Review Cyberpunk 2077: Terjebak Ilusi Korporasi!

Reading time:
December 28, 2020

Lebih ke Aksi Daripada RPG

cyberpunk 2077 jagatplay part 1 66 1
Cita rasa action lebih kental mengalir dari game ini, daripada konsep RPG yang ia gembar-gemborkan.

Ketika Cyberpunk 2077 diperkenalkan kepada publik, memang ada kesan bahwa CD Projekt Red hendak mengindentifikasikan proyek ambisius mereka ini sebagai game action RPG. Dimana Anda akan bergerak dan berperan aktif saat bertarung, baik saat menggunakan senjata api ataupun senjata melee, sembari menikmati elemen-elemen RPG yang menyeruak di beragam sudut. Namun seiring dengan progress permainan, Anda yang selama ini menyenangi game RPG barat sepertinya akan jatuh ke dalam satu kesimpulan yang sama – bahwa alih-alih kuat di elemen RPG, game ini justru terasa lebih mendorong sisi aksi yang ada.

Pengalaman Anda bermain Cyberpunk 2077 memang bisa dibilang lugas. Seiring dengan cerita yang bergerak, Anda akan disajikan dengan setidaknya tiga jenis misi – misi utama, misi sampingan, dan misi “lebih kecil” yang tersebar dalam bentuk ikon di peta. Misi utama akan mendorong cerita utama dan progress yang mengitari pertumbuhan V dan Johnny Silverhand sebagai karakter, misi sampingan biasanya berfokus pada karakter sampingan dan pendukung – yang bisa berujung jadi barisan misi dengan cerita yang solid, sementara misi “lebih kecil” yang biasanya berbentuk ikon biru hadir lebih sederhana. Misi ini biasanya meminta Anda mencuri sesuatu, membersihkan area dari musuh, hingga mencari barang bukti. Ada juga misi lebih kecil dengan ikon warna kuning yang biasanya memuat lebih banyak cerita, namun tidak sedalam misi sampingan berbasis karakter yang kami sebut sebelumnya.

Setiap misi, ini seperti layaknya sebuah game RPG, tentu akan memberikan reward-reward yang menarik untuk dikejar. Selain uang yang bisa Anda alokasikan untuk membeli ragam hal, dari senjata hingga kendaraan, Anda juga akan mendapatkan EXP untuk dua kategori berbeda – Level karakter dan Street Cred. Level karakter berperan selayaknya game RPG pada umumnya, dimana setiap kenaikannya akan memberikan Anda ekstra atribut dan perk points untuk dialokasikan di ragam kategori yang ada. Sementara Street Cred adalah level popularitas Anda di Night City, yang akan memberikan reward  nyaris serupa, namun juga akan membuka lebih banyak misi sampingan seiring dengan meningginya angka tersebut.

cyberpunk 2077 jagatplay part 1 184 2
Menyelesaikan ragam misi akan menghadiahi Anda dua jenis EXP, yang nantinya bisa digunakan untuk memperkuat V.
cyberpunk 2077 jagatplay part 1 4 1
5 buah Atribut ini akan berisikan pohon skill lebih kecil yang disebut sebagai Perk.

Maka seperti game RPG seharusnya, kesempatan untuk membangun gaya gameplay V yang Anda inginkan akan sangat bergantung pada distribusi beragam point ini. Atributes Point bisa dialokasikan ke satu di antara 5 kategori utama: Body, Intelligence, Reflexes, Cool, dan Technical Ability. Alokasi point ke Attributes ini memberikan dua keuntungan: potensi untuk menggunakannya untuk menawarkan solusi alternatif saat dihadapkan pada satu masalah tertentu dan juga meningkatkan jumlah maksimal point Perk yang bisa Anda distribusikan di dalam sub-kategori masing-masing Atribut ini. Karena setiap Atribut akan membuka pohon skill lebih kecil yang akan menentukan seberapa ahli Anda menguasai set kemampuan tertentu, dari efektivitas senjata melee dan rifle, kecepatan hacking, hingga kemampuan crafting senjata dan equipment lebih langka. Mengingat jumlah level dan Street Cred berujung “terbatas”, Anda mau tidak mau harus memprioritaskan kemana point-point ini akan mengalir.

