Review CARRION: Menjadi si Mimpi Buruk!
Tentakel di Akhir Hidup

Dari sisi lore, CARRION memang tidak pernah menyuntikkan nama resmi untuk karakter gumpalan daging yang Anda kendalikan. Monster yang tidak pernah memiliki bentuk pasti dan cukup fleksibel untuk bergerak melewati celah-celah ruangan kecil sekalipun ini memang mengusung hampir semua kualitas presentasi yang membuatnya, memiliki kesan kuat sebagai monster yang memang harus Anda takuti. Pendekatan pixel art yang diusung game ini sama sekali tidak “merenggut” horror yang mampu ia hasilkan. Bagian terbaiknya datang dari sisi animasi.
Mengagumkan melihat bagaimana CARRION mengeksekusi animasi gerak monster ini. Bahwa untuk bisa bergerak super cepat, tanpa harus Anda picu secara manual sama sekali, Anda bisa melihat bagaimana ia melahirkan tentakel-tentakel kecil yang menempel di area sekitar untuk mendorongnya ke arah tertentu untuk sekadar bergerak. Gerak tentakel ini semakin “menggila” dengan jarak yang kian panjang seiring dengan ukurannya yang membesar. Kerennya lagi? Hanya dalam waktu singkat, memainkannya dengan mouse + keyboard sekalipun, akan menghasilkan sensasi pergerakan yang intuitif. Anda selalu bisa bergerak kemanapun Anda inginkan selama dimungkinkan, dan animasi gerak yang seharusnya akan mengikuti hal tersebut.


Pendekatan pixel art ini juga diikuti dengan visualisasi bangun dunia yang juga pantas untuk diacungi jempol. Kita tidak hanya bicara soal detail area per fasilitas yang membuat pengalaman bermain tidak terasa repetitif, tetapi juga hal kecil lain yang kian mengukuhkan status Anda sebagai monster yang begitu ditakuti. Sebagai contoh? Jika Anda berada di dekat karakter-karakter NPC non-military yang tidak memiliki senjata, mereka akan lari, berteriak, bersembunyi di sudut ruangan, dan berusaha menjauhi Anda sebaik yang mereka bisa. Anda akan berasa bahwa Anda adalah teror sesungguhnya. Sisanya? Beragam konten gore yang disajikan baik terlepas dari format pixel art yang ia usung, dari percikan darah yang bahkan siap mengotori keseluruhan ruangan hingga potongan tubuh yang bisa Anda nikmati layaknya snack kecil di sore hari.
Kesemuanya juga didukung dengan sisi audio yang berada di atas rata-rata. Anda akan disuguhi dengan musik belakang layar yang terasa cocok dengan tema terror yang berusaha diangkat oleh CARRION. Musik yang Anda dapatkan seolah hendak memperkuat sisi misteri yang ia usung sembari memperjelas teror yang dihasilkan oleh sang gumpalan daging. Kualitasnya hampir mirip dengan musik-musik yang mengalun di situasi menegangkan saat Anda menikmati film-film Hollywood sci-fi berkelas. Musiknya sendiri ditangani oleh sosok Cris Velasco yang sempat menangani beberapa game horror seperti Resident Evil 7 dan ZombiU di masa lalu. Walaupun track ini tidak bisa dibilang unik atau dominan saat Anda memainkan CARRION, namun ia menjalankan tugasnya dengan begitu baik untuk membangun atmsofer yang seharusnya.
Dengan kombinasi elemen ini, terlepas dari fakta bahwa ia hadir dalam format pixel art, CARRION tampil dengan atmosfer horror penuh misteri yang mendukung. Bagian terbaiknya di mata kami memang terletak pada sisi animasi sang monster yang begitu cepat, mengalir, intuitif, dan sisi lain – cukup untuk membuat bulu kuduk Anda merinding jika Anda membayangkan tengah terjebak dengannya di lokasi yang sama.
Secara Mengejutkan, Metroidvania

