Review Destruction AllStars: Butuh Misil dan Bom!
Butuh Misil dan Bomb

Seperti yang sempat kami bicarakan sebelumnya, intisari dari Destruction AllStars memang terkunci pada aksi tabrak-tabrakan mobil di dalam arena. Yang membuatnya berbeda? Alih-alih terkunci pada satu mobil yang sudah Anda pilih di awal, Anda akan punya kebebasan gerak sebagai si pengendara itu sendiri, yang notabene merupakan karakter yang Anda pilih. Ini berarti, Anda selalu punya opsi untuk masuk ataupun keluar dari kendaraan yang tengah Anda gunakan saat bertempur, baik untuk alasan strategi ataupun bertahan hidup.
Memilih satu di antara 16 karakter yang tersedia juga akan menentukan seperti apa kemampuan yang bisa Anda akses. Karena tampil bak “Hero”, masing-masing karakter akan punya dua skill istimewa: satu yang bisa ia akses sebagai karakter (tanpa mobil), dan satunya lagi – berujung memanggil kendaraan ikoniknya ke dalam arena yang pada akhirnya, juga akan punya kemampuan spesial berbasis cooldown. Bersamanya juga, Anda akan menemukan permata-permata berwarna pink yang tersebar di arena, yang biasanya berada di ketinggian yang hanya bisa diakses karakter dan bukan mobil, untuk membuat cooldown untuk skill karakter dan aksi panggil mobil istimewa ini menjadi lebih cepat.


Terlepas dari apapun mode yang Anda pilih, pertempuran di Destruction AllStars selalu dimulai dengan Anda berperan sebagai karakter dulu sebelum memilih dan menaiki mobil yang tersedia di arena. Mobil-mobil ini juga hadir dalam beragam bentuk varian, yang akan menentukan daya tahan, kecepatan gerak, cooldown untuk skill tabrak, dan seberapa lincah ia bergerak.
Selama proses menanti waktu cooldown mobil ikonik Anda bisa dipicu, mobil-mobil standar di arena ini akan terus tersedia di beragam lokasi berbeda. Ia biasanya berdiam di atas platform yang terkadang, butuh sedikit aksi panjat dan lari untuk bisa dicapai. Sisanya? Terus tabrak kendaraan di beragam kesempatan yang tersedia, dan pastikan Anda selalu berada di dalam mobil di setiap kesempatan. Mengapa? Karena akan sangat sulit untuk mencari point pada saat Anda menjadi karakter. Ini masih belum diperburuk dengan potensi “KO” yang lebih besar jika Anda ditabrak dengan kecepatan tinggi oleh karakter.
Di atas kertas, konsep yang ditawarkan Destruction AllStars memang terhitung unik. Ia mengubah formula yang sebenarnya sudah ditawarkan oleh banyak game klasik, menjadikannya pertempuran arena, lengkap dengan kesempatan untuk mengendalikan sang pengendara sebagai karakter. Masalahnya? Terlepas dari mode permainan apapun yang Anda pilih, sulit rasanya untuk mengkritisi sensasinya yang mudah terasa basi dan usang hanya dalam beberapa jam permainan. Mencari mobil dan berusaha menabrakkannya ke kendaraan lain hanya akan terasa senang sesaat, walaupun didukung dengan sensasi haptic feedback dan adaptive trigger DualSense yang fantastis. Gameplay loop-nya mudah terasa membosankan.
Hal ini jugalah yang memicu kami memilih sub-judul di atas. Semakin lama kami memainkan Destruction AllStars, semakin sulit juga untuk mengabaikan keinginan dan harapan untuk melihat game ini muncul sebagai pengganti “Twisted Metal” yang seharusnya. Bahwa alih-alih sekadar menabrak dan ditabrak, ia juga memuat beragam senjata yang bisa digunakan untuk menghabisi musuh dengan lebih cepat, lengkap dengan serangan dan efek ledakan yang fantastis. Karena harus diakui, konsep ini akan tampil jauh lebih seru dibandingkan gameplay loop yang ditawarkan Destruction AllStars saat ini, yang mudah basi. Kami bahkan tidak akan berkeberatan jika ia hadir dalam bentuk mode baru dan terpisah.


Salah satu sumber masalah lain juga terletak pada fakta bahwa dari ke-16 karakter yang diusung oleh Destruction AllStars saat ini, tidak semuanya bisa dikategorikan berimbang, apalagi jika kita bicara soal mode-mode tertentu. Bayangkan saja, untuk mode Mayhem yang notabene pemenangnya dinilai dari efektivitas Anda menabrak dan menghancurkan mobil lain, hanya ada beberapa karakter saja yang skill karakter dan mobil-nya mampu memfasilitasi hal tersebut. Kita bicara dari Lupita hingga jalur api yang ia racik, Blue Fang dengan mobil bersenjatakan shredder di depan, Hana dengan gergaji di tengah mobil, hingga Ratu yang mampu memicu ledakan mematikan.
Sementara di sisi lain, Anda bertemu dengan Shyft yang kekuatannya hanya sekadar menghilang, Angelo yang mobilnya bisa membutakan dan menulikan musuh, hingga Sgt. Rescue yang hanya sekadar membungkus musuh dengan asap yang menghalangi pandangan mereka. Hampir semua karakter yang kami bicarakan di sini sama sekali tidak punya skill yang berfungsi efektif untuk mengumpulkan lebih banyak poin di mode Mayhem, misalnya. Oleh karena itu, terlepas dari belasan karakter yang ada, yang efektif untuk bisa digunakan di beberapa mode bisa dihitung jari. Walaupun satu karakter bisa dipilih oleh beberapa user sekaligus dalam satu pertarungan, ini tetap mencerminkan betapa tidak balance-nya karakter Destruction AllStars saat ini.
Di luar desain yang memancing tanda tanya ini, Anda juga bisa merasakan beberapa desain yang cukup untuk membuat Anda bertanya-tanya. Salah satu yang paling mengejutkan kami? Keputusan untuk tidak menyuntikkan musik apapun selama pertarungan, yang entah disengaja atau karena bug yang mungkin akan diperbaiki di masa depan. Padahal, Anda bisa mendengar perhatian ekstra di sisi audio, dari kendaraan hingga musik unik yang tersedia untuk tiap karakter. Namun menemukan pertempuran tabrak-tabrakan Anda sama sekali tidak diiringi musik, yang seharusnya efektif untuk memompa adrenalin semakin jauh, benar-benar membuat kami kebingungan.