Cyberpunk 2077 juga mengimplementasikan sistem guna senjata ala apa yang ditawarkan Bethesda di Skyrim misalnya. Dimana frekuensi Anda menggunakan kategori senjata tertentu, akan berkontribusi pada kemampuan penguasaan Anda yang kembali, dibagi ke dalam beberapa tingkat berbeda. Untuk setiap kali kenaikan level penguasaan senjata, stealth, hacking, hingga crafting, Anda akan mendapatkan point perk (untuk distribusi ke level sub-kategori) atau membuat kemampuan spesifik tersebut kian mantap. Sering menggunakan handgun misalnya, akan membuat penguasaan Anda kian tinggi, yang berpotensi memperkecil recoil yang terjadi dan membuat damage lebih mematikan. Ini membuat gaya bermain Anda, terutama saat berhadapan dengan sisi aksi, akan terus difasilitasi terlepas dari apapun yang Anda pilih.

Dengan semua sistem yang diusung Cyberpunk 2077, di atas kertas, ia terasa seperti sebuah game action RPG dengan elemen RPG yang lebih kental dibandingkan sisi aksi yang ada. Namun pelan tapi pasti, seiring dengan progress cerita dan banyaknya misi yang Anda selesaikan, Anda justru akan menemuka fakta sebaliknya. Bahwa alih-alih sisi RPG-nya, justru sisi aksi lah yang lebih dominan dari game yang satu ini.

Ada beberapa hal yang tentu saja berkontribusi pada impresi yang satu hal. Dari yang paling awal misalnya, dimana Anda diminta untuk memilih satu di antara tiga origin Story untuk V: apakah ia seorang Nomads, Street Kid, atau seorang Corpo yang akan memulai kisahnya di tempat berbeda dan dengan karakter pendukung yang menemui Anda di awal. Di sepanjang perjalanan, Anda memang akan menemukan opsi percakapan yang hanya bisa Anda ambil jika Anda memilih origin tertentu. Namun pelan tapi pasti Anda akan menyadari bahwa opsi tersebut, setidaknya untuk cerita utama dan cerita sampingan “besar” tidak menghasilkan pengaruh banyak. Cerita akan bergerak sama di antara ketiga origin story ini, dengan variasi ending lebih banyak ditentukan oleh pilihan yang Anda ambil di titik cerita yang akan tersedia sama untuk semua origin story manapun. Kesan ini sebenarnya sudah bisa Anda temukan di 30 menit awal permainan, ketika titik cerita melebur ke posisi yang sama ketika Anda mulai bertemu dengan Jackie. Apapun origin story Anda, kisah Cyberpunk 2077 tetap mengikuti satu alur yang sama.

Sebagai gamer yang sudah menikmati bagaimana game-game RPG barat yang solid mengeksekusi sistem skill berbasis kategori yang biasanya akan mempengaruhi tidak hanya gaya bermain ataupun menawarkan solusi ekstra untuk masalah, tetapi juga mempengaruhi interaktivitas dan pengetahuan Anda soal dunia yang diusung, apa yang ditawarkan Cyberpunk 2077 memang terhitung sedikit mengecewakan. Mengecewakan dalam pengertian entah karena konsep RPG-nya memang terhitung memble atau karena ekspektasi kami di awal yang terlalu ketinggian. Membandingkannya dengan game seperti Deus Ex atau Disco Elysium misalnya, justru kian menekankan betapa kurangnya desain dan implementasi yang diusung Cyberpunk 2077.

Sebagai contoh? Atribut yang bisa Anda alokasikan untuk V, misalnya. Dengan memberikan ekstra point kepada salah satu di antaranya, Anda memang akan membuka “solusi baru” untuk masalah yang Anda hadapi, baik ketika berdialog dengan karakter lain ataupun saat bertemu dengan penghalang seperti pintu atau kebutuhan hacking misalnya. Namun sayangnya, ia minim “interaktivitas”.

