Review Diablo II Resurrected: Bentuk Baru, Cinta Lama!
Bentuk Baru, Cinta Lama!

Sekali lagi, Diablo II: Resurrected adalah sebuah proyek remaster dan bukannya proyek remake. Keputusan yang secara sadar diambil oleh Blizzard ini mau tidak mau menghasilkan sebuah konsekuensi yang tidak terelakkan, apalagi ketika kita bicara soal gamer-gamer muda yang tak pernah mencicipi seri originalnya sekitar 21 tahun yang lalu. Kita bicara soal sebuah game yang memiliki bentuk baru, namun semua hal lainnya, mempertahankan semua hal yang membuatnya begitu dicintai di masa lalu.
Sebelum kita terjun lebih dalam, Diablo II: Resurrected adalah sebuah game action RPG isometrik dengan cita rasa RPG yang kental daripada sisi action-nya. Ini berarti, berbeda dengan serinya yang lebih modern seperti Diablo III yang mengusung serangan cepat, animasi halus, dengan kesempatan untuk melakukan roll ataupun ragam skill untuk menghindari serangan musuh misalnya, Diablo II akan terasa lebih lugas dan “kaku”. Memosisikan diri dengan baik saat menyerang, menyimpan sebanyak mungkin item penyembuh, serta memastikan Anda berada di level yang cukup akan jadi sesuatu yang esensial. Ingat pula, sistem Skill Points yang bisa Anda distribusikan sesuka hati juga tetap dipertahankan seri ini.
Bagi gamer-gamer “tua” yang sempat tumbuh besar dengan Diablo II original, keputusan untuk mempertahankan semua cita rasa originalnya akan membuat versi Diablo II: Resurrected ini terasa seperti sebuah proyek yang sempurna. Perubahan yang ditawarkan Blizzard dari sisi gameplay memang terhitung minum, bahkan saat kita bicara soal pergerakan kaku yang tetap mengakar dari versi originalnya. Ia akan membawa Anda ke jalur memori ketika Anda masih berjuang menyelesaikannya dari monitor cembung Anda yang berdebu di tengah siang hari setelah pulang sekolah. Resurrected siap menawarkan kembali semua hal tersebut dalam format yang lebih modern.


“Masalah” akan muncul ketika seri ini mulai dicicipi oleh gamer-gamer muda yang sempat melewatkan seri originalnya. Mengapa? Karena mau tidak mau harus diakui, ada banyak desain lawas Diablo II yang dipertahankan Diablo II: Resurrected yang benar-benar sudah ketinggalan zaman. Kita bicara hal sesederhana pergerakan kakunya saja, dimana Anda akan merasakan pergerakan Anda saat eksplorasi dan bertarung terasa begitu lambat. Ditambah dengan absennya informasi untuk berlari, roll, atau mengakses skill yang membuat Anda bisa menghindari serangan musuh misalnya, bahkan gamer yang datang dari Diablo III pun bisa berujung mengernyitkan dahi saat menikmatinya.
Keluhan lain yang mungkin muncul juga datang dari sistem loot yang ia usung. Sekali lagi, ia mengikut apa yang ditawarkan oleh seri Diablo II original dan bukan sesuatu yang sering Anda tmeui di era modern. Hasilnya? Loot equipment yang jatuh, terlepas dari kelangkaan yang bisa Anda dapatkan, tidak akan selalu terikat pada kelas karakter yang Anda gunakan. Ini berarti? Bukan tidak mungkin bahwa equipment super langka yang Anda dapatkan sebagai Necromancer, dari pertarungan boss yang setengah mati Anda tundukkan ternyata adalah senjata atau topi untuk kelas lain, dari Druid, Paladin, hingga Barbarian. Ini membuat proses eksplorasi yang Anda lewati di setiap dungeon tidak lantas menjadi jaminan bahwa karakter Anda akan menguat karena equipment yang ada. Namun setidaknya, Anda bisa menyimpan equipment beda kelas tersebut di dalam stash untuk digunakan kemudian hari jika Anda ingin berganti kelas. Equipment yang Anda dapatkan juga sayangnya, tidak selalu mengikuti level karakter Anda saat ini.

