Review Call of Duty – Black Ops Cold War: Eksekusi Campaign Fantastis!

Industri game dan akhir tahun berarti membicarakan soal rilis game-game AAA yang ditujukan untuk mengisi masa liburan untuk negara-negara region barat, yang biasanya diasosiasikan dengan aksi belanja besar-besaran. Maka seperti tahun-tahun sebelumnya, di antara jajaran game-game AAA tersebut, menyeruak lah nama Call of Duty yang tahun ini kembali dengan Black Ops Cold War. Tahun 2020 memang terhitung istimewa karena alih-alih dikerjakan oleh Sledgehammer Games yang seharusnya bertanggung jawab untuk siklus tiga tahunan yang sudah ditetapkan oleh Activision, ia justru kembali dikerjakan oleh Treyarch yang baru dua tahun yang lalu – melepas COD: Black Ops IV ke pasaran. Dengan situasi seperti ini, tidak heran jika Ia terasa sedikit mengkhawatirkan.
Untungnya, kesan pertama yang berhasil ia torehkan, berakhir cukup positif. Anda yang sudah membaca artikel preview kami sepertinya sudah mendapatkan gambaran cukup jelas kira-kira pengalaman seperti apa yang ia tawarkan. Treyarch kembali dengan mode campaign yang diposisikan sebagai seri sekuel langsung dari COD: Black Ops pertama, dimana Marson dan Woods kembali memainkan peran penting. Hal fantastis bukan mengakar pada cerita konspirasinya itu sendiri, tetapi implementasi beragam mekanik baru dan cabang cerita berbasis opsi percakapan yang memang memiliki pengaruh cukup signifikan. Semuanya dibalut dengan mode multiplayer dan zombie yang familiar.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh COD Black Ops Cold War ini? Mengapa kami menyebutnya sebagai eksekusi campaign yang fantastis? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot

Berbeda dengan seri-seri Black Ops sebelumnya yang walaupun berbagi satu benang merah cerita yang sama, tetapi hadir dengan lompatan timeline yang jauh, Black Ops Cold War berperan sebagai seri sekuel langsung dari Call of Duty: Black Ops pertama yang dirilis di tahun 2010 yang silam.
Di awal tahun 1980-an, Amerika Serikat yang berhasil mengamankan para otak di balik krisis sandera Iran ternyata menemukan satu nama yang tidak pernah kira akan mengemuka sebelumnya. Mereka yang bertanggung jawab untuk kasus ini dengan gamblang menyebut bahwa sosok mata-mata misterius bernama Perseus berada di belakang layar. Sosok ini diyakini punya potensi besar membahayakan Amerika Serikat, dan karenanya – President Ronald Reagan menugaskan operasi gelap untuk menumpasnya. Sekelompok pasukan khusus diracik untuk tugas ini, yang berisikan CIA Russell Adler, Alex Mason, Frank Woods, Lawrence Sims, Lazar, Hudson, Helen, dan seorang operator baru bernama – Bell.


Sosok Bell yang misterius akan menjadi tokoh protagonis utama, dimana sebagian besar cerita akan disajikan lewat perspektifnya. Penelusuran tim operasi gelap ke seluruh dunia, yang juga diikuti dengan korban jiwa yang berjatuhan ini meyakini satu hal – bahwa Perseus menguasai salah satu informasi paling rahasia Amerika Serikat yang disebut sebagai “Operation Greenlight”. Operasi ini mengungkap bagaimana negara adidaya ini ternyata sudah mempersiapkan begitu banyak bom neutron di hampir semua kota besar Eropa untuk mengantisipasi invasi Soviet di masa depan. Seperti yang bisa diprediksi, Perseus ingin menguasai komando atas bom-bom ini, meledakkannya, dan menjadikan Amerika Serikat sebagai kambing hitam.

Lantas, mampukah tim ini mencegah skenario kiamat kecil yang satu ini? Siapa pula sosok Bell sebenarnya? Siapa pula identitas Perseus yang sesungguhnya? Semua jawaban dari pertanyaan-pertanyaan ini bisa Anda dapatkan dengan memainkan Call of Duty: Black Ops Cold War ini.