Review Cult of the Lamb: Menyembah Setan Sambil Bertani!
Bertani dan Menyembah Setan

Pada akhirnya daya tarik utama Cult of the Lamb justru datang dari peran Anda sebagai nabi untuk agama baru ini, yang kemudian terikat pada genre simulasi bangun kota / pertanian ala Harvest Moon masa lampau sembari menawarkan elemen-elemen baru terkait ritual keagamaan yang berpengaruh pada sisi gameplay aksi Anda. Inilah yang membuat game indie yang satu ini bersinar.
Dengan kemampuan baru Anda di bawah dewa yang baru, Anda kini bisa merekrut lebih banyak pengikut dan membawanya ke desa Anda. Para pengikut baru ini bisa Anda dapatkan dengan tiga cara: menemukannya pada saat menjelajahi dungeon, membelinya dari perbudakan dari salah satu NPC, atau meminta pengikut Anda berpetulalang demi mencari pengikut tambahan. Begitu mereka berhasil diselamatkan, mereka butuh mendapatkan doktrin lebih dulu. Setelah resmi bergabung, Anda bisa memberikan mereka tugas. Tugas yang dibagi menjadi dua kategori besar: resource atau iman.
Resource seperti yang bisa Anda prediksi, berfokus untuk membantu Anda mengumpulkan sumber daya yang dibutuhkan untuk membangun lebih banyak fasilitas di dalam desa itu sendiri. Tugas-tugas ini bisa berkisar soal kebutuhan menebang pohon, menambang ragam batu, memoles mereka untuk menghasilkan resource yang lebih langka, menanam dan memanen tumbuhan, hingga membersihkan sekitar desa agar bebas dari penyakit berbahaya. Anda selalu bisa melakukannya seorang diri, namun segala sesuatunya tentu akan lebih cepat jika Anda mulai mengandalkan pengikut-pengikut Anda yang jumlahnya akan terus bertambah seiring dengan progress.


Sebagai timbal baliknya? Anda tentu harus memastikan kebutuhan mereka terpenuhi. Cult of the Lamb akan membagi kebutuhan ini ke dalam tiga kategori besar: lapar, kebersihan, dan iman yang kesemuanya memiliki indikator yang jelas untuk diperhatikan. Lapar tentu saja hanya bisa diselesaikan dengan makanan, yang seperti bisa Anda prediksi, harus Anda masak. Masak berarti butuh resource material makanan yang membuat sisi pertarnian Cult of the Lamb dan ekstra eksplorasi di dungeon menjadi lebih esensial. Setiap makanan juga tidak selalu punya efek baik, dimana tak sedikit makanan yang justru akan menghasilkan konsekuensi buruk secara instan, seperti buang air besar instan atau kesempatan jatuh sakit. Bagian terkeren? And a bisa memasak sup tahi dan meminta pengikut Anda memakan mereka dengan lahap. Ingat, tidak ada yang berani membantah Anda.
Kemudian Anda harus memerhatikan kebersihan sekitar desa, memastikan tidak ada tahi ataupun muntahan yang berserakan dan butuh Anda bersihkan, atau memastikan sisi toilet terdekat tidak penuh. Jika Anda gagal melakukannya dan lalai, maka indikator ini akan terus turun hingga lebih banyak penduduk sakit. Penduduk yang sakit tidak akan bisa bekerja dan akan terbaring untuk waktu yang sangat lama. Kebutuhan ketiga – Iman lah yang membuat Cult of the Lamb semakin menarik.
Memiliki tempat ibadah Anda sendiri, Cult of the Lamb mengaitkan sistem keamanan ini dengan sisi aksi yang harus Anda tempuh sebagai si Domba. Untuk para pengikut rekrutan yang tidak Anda minta untuk mengumpulkan resource, Anda bisa meminta mereka untuk menghabiskan waktu untuk berdoa dan menyembah patung sang dewa yang memberi Anda kekuatan. Perlahan tapi pasti, resource bernama “Devotion” tersebut akan berperan bak EXP Points yang jika terkumpul dalam jumlah tertentu, akan membuka lebih banyak fasilitas untuk Anda bangun.