Di kasus seperti Deus Ex misalnya, keputusan untuk memperkuat fisik sang karakter utama tidak selalu menjadi “jawaban” untuk pintu yang butuh dibuka paksa. Kekuatan fisik berarti Anda berkesempatan untuk mengangkat benda-benda berat di sekitar sang protagonis, memungkinkan Anda untuk membangun platform jika dibutuhkan. Di Deus Ex, beberapa kondisi bahkan membuka sebuah jalur alternatif yang bisa Anda pikirkan secara logis, yang membutuhkan Anda bergerak atau mencari jalan memutar. Di Cyberpunk 2077? Hampir semua solusi untuk pintu atau penghalang yang tidak melewati skill-check atribut Anda biasanya terletak tidak jauh dari sumber masalah. Anda bisa menyelesaikannya dengan sedikit “kerepotan” dengan jalur alternatif yang terletak begitu dekat.

cyberpunk 2077 jagatplay part 1 134
Membandingkan cita rasa RPG game ini dengan Deus Ex atau Disco Elysium justru kian menekankan kelemahannya.
cyberpunk 2077 jagatplay part 1 165
Atribut yang Anda pilih tidak memberikan solusi atau pengetahuan yang benar-benar terasa unik dan berbeda. Ia biasanya hanya menyediakan “solusi instan” yang hanya butuh beberapa menit eksplorasi untuk diselesaikan dengan cara lain.

Kekecewaan yang sama juga mengemuka ketika Anda mengeksplorasi sistem Cyberware – yang di game ini, mengacu pada ragam modifikasi tubuh yang bisa disuntikkan pada tubuh V. Dari semua anggota tubuh yang bisa Anda modifikasi, hanya ada 3 bagian tubuh yang memang mempengaruhi gaya bermain Anda: mata memberikan informasi HUD, tangan untuk implementasi Smart Link yang dibutuhkan untuk senjata pintar, dan kaki yang bisa menambahkan kemampuan lompat tinggi atau double jump. Sisanya? Hanya mempengaruhi buff karakter, konsep yang sudah diimplementasikan di sistem invetory / equipment sebelumnya. Minimnya pengaruh Cyberware pada apa yang bisa dilakukan V pada saat proses eksplorasi, penyelesaiian masalah, atau sekadar membuka opsi percakapan untuk konflik tertentu berujung menjadi sumber kekecewaan baru. Padahal, di dunia seperti Cyberpunk 2077, modifikasi tubuh inilah yang seharusnya menjadi “identitas” baru Anda. Namun pada akhirnya, ia sebagian besar didominasi oleh buff-buff ala sistem equipment belaka.

Begitu Anda mulai membandingkannya dengan sistem RPG lebih dalam ala Disco Elysium, maka kelemahan elemen RPG yang diusung Cyberpunk 2077 bahkan jauh lebih kentara. Di Disco Elysium, atribut yang Anda jadikan sebagai fokus benar-benar mempengaruhi gaya bermain Anda, bahkan untuk hal sekecil akses informasi dan pengetahuan sang karakter soal dunia yang harus ia hadapi. Hampir setiap karakter punya level interaksi berbeda bergantung pada bagaimana cara Anda membentuk karakter Anda di sana.

Di Cyberpunk 2077? Hampir sebagian besar darinya jatuh kepada pilihan Lifepath (origin Story) Anda di depan, yang tidak akan memberikan alternatif gaya bermain yang sebegitu signifikannya di luar beberapa misi dan karakter sampingan berbeda yang mungkin Anda temui. Terlepas dari apakah Anda seorang Corpo – Nomad – Streetkid, terlepas dari jenis Cyberware yang Anda pasangkan kepada V, terlepas dari ragam atribut yang Anda fokuskan untuknya, cerita dan progress yang Anda dapatkan tidak akan berbeda sebegitu signifikannya hingga Anda diberikan pilihan-pilihan yang akan mempengaruhi ending di akhir.

Semuanya diperburuk dengan kualitas AI, terutama NPC yang Anda temui di Night City, yang sayangnya terhitung buruk. Dengan kualitas NPC seperti ini, sulit rasanya untuk mendapatkan cita rasa sebuah game RPG yang imersif. Di banyak game RPG lawas atau bahkan, sekadar game action open-world tradisional, NPC biasanya bereaksi keras pada penampilan atau situasi yang mengitari si karakter yang Anda gunakan. Ada banyak game di sana yang mampu meracik NPC yang akan mengomentari pakaian yang tengah Anda kenakan atau tidak Anda kenakan, bereaksi apakah Anda tengah memegang senjata secara terbuka di daerah damai atau tidak, atau bahkan berinteraksi secara acak ketika Anda bergerak melewati mereka. NPC di Cyberpunk 2077 hadir dengan dua fungsi saja – berjalan dan menunduk jika mendengar suara tembakan, yang kesemuanya datang dengan animasi yang sama. Di sisi lain, NPC para polisi yang siap bereaksi ketika Anda melakukan aksi kejahatan datang dengan sistem yang tidak rasional. Terlepas dari apapun situasi dan lokasi dimana dia terpicu, Anda akan menemukan beberapa anggota polisi yang tiba-tiba muncul di dekat Anda, tanpa ada informasi dari mana mereka datang dan seberapa cepat mereka bereaksi. AI para NPC di Cyberpunk 2077 berada di level, pantas untuk ditertawakan.