Maka desain-desain super uzur ini juga tercermin dari hal kecil seperti sistem quest misalnya, yang semuannya datang lugas. Bahwa setiap chapter akan punya misi-misi utama yang harus Anda tundukkan, tanpa ada misi sampingan yang bisa Anda tempuh dan selesaikan untuk aktivitas sampingan. Setiap misi utama di setiap Acts yang Anda selesaikan juga tidak selalu berujung reward yang pantas dan tak jarang hanya meninggalkan EXP saja, tanpa memberikan loot yang akan membantu perjalanan Anda.
Keputusan yang diambil Blizzard ini memang bisa menjadi pedang bermata dua, yang akan sangat bisa dimengerti jika ia berujung sulit untuk dinikmati oleh gamer-gamer pendatang baru yang tak pernah mencicipi seri originalnya. Bahwa banyak dari desain-desain ini adalah sesuatu yang inovatif dan keren 20 tahun yang lalu, namun tergeser zaman dan berujung jadi usang ketika dimainkan di tahun 2021 ini. Apakah ini adalah keputusan yang baik atau tidak? Jawabannya akan sangat bergantung kepada siapa pertanyaan ini Anda ajukan.
Kesimpulan

Diablo II: Resurrected menjadi sebuah proyek remaster yang mengagumkan, setidaknya di mata para gamer yang sempat mencicipi seri originalnya 20 tahun yang lalu. Keputusan untuk memadupadankan kualitas visualisasi baru yang benar-benar modern dan memanjakan mata dengan cita rasa gameplay yang secara menakjubkan, tetap terasa lawas, adalah sesuatu yang kami sambut dengan tangan terbuka. Diablo II: Resurrected menjadi pintu gerbang besar yang dibangun Blizzard untuk siapapun yang ingin merasakan kembali atau sekadar, mengerti apa yang membuat seri yang satu ini, legendaris di masa lalu.
Namun seperti yang kami bicarakan sebelumnya, keputusan yang sama juga akan jadi pedang bermata dua bagi Blizzard. Karena harus diakui, ada banyak sistem uzur Diablo II original yang tidak lagi bisa dibilang relevan untuk industri game modern saat ini, apalagi ketika Anda sudah mencicipi banyak game RPG isometrik atau looter-shooter yang lebih modern. Kita bicara soal game RPG yang hadir dengan gerak yang kaku, tanpa banyak gerak aksi yang cepat, dan sistem loot yang benar-benar ketinggalan zaman. Dikombinasikan dengan sistem quest lugas yang berisikan hanya cerita utama saja, kami tidak akan heran jika banyak kritik datang dari gamer-gamer muda ini.
Tetapi jika Anda bisa mengatur ekspektasi pengalaman seperti apa yang Anda dapatkan, terlepas dari visualisasi modern yang berhasil ia tawarkan, Diablo II: Resurrected tetaplah sebuah game action RPG isometrik legendaris yang pantas untuk dijelajahi kembali dalam format presentasinya yang baru. Ini seperti menjelajahi sebuah cinta lama yang kini muncul kembali ke dalam hidup Anda, dalam tampilan segar yang siap membuat kembali jatuh hati.
Kelebihan

Visual baru benar-benar memanjakan mata
Perubahan cut-scene sinematik lebih modern yang niat
Cukup nyaman dimainkan di versi konsol
Cita rasa lawas Diablo II yang seharusnya
RPG ketat dengan tiap kelas karakter yang unik dan terasa berbeda
Kekurangan

Desain lawas yang dipertahankan bisa berujung sulit dinikmati
Cocok untuk gamer: yang menginginkan cita rasa Diablo II kembali, rindu sensasi RPG isometrik tua
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan action RPG cepat, yang menginginkan sensasi gameplay lebih modern










