Review Battlefield 2042: Setengah Matang!
Setengah Matang

Yang membuat Battlefield 2042 terasa seperti sebuah proyek setengah matang, terlepas dari kurang optimalnya implementasi Frostbite Engine seperti yang kami bicarakan sebelumnya, juga datang dari beragam masalah teknis yang terjadi di awal rilis. Beberapa memang tidak seharusnya terjadi, sementara yang lainnya menimbulkan kebingungan tersendiri mengapa tidak diimplementasikan sejak awal . Fakta bahwa DICE tidak memikirkan hal-hal ini sejak awal seolah menjadi testimoni tidak langsung soal kurangnya persiapan dan uji coba di akhir proses pengembangan sebelumnya. Padahal masa open beta sempat dibuka. Ingat, review ini bahkan ditulis setelah kami menantikan update besar pertama yang terjadi belum lama ini. Ini adalah masalah-masalah yang berarti, masih tersisa pada saat review ini ditulis.
Permasalahan paling utama dan paling genting tentu saja datang dari beragam bug dan glitch yang sempat ditemukan di sini. Kita bicara dari hal yang paling menyebalkan seperti karakter Specialist Anda dan senjata Anda yang entah karena alasan apa menolak untuk respawn pada saat baru memasuki peta dalam aksi matchmaking, sampai mode Portal yang seringkali membawa Anda pada peta kosong yang tak berpenghuni. Untuk mengatasinya, Anda harus keluar dari game dan melalui proses matchmaking kembali. Ada pula kasus dimana Attachment hilang pada saat Anda baru bergabung dalam perang, yang mau tak mau, menuntut Anda untuk mengatur segala sesuatunya lagi dari awal.
Salah satu kekurangan paling fatal untuk kami yang notabene memainkan game ini di Playstation 5 adalah dukungan aim-assist yang sama sekali tidak bisa diandalkan. Seperti yang kita tahu, untuk game-game FPS kompetitif yang tersedia di ragam platform, apalagi yang mendukung cross-play dengan PC, fitur aim-assist adalah penyeimbang yang membuat gamer konsol setidaknya bisa berperforma setara. Ingat Aim-Assist bukanlah Auto-Aim yang mengindikaskan seolah cursor akan bergerak otomatis membidik target manapun yang berada di sekitar Anda. Aim-Assist akan membantu cursor Anda bergerak mendekati target jika Anda sudah jelas memang hendak membidik target yang dimaksud. Sistem ini menjadi penopang untuk kelemahan terbesar memainkan FPS di kontroler, yakni akurasi dan sensitivitas. Game-game seperti Call of Duty misalnya, selalu berujung mengeksekus hal ini dengan fantastis.


Sekarang bayangkan sebuah game perang dengan arena super luas yang butuh akurasi tembak, yang setting default-nya adalah cross-play dengan gamer PC, yang datang tanpa dukungan aim-assist yang mumpuni sama sekali. Ini membuat gamer konsol semahir apapun tidak akan bisa menandingi akurasi tembakan yang ditawarkan mouse + keyboard di PC. Seberapa signifikan perbedaan efektivitas membunuh tersebut? Sebegitu bedanya hingga saat kami mematikan cross-play dan hanya bermain dengan gamer dari konsol saja, kami bisa merasakan waktu mati yang lebih lama dan akurasi tembak lebih berimbang. Berita buruknya, matchmaking seringkali gagal ketika cross-play Anda matikan.
Lebih parahnya lagi? Satu, DICE tidak menawarkan opsi matchmaking berbasis input untuk memfasilitasi masalah ini. Dua? Battlefield 2042 versi Playstation 5 tidak datang dengan dukungan mouse + keyboard seperti mulai kebanyakan game FPS konsol belakangan ini. Sungguh sebuah keputusan yang kata anak gaul sekarang, “membagongkan”. Bahkan mumpuninya sensasi imersif yang ia tawarkan via DualSense Playstation 5 tidak sebanding dengan rasa frustrasi yang dihasilkan absennya aim-assist ini.
Lalu Anda mulai berhadapan dengan hal-hal kecil yang tampil bak baju kemeja terfavorit Anda yang masih meninggalkan lekukan-lekukan tak rapi yang terlihat jelas walaupun Anda sudah menyetrikanya beberapa kali. Kami sempat menemukan situasi kami camping di sudut ruangan berakhir dengan tewasnya kami oleh musuh di balik dinding luar. Alasannya? Karena posisi tengkurap yang kami picu ternyata berakhir dengan posisi kaki yang menembus dinding dan langsung jadi sasaran tembak. Kami juga sering menemukan ada delay ketika Anda yang tengah terburu-buru dan panik saat menginfiltrasi wilayan musuh hendak meletakkan Ammo Box atau Beacon untuk respawn. Butuh beberapa detik untuk meletakkannya ke tanah untuk alasan yang tak jelas. Lebih parahnya lagi? Item seperti beacon dan turret misalnya tak bisa ditaruh di atas tanah yang miring, dan seringkali membuat Anda tewas ketika Anda berupaya meletakkannya secepat mungkin. Hal-hal kecil ini di situasi genting, benar-benar ingin membuat Anda ingin berteriak.