cyberpunk 2077 jagatplay part 1 65
Sifat AI NPC non-karakter di game berujung bak lelucon.
cyberpunk 2077 jagatplay part 1 41
Tumpukan makanan yang jadi “sampah”.

Salah satu sumber keluhan kami juga datang dari segudang item makanan yang Anda temukan di sepanjang perjalanan. Makanan-makanan yang tersedia ini berperan sebagai item penambah buff yang siap untuk membuat karakter V Anda lebih kuat di beberapa status ataupun atribut. Namun berbeda dengan sistem Concoction di The Witcher 3: Wild Hunt yang notabene esensial untuk dikonsumsi ataupun dipertimbangkan sebagai bagian dari strategi sebelum melawan monster-monster mematikan, elemen makanan di Cyberpunk 2077 pelan tapi pasti, berubah jadi “sampah inventory” yang tidak terpakai. Entah karena tingkat kesulitan normal yang bisa diatasi dengan senjata standar saja atau karena buff yang diusung memang tidak signifikan, namun pelan tapi pasti, Anda akan melihat bagaimana makanan-makanan ini berujung memenuhi kantong Anda dengan cepat. Berita baiknya? Setidaknya dia tidak memiliki berat, dan karenanya tidak akan mempengaruhi banyak item yang Anda bawa nantinya.

Menikmati Cyberpunk 2077 sebagai game action, jika Anda tidak terlalu peduli soal seberapa dalamnya sistem RPG yang ia usung, memang berujung memuaskan. Ada begitu banyak hal yang bisa Anda nikmati di sini, apalagi saat melihat build karakter Anda kini bisa memuntahkan damage ribuan hingga ratusan ribu menggunakan senjata pintar yang bahkan tidak perlu Anda bidik. Fakta bahwa Anda juga bisa membangun karakter yang berfokus pada senjata melee, dimana satu dua kali tebasan mampu menghabisi musuh apapun dengan cepat juga terasa fantastis. Atau jika Anda menginginkan ekstra kesibukan dengan meracik karakter V yang berfokus pada aksi stealth dan hacking, opsi tersebut juga tersedia. Ia tetap akan bisa dinikmati selama Anda tidak menginginkan sistem RPG yang benar-benar dalam.

Ilusi Korporasi

cyberpunk 2077 jagatplay part 1 75 2
Melihat reaksi rilis Cyberpunk 2077 jadi pemandangan yang menarik dan menyenangkan.

Sepertinya sulit untuk membahas dan membicarakan Cyberpunk 2077 tanpa membahas apa yang sudah dilakukan CD Projekt Red selama setidaknya beberapa tahun terakhir ini untuk mempertahankan hype yang ada. Menarik melihat setelah kesuksesan yang berhasil mereka raih dengan The Witcher 3: Wild Hunt, mereka berhasil membangun sebuah basis fans yang mati-matian membela perusahaan asal Polandia ini terlepas dari beragam masalah yang jelas muncul dari pengabaian dan bukan karena “ketidaksengajaan”. Di sinilah tema Cyberpunk 2077 justru menguat dan mengemuka, bak hidup yang ternyata sejalan dengan seni  yang mengemuka. Tema di mana ilusi korporasi dan sifat hipokrit gamer mengemuka.

Kemunafikan gamer memang terasa kuat ketika bicara soal kasus Cyberpunk 2077 dan level kontrol kualitas yang mereka usung sebelum melepas game ini di pasaran. Ada banyak pembelaan mengemuka, yang hendak mengesankan seolah-olah CD Projekt Red bisa “lepas tanggung jawab” dari situasi rilis yang penuh bug dan glitch. Ini tentu situasi yang sangat berbeda ketika kita berbicara soal rilis Fallout 76 dari Bethesda di masa lalu, misalnya.