Dengan tempat ibadah yang Anda miliki, Anda juga bisa menggelar ibadah Anda sendiri yang nantinya akan meningkatkan loyalitas pengikut Anda. Semakin tinggi loyalitas pengikut Anda, hingga mencapai level tertentu, mereka bisa naik ke level tinggi yang tentu akan membuat aksi penyembahan mereka lebih efektif. Setiap kali ibadah dilakukan, Anda akan menyerap sejumlah kepercayaan mereka yang kembali berperan sebagai EXP, namun kali ini tidak untuk membuka lebih banyak bangunan, tetapi memperkuat aksi Anda di lapangan. Lewat sistem ibadah ini, Anda bisa membuka tier senjata dan curse lebih tinggi, yang tentu saja lebih mematikan di dungeon. Namun sayangnya, senjata yang Anda dapatkan tetap akan acak saja.
Di ibadah yang sama, Anda bisa melalukan dua aktivitas yang lain – Ritual dan Doktrin. Ritual berperan sebagai sejenis buff atau aktivitas bersama pengikut yang akan mempengaruhi hal spesifik di dalam desa. Membayar menggunakan serpihan tulang musuh yang Anda dapatkan saat bertarung, ini akan jadi solusi untuk banyak masalah.
Anda bisa misalnya menggunakan Ritual untuk mengorbankan salah satu pengikut Anda agar Anda bisa menyerap EXP demi memperkuat diri. Ada juga Ritual yang bisa membuat semua tanaman yang baru Anda tanam kini siap panen. Atau Ritual dimana Anda bisa menikahi pengikut Anda, yang membuat loyalitas mereka tentu meroket. Kerennya lagi? Karena ini adalah sekte Anda, Anda bisa menikahi sebanyak mungkin pengikut Anda dengan sedikit ekstra rasa cemburu sebagai konsekuensi. Sementara Doktrin? Ia berperan sebagai buff pasif. Anda misalnya bisa menetapkan doktrin dimana pengikut Anda harus membiasakan diri makan rumput agar masakan sup berbasis rumput Anda misalnya, tidak akan membuat mereka sakit lagi. Doktrin punya 4 kategori berbeda di 4 level berbeda, yang masing-masing akan memberikan Anda 2 opsi untuk dipilih.


Tentu saja, akan ada masalah-masalah tak terhindarkan dari komunitas Anda ini. Yang paling menarik dan jadi motivasi untuk terus mencari pengikut adalah fakta bahwa mereka bisa menua dan mati. Begitu pengikut Anda menua, mereka tidak akan lagi bisa bekerja dan berujung menjadi “beban” yang harus Anda pikirkan, karena akan menempati rumah penduduk yang notabene terbatas dan berkontribusi pada rasa lapar akumulatif yang ada. Anda bisa misalnya, menunggu mereka mati secara natural atau menggunakan Ritual untuk “mengakhiri” mereka. Loyalitas pengikut Anda juga akan dipengaruhi banyak hal, termasuk performa Anda saat beraksi. Jika Anda terus kalah dan mati, Anda akan dilihat sebagai “nabi yang tak cakap” dan karenanya, menjadi rawan kudeta. Untungnya, Anda selalu bisa melihat siapa provokator ini dari reaksi mereka dan langsung memasung mereka hingga mereka “sadar” dan mengakui Anda sebagai nabi merek a kembali.
Maka gameplay loop antara mengurus komunitas Anda dan beraksi membasmi para Bishop akan menjadi daya tarik utama Cult of the Lamb. Dari awal hingga berujung menyelesaikan sisi cerita yang ada, gameplay loop ini boleh terbilang cukup adiktif. Mengingat tidak ada limitasi waktu untuk membasmi para Bishop ini, Anda selalu punya kebebasan untuk lebih banyak terlibat di aksi bertani-nya misalnya daripada di sisi aksi sembari memperkuat diri.
Walaupun demikian, sisi bertani dan menyembah ini sayangnya tidak bisa dibilang sempurna juga. Terlepas dari fakta bahwa Anda bisa memerintahkan setiap pengikut Anda untuk melakukan tugas spesifik, desa Anda tetap tidak bisa berjalan “otomatis”, hingga ada beberapa fungsi yang selalu harus Anda lakukan manual seperti memasak saat mereka lapar atau membersihkan toilet agar mereka tidak sakit. Tidak ada pula fungsi misalnya untuk memeriksa pengikut mana yang bertanggung jawab untuk tugas apa, hingga terkadang sulit mengganti prioritas ketika Anda membutuhkan resource spesifik. Tak jarang Anda melihat pengikut yang Anda perintahkan menambang, tiba-tiba ikut sibuk melakukan refining material yang sudah Anda tugaskan ke orang lain.


