Review Trek to Yomi: Estetika Sinema Masa Lampau!
Butuh “Masa Tenang”

Sayang disayangkan memang bahwa dunia indah yang sudah dipresentasikan Trek to Yomi dengan super indah berujung hanyalah sekadar latar belakang untuk aksi membunuh dan membelah musuh yang ada saja. Sulit rasanya untuk tidak mengakui bahwa ada rasa penasaran apa jadinya jika game ini lebih menonjolkan sedikit sisi eksplorasi daripada aksi bertarung yang ada. Dimana Anda diberikan lebih banyak kesempatan untuk mencicipi dunia yang ia usung, alih-alih terus mengayunkan pedang.
Bukan berarti Trek to Yomi tidak mencoba hal ini. Walaupun cerita bergerak cukup linear, hampir semua level biasanya menawarkan rute alternatif untuk dijelajahi yang terkadang memang sulit dikenali karena warna hitam putih yang ia usung. Rute alternatif ini bisa berisikan banyak hal, dari kesempatan untuk memperkuat Hiroki lewat resource yang mampu menambah bar Health dan Stamina-nya untuk beraksi hingga jalan ekstra yang lebih minim resiko, dimana Anda tak akan banyak bertemu musuh atau bahkan menemukan cara instan untuk menghabisi mereka dengan cepat, seperti membuka pintu bendungan misalnya. Di beberapa titik cerita, Hiroki juga akan dihadapkan pada pilihan yang berkutat pada cerita.
Hanya saja, kesemua sisi ini kembali lagi berhubungan dengan jelas aksi Hiroki dan kemampuan bertarungnya. Yang kami butuhkan adalah lebih banyak situasi tenang untuk mendalami karakter Hiroki-nya sendiri dan memahami seperti apa kepribadiannya di luar statusnya sebagai mesin pembunuh. Trek to Yomi sebenarnya sudah menyediakan arena yang jelas untuk itu, dimana di beberapa titik Anda menemukan situasi kota yang damai dengan penduduk yang beraktivitas di dalamnya. Mengapa tidak menggunakan situasi ini untuk menyelami hubungan Hiroki dan Aiko saat dewasa? Membiarkannya terlebih dahulu bersinar sebagai tempat berdialog, membangun kedekatan dengan penduduk sekitar, untuk menghasilkan impact lebih besar pada saat serangan terjadi? Ini menjadi situasi yang sangat disayangkan untuk sebuah game yang sebenarnya sudah punya pondasi untuk itu.
Ada pula situasi lebih “tenang” memang dimana Hiroki justru ditantang dengan puzzle, yang juga sayangnya terlalu mudah. Hanya akan dua puzzle yang Anda temui di sepanjang permainan – yang meminta Anda untuk mencocokkan pola dan yang meminta Anda mengingat runtut tertentu untuk kemudian direka ulang. Puzzle yang bisa dibilang terlalu sederhana dan tidak menantang sama sekali.
Kesimpulan

Trek to Yomi adalah sebuah proyek kreatif yang jelas penuh dengan rasa cinta pada film samurai lawas, yang kemudian dieksekusi nyaris sempurna dari elemen visual yang ia usung. Bukan hanya karena warna hitam putih yang membuat efek tersebut mengemuka, tetapi juga lewat pendekatan sudut pandang kamera, desain latar belakang yang Anda singgahi, hingga ragam trope yang dipertahankan untuk membuatnya tampil sinematik dan dramatis di saat yang sama. Semuanya didukung dengan voice acting bahasa Jepang yang juga menyakinkan, yang sayangnya, tak diperkuat efek audio lawas yang sepertinya cocok untuk game seperti ini.
Walaupun demikian, Trek to Yomi bukanlah game aksi yang sempurna. Walaupun kami mengapresiasi fakta bahwa dua-tiga tebasan pedang bisa membasmi banyak lawan yang Anda temui, hal ini justru membuat tantangannya semakin hambar seiring dengan waktu bermain Anda. Fakta bahwa efek parry datang dengan sedikit ekstra slow-motion juga membuatnya merenggut pacing yang ada di mata kami, yang berujung membuatnya tak berkontribusi banyak di sisi gameplay. Tidak adanya “masa tenang” untuk mengeksplorasi lebih banyak hubungan Hiroki dan Aiko atau sekadar dengan penduduk kota juga mengecewakan.
Trek to Yomi tetaplah jadi game action yang menarik untuk dijajal, apalagi jika Anda mencintai film-film samurai lawas. Anda bisa memahami bahwa proyek ini dikerjakan dengan hati dan kreativitas tinggi dan darinya lahir sebuah pengalaman sinematik penuh estetika yang kini, interaktif.
Kelebihan

Presentasi visual ala film samurai lawas yang memanjakan mata
Setting yang dramatis
Sudut pandang kamera yang sinematik
Musuh selain boss bisa ditundukkan dalam 2-3 kali tebas
Voice acting Jepang yang hidup
Dunia spiritual yang menawarkan variasi
Kekurangan

Butuh banyak “masa tenang” untuk menjelajahi karakter lebih dalam
Parry terasa tidak ketat dan memuaskan, apalagi dengan sedikit efek slow motion yang rasanya mencederai
Kebanyakan musuh bisa dihabisi dengan kombinasi serangan yang sama
Cocok untuk gamer: yang mencintai film samurai lawas, mencintai konsep feudal Jepang
Tidak cocok untuk gamer: yang menginginkan game action yang cepat dan ketat, benci dengan aksi bertarung dalam ruang 2 dimensi