Salah satu kelemahan ekstra lain datang dari desain item kosmetik yang jadi sumber motivasi bermain sekaligus pondasi ekonomi microtransactions Destruction AllStars, yang harus diakui, sama sekali tidak menarik. Di awal rilis pada saat review ini ditulis, hampir sebagian besar item kosmetik yang diusung hanya menawarkan perbedaan di warna utama pakaian dan mobil karakter saja. Item kosmetik yang lebih “langka” sama sekali tidak mengubah bentuk ataupun desain karakter, dan berakhir jadi sekadar tambahan pola di atas pakaian atau mobil ini. Kami sendiri berujung tidak tergoda untuk mengejar satupun item kosmetik yang tersedia untuk karakter-karakter ini.
Maka dengan pengalaman bermain yang ia usung, Destruction AllStars memang hadir dengan konsep pertempuran mobil yang unik. Namun gameplay loop yang mudah terasa membosankan, apalagi di mode gameplay seperti Mayhem, terus membuat otak kami bermimpi dan berharap bahwa game ini mengikuti jalur “Twisted Metal” saja daripada menawarkan game seperti ini. Bahwa tiap kendaraan diperkuat dengan misil, senjata mesin, jebakan, hingga sistem pelindung misalnya untuk aksi pertempuran lebih cepat, seru, dan memacu adrenalin.
Visual Ciamik

Satu pertanyaan terbesar ketika berbicara soal Destruction AllStars tentu saja menyangkut seberapa ia mampu mewakili kemampuan Playstation 5 itu sendiri. Berita baiknya? Untuk urusan presentasi visual, ia melakukan tugasnya dengan sangat baik. Waluapun cita rasa kartun yang kental mengalir kuat dari desain karakter dan pendekatan grafis yang diusung, namun Anda akan menemukan banyak detail yang membuatnya memesona. Kita bicara soal tata cahaya nan dramatis yang mengemuka dari keseluruhan arena, shading bayangan yang menimpa karakter, hingga efek kehancuran yang melekat di mobil Anda.
Desain karakter tentu saja menjadi salah satu andalan presentasi untuk game yang satu ini. Setiap karakter datang dengan desain keren yang kian memperkuat sisi fantasi yang ada. Beberapa datang seperti manusia berkostum yang datang dari masa lampau, namun tidak sedikit pula yang mengisi kostum mereka dengan teknologi yag membuatnya terlihat futuristik. Tentu saja karakter favorit kami adalah Ratu, yang diceritakan merupakan ratu dansa dari Indonesia. Bersama dengan kendaraan istimewanya – Barong, Anda bisa melihat sedikit cita rasa budaya Indonesia dari desain dan musik pengiring karakter untuk Ratu itu sendiri.


Sisi presentasi visual ini juga didukung dengan beberapa detail kecil yang mungkin terlewatkan jika Anda tidak memerhatikannya dengan saksama. Sebagai contoh? Mobil-mobil yang bisa Anda kuasai di arena. Setiap mobil ini dalam posisi netral, datang dengan kombinasi warna putih yang dominan tanpa embel-embel aksesoris apapun. Tampilan setiap mobil ini akan secara otomatis berganti sesuai dengan karakter yang berhasil menguasainya, yang terkadang tercermin lewat warna dan sticker yang menempel. Transformasi ini akan berlangsung secara instan begitu karakter ini masuk ke dalam mobil yang ada. Desain antara mobil ini juga begitu berbeda hingga Anda bisa mendapatkan informasi soal jenis mobil yang tersedia, bahkan dari kejauhan.
Satu yang menarik adalah efek kerusakan pada mobil yang sejauh kami jajal, ternyata tidak hanya bersifat kosmetik saja. Bahwa tidak hanya bagian kecil penyok saja yang akan Anda temukan, namun ia akan berujung mempengaruhi kendali kendaraan Anda begitu damage besar terjadi dan berfokus pada satu titik mobil. Kami sempat menemukan kondisi dimana mobil kami berjalan lambat dan tidak stabil, dan menemukan bahwa roda belakang kami tidak bekerja dengan seharusnya setelah mendapatkan tubrukan mumpuni dari bagian sisi. Setidaknya efek ini bisa terjadi di mobil yang lebih “tebal” alih-alih mobil lebih kecil yang biasanya, sudah berujung hancur lebih dulu.

Sayangnya, untuk urusan musik, Destruction AllStars tidak terasa memesona. Selain musik unik untuk tiap karakter yang diusung, hampir semua eksekusi musik di bagian yang lain terasa tidak tepat sasaran. Di luar absennya musik saat pertempuran yang membuat kami kebingungan, pilihan musik yang dipilih untuk menemani Anda saat berada di lobby sembari menanti matchmaking misalnya, kurang berhasil membuat adrenalin terpompa. Bahwa alih-alih terasa seperti olahragawan yang tidak lagi sabar untuk beraksi, ia terasa seperti lobby mall dimana Anda menunggu seseorang berbelanja.