Ketika Fallout 76 dilepas ke pasaran, dimana bug dan glitch jadi “makanan” yang harus dihadapi oleh gamer yang membelinya di minggu pertama rilis, kritik pedas mengemuka dimana-mana. Semua gamer berfokus pada betapa buruknya kualitas rilis di kala itu dan bagaimana game seperti ini tidak seharusnya eksis. Tidak ada yang membicarakan “potensi gameplay” atau bagaimana “Game ini akan sempurna setelah beberapa update ke depan” seperti yang terjadi dengan Cyberpunk 2077. Ada perlakuan istimewa yang sulit dijelaskan ketika bicara soal Cyberpunk 2077, meninggalkan kesan bahwa developer ini begitu sempurnanya hingga mereka “mustahil untuk salah”.

Pembelaan soal bagaimana “CD Projekt Red dipaksa shareholders untuk merilis game yang belum siap” juga bukan sesuatu yang bisa diterima dengan tangan terbuka. Mengapa? Karena bukti-bukti dengan jelas mengarah pada satu kesimpulan yang sama – bahwa CD Projekt Red sejak awal sudah memahami soal betapa tidak optimalnya rilis versi Playstation 4 dan Xbox One.

cp 2077 pre order
??
cp 2077 current gen
????

Bukti pertama? Semenjak pengenalan gameplay perdana hingga begitu banyak episode Night City Wire yang mengemuka, tidak satupun footage diambil dari versi konsol. Mereka tutup mulut soal versi Playstation 4 dan Xbox One sejak promosi Cyberpunk 2077 mulai gencar dengan beberapa pernyataan meyakinkan soal bagaimana konsol current-gen tetap jadi fokus pengembangan. Bukti kedua dan lebih buruknya lagi? Ketika footage versi Playstation dan Xbox mengemuka, mereka hanya memperlihatkan footage versi Playstation 4 Pro dan Xbox Series X saja. Demo tersebut kemudian diracik dengan scene-scene spesifik yang tidak banyak memperlihatkan performa teknis buruk yang jadi sumber keluhan saat rilis, terutama untuk konsol versi dasar.

Pembelaan yang lebih gila lagi datang datang dari narasi bagaimana “Cyberpunk 2077 itu sebenarnya dikembangkan hanya untuk platform next-gen saja”. Pertama, game ini pertama kali diperkenalkan tahun 2013, tujuh tahun yang lalu, ketika proses pengembangan The Witcher 3 saja belum rampung. Playstation 4 dan Xbox One ketika itu baru saja dirilis dan belum ada gambaran kira-kira apa yang perlu dipersiapkan oleh konsol next-gen dari sisi performa dan fitur. Kedua? CD Projekt Red membuka proses pre-order sejak pertengahan tahun 2018 yang lalu, yang berarti mereka dengan jelas menjual game ini untuk konsol generasi saat itu – Playstation 4 dan Xbox One. Di tahun 2018, ketika PO dibuka, belum ada rumor, diskusi, hingga dev.kit untuk konsol next-gen tersedia. Mustahil bagi mereka untuk mengembangkan sebuah game next-gen tanpa memahami performa konsol next-gen itu sendiri.

Seperti meracik ulang tema dan konflik utama yang terjadi di dalam dunia Cyberpunk 2077, sesuatu yang mengkhawatirkan sekaligus memukau melihat bagaimana gamer-gamer, setidaknya di dunia maya, tidak ragu mengangkat tameng mereka untuk melindungi sebuah konsep ilusi yang dibangun oleh sebuah korporasi raksasa. Kita masih belum bicara soal rumor gaji rendah karyawan ataupun masalah crunch yang juga sempat dibicarakan sebelumnya. Menarik untuk melihat bagaimana CD Projekt Red mendapatkan “keleluasaan” dengan rilis seperti ini, sementara game seperti Fallout 76 dari Bethesda hingga WWE 2K20 dari 2K Sports tidak mendapatkan porsi maaf dan “melihat potensi update” selayaknya yang terjadi dengan Cyberpunk 2077.

Pages: 1 2 3 4
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…