Cult of the Lamb juga menyediakan beberapa kota ekstra lainnya yang bisa Anda singgahi dengan misi sampingan mereka masing-masing. Ada kota yang punya pemancingan, kota yang berfokus pada pentingny emas dan aplikasinya, hingga yang dipenuhi dengan jamur-jamur di segala sudut. Menyelesaikan 4 buah misi sampingan di kota-kota ini akan menghadiahi Anda sebuah resource baru yang bisa dipakai untuk mengganti celana si domba menjadi warna yang berbeda. Fungsi ini berperan sebagai modifier gameplay, dimana celane emas yang Anda buka misalnya, bisa meningkatkan damage serangan untuk setiap musuh yang dibunuh dengan konsekuensi damage 2x yang harus Anda terima.
Kesimpulan

Cult of the Lamb adalah sebuah game yang berujung super adiktif. Sebagian besar gamer mungkin tertarik dengan tema-nya yang terhitung absurd, dimana konsep yang imut dan brutalitas bercampur di satu ruang yang sama. Namun begitu terjun, Anda akan memahai bagaimana gameplay loop yang ia tawarkan tidak hanya seru tetapi juga adiktif di saat yang sama. Ada kenikmatan tersendiri melihat pengikut-pengikut Anda terus loyal dan membuat kemampuan Anda sebagai mesin pembunuh kian efektif. Kepuasan sama saat melihat fasilitas-fasilitas yang Anda bangun bisa mengakomodasi hidup mereka secara optimal dan minim masalah. Semuanya dilakuka sembari “memanen” loyalitas dan iman mereka tanpa sedikit pun merasa bersalah.
Walaupun demikian, Cult of the Lamb tetap bukanlah game yang sempurna. Dari sisi aksinya, sang developer butuh memikirkan lebih panjang untuk membuat sisi ini lebih menarik daripada sekadar mengeksplorasi dungeon baru dengan musuh mirip yang sekadar punya HP lebih tebal saja. Karena harus diakui untuk hitungan rogue-like, ia terasa terlalu sederhana dan mudah di saat yang sama. Sedikit perbaikan juga perlu diimplementasikan di sistem bangun kota dan bertani untuk memastikan proses management lebih mudah dan setidaknya, memungkinkan proses otomatisasi secara keseluruhan.
Dengan semua daya pikat yang Ia usung saat ini, apalagi dengan harga super terjangkau di Steam, sulit rasanya bagi kami untuk tidak merekomendasikan Cult of the Lamb. Apalagi jika Anda butuh game yang siap untuk membuat Anda melupakan masalah dunia untuk sementara waktu. Ini soal bertani, tapi ini juga soal efektivitas menyembah setan.
Kelebihan

Gameplay loop yang adiktif
Elemen yang berhubungan dengan ritual dan penyembahan disajikan lugas
Sistem penuaan dan pemberontakan
Visualisasi terlihat imut dan gelap di saat yang sama
OST yang mendukung atmosfer
Kekurangan

Terlalu mudah untuk ukuran game rogue-like
Mustahil untuk mengembangkan sistem build favorit
Kota tetapbutuh diurus secara manual
Butuh opsi management lebih detail untuk melihat mudah apa saja yang diurus pengikut
Cocok untuk gamer: yang senang dengan game indie berkualitas tinggi, butuh game dengan loop yang adikitf
Tidak cocok untuk gamer: yang mengharapkan level rogue-like sekelas Dead Cells atau Hades, butuh tantangan