Review It Takes Two: Butuh Dua untuk Mencinta!
Friend’s Pass yang Fantastis

Apa yang Anda pikirkan ketika mendengar nama EA? Dengan semua kontroversi yang sempat mengitari beragam kebijakan microtransactions di masa lalu, dengan kebijakan yang juga tidak banyak berubah di game-game olahraga mereka, maka “serakah” sepertinya adalah kata yang selalu diasosiasikan dengan publisher raksasa yang satu ini. Namun kasus yang berbeda terjadi dengan label EA Originals yang memang menggawangi developer-developer indie yang diyakini memang punya potensi. Kebebasan ini jugalah yang membuat Hazelight kembali mampu mengintegrasikan sistem Friend’s Pass yang berjalan tanpa masalah di It Takes Two.
Untuk Anda yang tidak terlalu familiar, Friend’s Pass adalah sistem dimana Anda bisa mengundang player yang lain untuk memainkan It Takes Two ini walaupun mereka tidak membelinya. Benar sekali, ini berarti selama ada satu pihak yang memiliki It Takes Two, ia akan bisa mengundang gamer manapun (selama berada dalam satu platform yang sama) untuk bermain bersama. Gamer yang tidak memiliki game ini namun mendapatkan undangan akan secara otomatis mendapatan notifikasi soal kebutuhan mengunduh game di platform mereka. Begitu siap, sang pemilik game bisa mengundang gamer yang sama untuk bermain bersama-sama. Namun gamer yang diundang ini tidak akan bisa mengundang gamer yang lain yang tidak memiliki It Takes Two itu sendiri. Dengan sistem seperti ini, bukanlah sesuatu yang aneh jika Anda berujung “patungan” untuk membeli game keren yang satu ini.

Terlepas dari konsep multiplayer kooperatif yang sebenarnya bisa dimainkan oleh dua orang dengan konteks hubungan apapun, orang tua – anak hingga antar teman misalnya, sulit rasanya untuk tidak mendorong dan merekomendasikan Anda untuk mencicipi It Takes Two dengan pasangan Anda – istri, pacar, ataupun gebetan terlepas apakah mereka gamer atau fakta. Mengapa? Karena tema romansa dan hubungan antar dua manusia – Cody dan May yang saling mencinta dalam konteks hubungan rumah tangga akan terasa lebih relevan. Lagipula, ia juga memuat beberapa pesan “penting” yang bisa Anda jadikan sebagai bahan diskusi dalam hubungan.
Namun tentu saja, terlepas dari mekanik dasar kooperatif yang ia usung, Anda harus menakar juga seberapa “awam”-nya pasangan yang ingin Anda ajak bermain It Takes Two. Walaupun di atas kertas konsep gameplay-nya terhitung sederhana, penguasaan sistem kontrol tetap dibutuhkan, apalagi jika Anda berada di level yang butuh aksi aiming dengan presisi tinggi atau timing eksekusi tombol yang tepat. Mengajarkan gamer yang masih awam soal apa yang perlu mereka lakukan, sembari menunggu mereka memahami dan menguasai apa yang seharusnya mereka picu, bisa berujung jadi pengalaman penuh rasa frustrasi. Apalagi dengan panjang gameplay yang butuh 10 jam untuk diselesaikan, ia juga menuntut komitmen tersendiri. Jadi, butuh sedikit pertimbangan.
Kesimpulan

Terasa menyempurnakan konsep yang sudah ia bawa via A Way Out, It Takes Two tampil sebagai game multiplayer kooperatif yang memesona. Jelas ada perhatian dan cinta yang dicurahkan oleh Fares dan Hazelight di proyek yang satu ini, yang menyeruak lewat kreativitas yang tercermin di hampir semua sudut game yang butuh waktu setidaknya 10 jam untuk diselesaikan ini. Ia menawarkan begitu banyak desain level yang berbeda, mekanik unik yang menemaninya, desain puzzle super cerdas, scene cerita yang lumayan menggugah di beberapa titik, musik menarik, hingga ragam mini game yang berhasil memuaskan sedikit rasa kompetitif di dalamnya. Ia datang dengan begitu banyak pesona.
Lantas, apakah game ini bisa disebut sempurna? Kami akan menyebutnya nyaris. Satu hal yang cukup mengganggu kami berakhir di waktu gameplay yang terlalu panjang buat kami. Mungkin terdengar cukup aneh untuk mengeluh soal panjang gameplay, namun sensasi tersebut memang terasa di It Takes Two ini. Kami akan lebih puas jika game berhasil memotong dirinya menjadi game berdurasi sekitar 6-7 jam saja, apalagi mengingat beberapa level yang meluncur ternyata tidak mendorong narasi yang ada kemanapun.
Ia terasa seperti sebuah filler yang butuh waktu 1 jam tersendiri untuk diselesaikan. Hasilnya adalah sebuah kerepotan tanpa reward yang terasa pantas. Sisi lain yang sedikit mengganggu? Potret masalah rumah tangga, terutama kasus perceraian yang terlihat begitu “klise” dan sederhana. Ia gagal menangkap kompleksitas yang mungkin, bisa berujung memberikan gambaran lebih jelas dan lengkap kepada anak yang mungkin kebetulan memainkan game ini dan harus berhadapan dengan masalah yang sama di dunia nyata.
Namun di luar kekurangan tersebut, It Takes Two adalah sebuah game multiplayer kooperatif yang seru, menyenangkan, dan mengejutkan di saat yang sama. Anda akan memahami bahwa ini adalah game yang tidak hanya dibangun dengan penuh ambisi, tetapi juga perhatian dan cinta. Cinta sama, yang menjadi pondasi cerita untuk dua anak manusia dalam dunia bak dongeng yang satu ini. Sebuah game yang benar-benar fantastis!
Kelebihan

Variasi level dan mekanik yang diusung
Puzzle didesain cerdas
Kooperatif terasa menyenangkan dan menantang di saat yang sama
Memiliki beberapa momen yang menggugah emosi
Berisikan mini-game kompetitif yang seru
Kreativitas terasa kental hampir di setiap sudut
Eksekusi musik yang pantas diacungi jempol di akhir-akhir permainan
Kekurangan

Waktu gameplay bisa terasa terlalu panjang, apalagi dengan reward narasi yang terasa percuma
Potret soal penyebab perceraian terasa terlalu sederhana dan gagal memamerkan kompleksitas yang biasanya ada
Cocok untuk gamer: yang membutuhkan game kooperatif keren, butuh game asyik untuk dimainkan bersama orang yang dikasihi
Tidak cocok untuk gamer: yang tidak punya teman di dunia nyata ataupun maya, lebih senang berkompetisi












