diri di beberapa kesempatan, Anda yang tertarik untuk menundukkannya juga berkesempatan untuk mendapatkan reward yang menarik untuk dikejar – dari ekstra ammo hingga upgrade untuk senjata yang bisa Anda pasangkan untuk membuat mereka lebih efektif. Tentu saja, pada akhirnya Nemesis akan menjadi boss berulang yang harus Anda tundukkan di Resident Evil 3 Remake.


Lewat pertarungan boss-boss inilah, cita rasa action Resident Evil 3 Remake semakin menguat. Karena berbeda dengan Resident Evil 2 Remake, dimana resource nyaris terbatas pada saat bertempur dan Anda butuh memutar otak untuk memastikan setiap tembakan yang Anda lontarkan efektif, Resident Evil 3 Remake menyediakan cukup banyak “rencana cadangan” di sekitar arena pertempuran melawan ragam varian Nemesis. Anda bisa menemukan item penyembuh hingga peluru untuk beragam senjata berserakan. Hampir sebagian besar pertarungan ini akan berakhir dengan Anda menggenggam shotgun dan grenade launcher Anda, sembari memuntahkan sebanyak peluru hingga Nemesis jatuh. Tidak ada banyak strategi yang harus Anda lakukan di sini selain berusaha beberapa kali menghindar jika diserang. Sesederhana itu. Bahkan jika disimpulkan, hampir semua ancaman di Resident Evil 3 Remake bisa Anda tundukkan dengan muntahan peluru tanpa basa-basi.
Porsi eksplorasi yang sempat dibicarakan Capcom juga dilakukan di atas sebuah setting Raccoon City yang tidak bisa dibilang masif. Memang ada kebutuhan satu atau dua kali backtrack untuk mendapatkan item atau senjata yang Anda inginkan, namun ia tidak bisa disebut sebagai game open-world atau sekadar semi open-world sekalipun. Mengapa? Karena pada akhirnya, area-area ini masih menyisakan sensasi koridor yang kuat, namun dengan ukuran yang diperluas begitu saja. Tidak banyak jalan alternatif yang bisa Anda tempuh atau kesempatan untuk menghindari zombie atupun monster yang ada. Sebagai perbandingan? Anda bisa menilai cara Tango Gameworks menangani misi semi open-world di The Evil Within 2 yang fenomenal misalnya. Kami sendiri tidak melihatnya sebagai kekurangan, hanya saja terlihat seperti potensi yang tidak dimaksimalkan dengan baik.
Maka mengikuti gaya di seri originalnya, Resident Evil 3 Remake memang mengusung cita rasa lebih action. Bahwa konsep untuk menghindari sebanyak mungkin zombie sembari berusaha menyimpan sebanyak mungkin resource untuk pertempuran lebih sulit tidak perlu lagi Anda khawatirkan di sini. Ada begitu banyak hal yang bisa Anda kumpulkan dan gunakan untuk alih-alih lari, kini menatap kematian langsung di depan mata sembari mengarahkan grenade launcher berpelontar peluru api Anda.