Berita baiknya? Hampir semua bug hingga masalah aim-assist ini sebenarnya bisa diperbaiki lewat patch dan untungnya, sudah masuk ke dalam radar proritas perbaikan yang sudah dikomunikasikan EA dan DICE pada saat review ini ditulis. Walaupun sulit untuk menilai apakah pada akhirnya ia akan berujung seperti apa yang kami inginkan, namun fakta bahwa hal-hal ini terjadi di hari pertama rilis, untuk sebuah game yang menjadikan pengalaman multiplayer sebagai fokus, tetaplah sesuatu yang pantas untuk dipertanyakan.
Kesimpulan

Battlefield 2042 seharusnya tampil sebagai seri baru yang revolusioner. Kita bicara soal seri teranyar yang dijanjikan akan memanfaatkan secara optimal konsol generasi terbaru, terutama lewat implementasi Frostbite Engine yang menjanjikan efek kehancuran yang jauh lebih strategis, masif, dan epik di saat yang sama. Namun yang terjadi adalah sebuah seri Battlefield yang meminjam begitu banyak elemen familiar, sedikit hal baru yang menawarkan sesuatu yang positif, dan lebih banyak masalah-masalah teknis dan desain yang dipertanyakan. Bahwa terkadang, sekadar memastikan perang berada dalam skala lebih besar lewat desain peta lebih luas dan jumlah player lebih banyak saja tidak cukup.
Di luar rasa cinta kami pada kesempatan untuk mengganti attachment secara real-time dan beberapa desain peta dengan chokepoint yang menawarkan sensasi perang cukup epik, Battlefield 2042 memang terasa seperti proyek setengah matang di awal rilisnya. Levolution yang memble, absennya aim-assist yang membuat gamer konsol jadi bulan-bulanan gamer PC, beragam bug dan glitch yang menyebalkan, hingga suara pertempuran yang terlalu sunyi untuk skala tersebut, membuatnya tak tampil sebagai game FPS kompetitif yang membawa level baru ke dalam genre yang sudah begitu umum ini. Memang beberapa masalah ini akan bisa diatasi dan disempurnakan via patch, namun mengingat artikel review ini dibangun sebelum semua hal tersebut terjadi, tidak ada pula yang bisa menjaminnya akan terjadi. DICE seharusnya merapikan semua hal ini sebelum Battlefield 2042 tersedia di pasaran. Apalagi hal sekecil user-interface yang buruk dan terasa intuitif terutama untuk versi konsol. Salah satu peta – ORBITAL untuk mode Breakthrough juga mustahil untuk dimenangkan tim Attacker mengingat salah satu titik tim Defend adalah sebuah atap gedung tinggi dengan jalur masuk terbatas. Berita buruknya? Tim Defend semuanya bisa respawn di lokasi tersebut, membuat pertahanan nyaris mustahil tunduk.
Kami termasuk gamer yang cukup bersenang-senang dengan Battlefield 2042 dan bahkan menyambut konsep Specialist nya dengan tangan terbuka. Namun untuk saat ini, kami akan lebih merekomendasikan Anda untuk menunggu harganya turun di tingkat yang lebih rasional, terutama jika Anda berencana memainkannya di konsol. Tunggu lebih banyak update tiba, perhatikan rencana konten yang dilontarkan EA dan DICE, aktif cari informasi soal penyempurnaan apa saja yang terjadi, dan lihat seberapa aktif komunitasnya selama Anda melewati proses tersebut. Kami sendiri cukup optimis bahwa akan ada titik dimana Battlefield 2042 eksis selayaknya apa yang hendak dicapai oleh DICE itu sendiri.
Kelebihan

Perang dalam skala lebih besar
Konsep Specialist menawarkan sensasi bertarung yang baru
Ide ganti attachment secara real-time terasa fantastis
Konsep Battlefield Portal jadi opsi yang menarik untuk dilirik
Beberapa desain peta pantas dipuji
Mode Breakthrough yang selalu seru dan intens
Sensasi DualSense optimal di versi PS5
Kekurangan

Aim-assist tak terasa berguna di versi konsol, dan karenanya sulit bersaing dengan gamer PC
Tak ada satupun Levolution yang terasa wah dan keren
Pertempuran terasa terlalu sunyi
Efek cuaca didominasi tornado tanpa banyak variasi
Masih banyak bug dan glitch menyebalkan
User-interface buruk dan tak intuitif
Peta “ORBITAL” untuk mode Breakthrough berat sebelah
Cocok untuk gamer: yang butuh FPS militer yang seru, memang mencintai pengalaman perang skala besar
Tidak cocok untuk gamer: yang masih mengandalkan platform berbasis kontroler, yang menginginkan cita rasa Battlefield yang lebih klasik