Review Marvel’s Spider-Man Miles Morales: Pahlawan Generasi Baru!
The Power of Playstation 5

Keputusan untuk menunggu rilis Playstation 5 resmi Indonesia sebelum menjajal Miles Morales secara langsung, bisa jadi salah satu keputusan terbaik yang kami ambil. Walaupun kami yakin, jika merujuk pada seri Spider-Man sebelumnya, Insominac Games akan melakukan tugas yang fantastis dengan versi Playstation 4, ia memang terlihat lebih indah dan memesona di versi next-gen. Bahwa terlepas dari fakta bahwa mesin ini masih terhitung baru, Insomniac sepertinya sudah punya gambaran apa yang bisa mereka tawarkan dengan petualangan baru dari Miles Morales ini. Pengalaman yang pada akhirnya tidak hanya seru, tetapi juga memanjakan mata.
Setelah kenikmatan resolusi tinggi di opsi grafis “Fidelity” yang tersedia, Marvel’s Spider-Man: Miles Morales versi Playstation 5 juga datang dengan fitur ray-tracing. Di atas kertas, apalagi dengan gameplay dan eksplorasi yang mayan cepat, fitur mungkin terdengar tak signifikan. Namun menjajal game ini secara langsung membuktikan hal yang sebaliknya.


Berayun melewati gedung-gedung tinggi yang sebagian besar diisi dengan kaca, melihat pantulan Miles di kejauhan, menciptakan atmosfer permainan yang lebih dramatis dan akurat di saat yang sama. Apalagi di ragam cut-scene, tata cahaya atau pantulan yang menonjol ini berujung menjadi pelengkap yang pantas diapresiasi. Dibungkus dengan tekstur definis tinggi, terutama untuk model karakter dan pakaian, Anda akan langsung jatuh hati sejak pandangan pertama.
Latar bermain Anda sayangnya tidak banyak berbeda dengan apa yang ditawarkan Marvel’s Spider-Man sebelumnya. Anda masih berayun di kota yang sama, dengan layout yang akan terasa familiar untuk para pencinta Spider-Man. Untungnya, cita rasa lebih menyegarkan datang dari karakter-karakter baru yang punya peran penting dalam hidup Miles dan timeline kota yang tengah sibuk menyambut akhir tahun. Musim dingin membuat salju seringkali turun dan terkadang, membuat jalanan kota sedikit mengkilat karena lapisan es tipis di atasnya, melahirkan pantulan yang kembali membuat fitur ray-tracing bersinar. Karakter-karakter yang menemani perjalanan Miles juga menawarkan dinamika yang berbeda.

Jika ada satu sisi presentasi yang membuat Miles dan Peter terasa begitu berbeda, adalah pilihan musik yang mengikuti aksi dan perjalanan mereka sebagai Spider-Man. Walaupun tidak begitu jelas diisi dengan lagu rap misalnya, namun ada kesan “musik orang kulit hitam” yang kental mengikuti sepak terjang Miles yang memang, merupakan seorang remaja kulit hitam. Anda melihat bagaimana muisik menemani hampir setiap aktivitas yang ia lakukan, dengan headset yang memainkan peran penting. Visualisasi seperti ini cukup untuk memberikan gambaran yang jelas dan kuat bahwa Miles dan Peter datang dari dua latar belakang berbeda, namun menyatu karena satu misi yang sama.
Presentasi yang ditawarkan oleh Miles Morales di versi Playstation 5 memang memesona. Siapa yang mengira bahwa kehadiran ray-tracing yang notabene “hanya” teknologi visualisasi pantulan dan cahaya yang lebih akurat bisa berujung membantu membangun atmosfer eksplorasi yang terlihat dan terasa fantastis. Berlari cepat secara vertikal memanjati gedung pencakar langit yang berisikan begitu banyak kaca, mengayun melewatinya, ditemani cahaya dramatis di musim dingin menghasilkan pendekatan next-gen yang memang pantas, mengikuti rilis Playstation 5.
Bukan Peter Parker

