Review VALORANT: Kolaborasi Konsep Matang!
Lirik, Lahap, Bubar

Satu yang menarik dari rilis VALORANT ke pasar global adalah ketertarikan kuat mereka untuk menggaet pasar Indonesia. Tentu saja ia tidak hanya mengakar pada fakta terbukanya pasar kita untuk game kompetitif bergenre FPS saja, tetapi juga karena kebutuhan spesifikasinya yang ringan. Ini berarti gamer dan warnet di beragam belahan indonesia yang mulai harus mengakui bahwa spesifikasi PC yang mereka usung sudah uzur, tetap berkesempatan untuk menjajal dan menikmati game yang didistribusikan dalam format free to play ini. Peluang VALORANT untuk sukses di Indonesia terhitung besar.
Sebagai penanda keseriusan ini, VALORANT langsung dirilis dengan bahasa Indonesia sebagai salah satu bahasa pendukung, yang notabene menjadi gestur yang pantas untuk disambut dengan tangan terbuka. Sayangnya, untuk sebuah video game yang didesain dan dirancang untuk menyasar pasar anak muda, dukungan bahasa Indonesia ini berujung menjadi translasi harfiah dengan pakem EYD yang justru membuat segala sesuatunya menjadi sulit untuk dimengerti dan terasa canggung.
Kami menjajal VALORANT dalam bahasa Indonesia sepenuhnya untuk proses review ini dan hingga saat ini, kami masih sulit untuk memahami dan mengerti penjelasan dari skill-skill karakter yang ada dalam bahasa lokal kita ini. Namun setidaknya, Anda bisa menemukan sedikit humor di sana-sini jika melihat absurdnya proses translasi yang ia hasilkan. Sebagai contoh? Skill set milik Reyna yang berakhir menjadi 3 buah skill standar bernama: LIRIK, LAHAP, dan BUBAR yang diikuti dengan sebuah skill Ultimate dengan deskripsi yang memuat kalimat “SEGERA KESETANAN”.


Dukungan ini juga diikuti dengan dukungan beragam metode pembayaran untuk Anda yang tertarik untuk mengeluarkan uang untuk membeli item-item kosmetik yang saat review ini ditulis, sudah memuat sebuah bundle seharga 700 ribu Rupiah. Kemudahan pembayaran, termasuk menggunakan GoPay sekalipu, memungkinkan gamer yang sudah jatuh hati dengan VALORANT untuk mendukungnya secara langsung. Sayangnya, kami tidak punya informasi lebih apakah item-item ini bisa diberikan ke gamer lain ataukah harganya sudah memuat harga yang dikhususkan pada region atau tidak. Satu yang pasti, Riot Games ingin membuat aksi Anda mengeluarkan uang akan bisa dilakukan semudah dan semulus mungkin.
Kesimpulan

VALORANT tampil sebagai sebuah kolaborasi konsep yang jelas, sudah dipikirkan dan untungnya, dieksekusi dengan matang. Di atas kertas, menggabungkan konsep sebuah game shooter hero dengan gameplay ala CS: GO memang terdengar seperti sebuah kontradiksi yang notabene mustahil untuk bisa menghasilkan game kompetitif yang seru dan berimbang. Namun Riot Games memperlihatkan tajinya di sini, menghasilkan sensasi game FPS yang cukup berbeda dan unik, sembari memastikan pengalaman multiplayer yang ia usung memang seru, menegangkan, dan menyenangkan di saat yang sama. Semuanya menyempurna lewat sistem microtransactions yang saat ini masih sebatas item-item kosmetik yang tidak mempengaruhi performa sama sekali, tuntutan performa yang ringan, dan format distribusi free to play yang menggoda.
Walaupun demikian, VALORANT pada saat review ini ditulis, memang bukanlah game kompetitif yang sempurna. Selain sistem anti-cheat miliknya – Vanguard yang terasa dan terlihat menyeramkan karena kebutuhan untuk terus bercokol di sistem Anda walaupun VALORANT-nya sendiri tidak aktif, game ini juga butuh sistem yang lebih baik untuk menghukum gamer yang AFK dan mencari solusi untuk sesegara mungkin mengganti posisi kosong tersebut dengan player lain daripada sekadar memberikan uang ekstra atas nama “balancing”. Dengan tidak adanya kill-cam atau kesempatan untuk mengobservasi perilaku player musuh, saat ini juga sulit untuk mengetahui dan mengawasi apakah ada player yang menggunakan cheat sesungguhnya atau mereka memang punya skill di atas rata-rata.
Untungnya, dengan format free to play dan kualitas yang ia usung saat ini, sepertinya tidak ada alasan untuk tidak menjajal VALORANT apalagi jika Anda mencintai game FPS kompetitif yang pendekatan gameplay-nya lebih dekat ke CS: GO. Ditambah dengan popularitas Riot Games yang sudah terbukti di League of Legends, sepertinya juga aman untuk memprediksi bahwa ramainya komuitas akan membuat game FPS ini bertahan untuk waktu yang lama. LIRIK, LAHAP, BUBAR!
Kelebihan

- Gameplay taktis, seru, dan menegangkan
- Kolaborasi konsep yang menghasilkan sensasi unik dan berbeda
- Microtransactions hanya berkutat pada item kosmetik
- Translasi bahasa Indonesia bisa dijadikan sumber humor & didukung kemudahan metode pembayaran
- Skill tiap karakter cukup unik untuk digunakan dan dieksekusi
- Desain peta dengan banyak jalan alternatif
Kekurangan

- Butuh visualisasi unik untuk beberapa skill dan senjata
- Anti-Cheat Vanguard terasa menyeramkan
- Desain karakter kurang menggoda
- Minim fungsi observasi untuk memeriksa legit-nya kemampuan player lain
- Bahasa Indonesia diterjemahkan terlalu baku
Cocok untuk gamer: yang menginginkan game FPS kompetitif baru, membutuhkan game Free to Play berkualitas
Tidak cocok untuk gamer: yang tidak menyukai mekanik FPS ala CS: GO, menginginkan desain karakter di level “waifu-able”