Dengan melihat screenshot yang kami sertakan di artikel review ini, Anda sepertinya sudah bisa menebak kira-kira pendekatan gameplay seperti apa yang diusung oleh CARRION ini. Berperan sebagai sang monster, Anda akan dibekali dengan satu tombol khusus yang bisa digunakan untuk “memegang” objek tertentu. Jika Anda “memegang” manusia, Anda bisa menariknya kembali ke dalam gumpalan untuk memotong dan memakan mereka. Jika Anda “memegang” beberapa objek seperti pintu atau panel switch pintu misalnya, Anda bisa menggerakkannya. Sang monster juga dibekali dengan kemampuan untuk tidak hanya bergerak super cepat saja, tetapi juga menempel di dinding-dinding fasilitas secara bebas jika Anda menginginkannya. Ia berlaku bak monster yang seharusnya.
Sebagian besar misi yang Anda jalani memang sederhana – bergerak dari satu titik ke titik lain, yang dari sisi cerita memang berfokus pada keinginan si monster untuk menyelami lebih dalam fasilitas yang sempat menahannya ini. Selama perjalanan, Anda akan berhadapan dengan varian tantangan yang pelan tapi pasti, butuh strategi untuk ditundukkan. Di awal, hanya barisan manusia tidak berdosa yang hanya menunggu kematian mereka di depan taring Anda. Namun seiring cerita bergerak, semakin dalam fasilitas yang Anda eksplorasi, ada eskalasi tantangan. Anda akan bertemu dengan kelompok militia dengan perisai dan senjata mesin, kelompok militia dengan flamethrower, hingga mecha raksasa dengan gatling gun yang bisa membunuh Anda dengan cepat. Masing-masing musuh ini butuh cara tersendiri untuk dikalahkan. Sebagai contoh? Kelompok militia dengan perisai tidak akan bisa dihajar dari depan, hingga Anda butuh menarik dan mengonsumsi mereka dari belakang atau bawah.


Kerennya lagi? Aksi makan-memakan dari si monster ini bukan untuk urusan estetika belaka. Ia juga akan memulihkan keping health yang ia miliki, sekaligus membuatnya tampil lebih besar. Ukuran memang memainkan peran penting di CARRION, mengingat ia akan menentukan skill seperti apa yang bisa Anda akses. Ketika berada di ukuran kecil / normal, ia bisa menembakkan sejenis jaring kecil yang bisa menangkap musuh dan mengakses switch dari kejauhan. Namun begitu ia mencapai ukuran tertentu, skill tersebut akan berganti dengan kemampuan serangan fisik yang mampu menghancurkan lebih banyak rintangan, seperti pintu kayu misalnya. Mekanisme beda tubuh ini juga akan menjadi salah satu mekanik dasar untuk ragam puzzle yang Anda temukan, dimana porsi tubuh tertentu akan dituntut untuk menyelesaikannya. Berita baiknya? CARRION juga menyediakan kolam khusus dimana Anda bisa berganti ukuran tanpa resiko.


Dengan adanya konten puzzle dan ragam kekuatan yang bisa diakses, Anda sepertinya bisa menebak pengalaman seperti apa yang ditawarkan oleh CARRION. Bahwa intisarinya lebih mengarah ke game-game Metroidvania di pasaran saat ini. Untuk Anda yang tidak terlalu familiar, Metroidvania mengarah ke “sub-genre” game side-scrolling dimana sang karakter utama akan mendapatkan senjata atau kemampuan baru untuk bisa mengakses area baru. Hal sama juga terjadi di CARRION ini. Dengan lokasi power up berbentuk tabung biohazard yang tersebar, sang gumpalan akan diperkuat dengan lebih banyak kemampuan baru. Anda akan bertemu dengan upgrade yang memang esensial untuk melanjutkan cerita, seperti kemampuan untuk berkamuflase dan mengecoh sistem sensor laser misalnya. Namun untuk Anda yang rajin melakukan proses eksplorasi, ada juga reward tak esensial seperti kemampuan untuk melemparkan dua tentakel untuk ekstra tangkap dan konsumsi mayat yang lebih efektif.
Maka seperti game Metroidvania pada umumnya, akan ada kebutuhan untuk melakukan backtracking di beberapa titik cerita – dimana Anda harus mengunjungi kembali lokasi yang sudah sempat Anda “selesaikan” karena kemampuan baru yang Anda terima. Namun hal ini membuka satu kelemahan terbesar yang dimiliki CARRION – bahwa ia tidak memiliki sistem peta sama sekali. Benar sekali, game yang memuat desain level bak labirin ini tidak akan membantu Anda dengan sistem peta untuk memberikan informasi soal lokasi yang sudah dan akan Anda jelajahi. Untuk game seperti ini, absennya fitur esensial seperti ini tentu saja menghasilkan rasa frustrasi tersendiri, apalagi jika Anda tengah bingung kemana Anda harus bergerak selanjutnya. Mustahil Anda ingat seperti apa bentuk level yang baru Anda selesaikan sebelumnya dan apakah ia memuat area yang baru akan bisa dibuka dengan kekuatan teranyar yang baru Anda dapatkan.