Tidak lagi satu, melainkan dua Spider-Man, kami termasuk salah satu gamer yang khawatir soal narasi yang hendak didorong oleh Insomniac dengan rilis game yang satu ini. Miles memang bukan karakter “baru” dan sudah eksis cukup lama di dunia komik Marvel, dengan popularitas yang meroket setelah kesuksesan film CGI– Spider-Man: Into the Spider-Verse. Namun komik dan film adalah pengalaman pasif. Di video game yang notabene interaktif, Insomniac Games punya tugas berat untuk membuat Miles Morales tampil sebagai karakter Spider-Man yang unik dan berbeda, baik dari sisi cerita, karakter, dan akhirnya gameplay. Mereka perlu membuat Peter dan Miles tampil sebagai dua entitas yang berbeda, bahkan dari sensasi menggunakannya.
Berita baiknya? Mereka melakukan tugas tersebut dengan baik. Dari sisi cerita, Anda bisa merasakan perbedaan karakter antara Miles Morales yang hadir sebagai “pendatang baru” di dunia superhero dibandingkan Peter yang sudah berkiprah selama bertahun-tahun lamanya. Cerita bergerak dari sosok Spider-Man dari Miles yang masih penuh keraguan dan pertanyaan, namun di sisi lain, menyisakan sedikit rasa percaya diri. Adalah keputusan baik untuk tidak langsung membuatnya terjun melawan begitu banyak karakter super-villain seperti halnya Peter Parker. Tema utama cerita Miles Morales lebih difokuskan pada usaha untuk memahami perannya sebagai superhero baru, memahami tantangan berat seperti apa yang harus ia lalui, dan kemudian menumbuhkan rasa tanggung jawab pada kota yang ia cintai. Ini adalah pendekatan yang lebih personal.


Sementara dari sisi gameplay, ada banyak detail yang disuntikkan Insomniac untuk membuat identitas Miles lebih “bersinar”. Dari hal sekecil gaya berayun misalnya. Walaupun skema kontrol yang diusung serupa dengan versi Peter Parker, Anda akan menemukan bahwa sebagian besar animasi berayun Miles terasa lebih “remaja”. Bahwa ia menyempatkan diri untuk sedikit bersenang-senang dengan kemampuan laba-labanya ini, dengan ragam gaya melompat dan berayun, dari aksi melihat ke belakang, membiarkan dirinya jatuh bebas, hingga atraksi yang lain. Sembari berayun, Miles juga punya podcast favorit yang ia dengar secara rutin, berbeda dengan obsesi Peter dengan J. Jonah Jameson. Detail ekstra lainnya? Walaupun Miles dan Peter aktif berceloteh dengan lelucon mereka, Anda bisa merasakan gaya yang berbeda meluncur dari keduanya.
Mengingat Miles digigit oleh tipe laba-laba yang berbeda dengan Peter Parker, hal ini juga termanifestasi dalam bentuk kemampuan bertarung uniknya sendiri. Bahwa tidak seperti Peter yang lebih banyak mengandalkan gadget untuk menundukkan musuhnya dengan cepat, Miles diperkuat dengan “Venom Powers”, sebuah kemampuan untuk memicu aliran bio-elektrik yang jika dialihkan ke bagian tubuh tertentunya, akan membuatnya lebih kuat dan tangguh. Seberapa tangguh? Cukup untuk membuat tinju-nya meninggalkan kerusakan yang cukup fatal untuk tipe musuh bongsor seperti Rhino. Kemampuan ini juga membuat Miles mampu memanipulasi beragam objek dimana listrik memainkan peran yang penting.


Satu yang menarik dari sosok Miles Morales dan Peter Parker, selain keduanya kini adalah manusia laba-laba, adalah bagaimana mereka mencintai ilmu pengetahuan dan menjadikannya sebagai basis untuk mendukung aksi mereka membasmi kejahatan. Namun menariknya, tidak seperti Peter Parker dimana aspek tersebut begitu ditonjolkan sejak awal dimana ia berperan sebagai peneliti bersama Dr. Oct, aspek tersebut tidak seberapa “bersinar” di Miles Morales. Anda memahami bahwa Miles setidaknya memang mencintai science, yang juga dipamerkan lewat pencapaiannya semasa sekolah. Namun Anda tidak akan menemukan bagaimana ia akan terlibat dalam puzzle atau masalah yang akan menguji kemampuannya tersebut.