Review The Last of Us Part I: Lebih Indah, Lebih Emosional!

Reading time:
August 31, 2022

Wajah dan Air Mata

The Last of Us Part I jagatplay 19
Peningkatan visual yang ditawarkan memang signifikan dibandingkan versi Remaster.

Dengan menggunakan performa Playstation 5, Anda tentu saja bisa mengantisipasi peningkatan visual yang signifikan dari versi Remaster yang tersedia di Playstation 4, yang notabene didasarkan pada versi Playstation 3. Anda bisa melihat tekstur yang kini terlihat lebih jelas, dari partikel jamur yang memenuhi ruang gelap penuh Clickers, pakaian milik Joel, hingga bangunan-bangunan yang Anda temui. Perubahan paling kentara adalah efek tata cahaya yang terlihat lebih realistis dan dramatis, membuat banyak scene yang terlihat biasa saja di versi Remaster masa lampau, kini terlihat begitu memanjakan mata. Anda akan merasakan hal tersebut sejak menit pertama permainan, ketika Anda melihat detail bola api dari ledakan atau sekadar api yang membakar ragam objek ketika prologue terjadi. Efek api tersebut dikombinasikan dengan cahaya yang ia hasilkan sudah cukup untuk menjadi bukti.

The Last of Us Remastered jagatplay
The Last of Us Remastered di PS4 Pro.
The Last of Us Part I jagatplay 94
The Last of Us Part I di Playstation 5

Bersama dengan setting yang terlihat indah ini, Anda juga akan menemukan perubahan model karakter yang kini diposisikan sedemikian rupa untuk tidak hanya terlihat lebih realistis tetapi juga setia dengan progress tumbuh di The Last of Us Part II, terutama untuk Ellie. Perubahan ini di awal memang butuh adaptasi, terutama untuk karakter seperti Tess yang versi “realistis”-nya memang sedikit berbeda dengan versi Remaster tempo lalu. Model karakter yang baru ini juga akan Anda temukan di variasi musuh manusia yang Anda temui, yang punya cukup banyak model unik hingga Anda yang berujung melakukan aksi bunuh stealth yang secara otomatis melakukan zoom ke wajah mereka tidak akan pernah menemukan kejanggalan di sini. Sebuah apresiasi ekstra yang lain.

The Last of Us Part I jagatplay 143
Model karakter kini disesuaikan agar berkesinambungan dengan Part II.
The Last of Us Part I jagatplay 237
Efek mutilasi dan percikan darah favorit kami menemukan jalannya ke The Last of Us Part I ini!

Tentu saja, peningkatan visual ini juga datang dengan level brutalitas yang meningkat. Naughty Dog memang tidak cukup gila untuk membuat beberapa cut-scene yang sudah penuh kekerasan kini juga dibanjiri darah, melainkan mengalihkannya ke sistem potongan tubuh dan percikan darah ala Part II yang harus kami akui, berujung kami cintai. Melihat bagaimana shotgun Anda di arah yang tepat bisa membuat kepala musuh kini “lenyap” bersama dengan simbahan darah yang kini terpercik akurat di dekat meja misalnya, selalu berujung memuaskan. Bahkan hanya untuk melihat efek ini berulang dan berulang, kami seringkali mengabaikan stealth dan mulai menghabisi mereka dengan shotgun. Semuanya kian indah ketika Anda mulaimelemparkan bomb ke keramaian.

Namun harus diakui, bahwa highlight terbaik dari The Last of Us Part I sekaligus bisa disimpulkan sebagai peningkatan paling signifikan terletak pada dua hal: wajah dan air mata. Untuk wajah, benar sekali, terasa bahkan lebih baik daripada The Last of Us Part II, mereka berhasil menyuntikkan ekspresi yang benar-benar manusiawi. Membandingankannya dengan The Last of Us Remaster benar-benar seperti membandingkan bumi dan langit, dengan versi Remaster yang di masa lalu terasa indah tersebut, kini terlihat bak boneka tiga dimensi dengan wajah yang datar. Di The Last of Us Part I, ekpresi ini begitu kompleks-nya hingga Anda bisa memahami apa yang sedang mereka rasakan, yang muncul dari gerak bibir, mata, hingga sekedar gerak kecil di pipi. Ia memberikan konteks dan elevasi emosi yang tidak tersedia di seri original, yang cukup membuat kami menjatuhkan air mata pertama kalinya di scene perpisahan Tess dan Joel yang sebelumnya, tak pernah sekalipun membuat kami sedih.

The Last of Us Part I jagatplay 177
Ekspresi wajah yang lebih hidup dan manusiawi kini menyediakan konteks lebih baik sekaligus memperkuat sisi emosional yang tercipta.
The Last of Us Part I jagatplay 207
Air mata yang mengalir deras seolah mengamplifikasi ketakutan dan trauma yang harus dilalui Ellie.

Tambahan lainnya adalah detail mata yang memperkaya ekspresi wajah yang sudah kian kompleks ini. The Last of Us Part I membuat mata karakter kini bisa sekadar “sembab”. Ada begitu banyak konteks yang “terbuka” lewat fitur kecil yang terasa tak signifikan ini. Dengannya, konteks yang lebih emosional terbuka. Ketika sebuah scene yang penting terjadi, Anda akan memahami kalimat mana yang datang dari lubuk hati yang sebenarnya tengah sedih. Beberapa situasi bahkan memberikan detail air mata yang jatuh perlahan di sisi ketika dialog ini terjadi. Hal inilah yang terjadi pada saat percakapan Tess dan Joel sebelum keduanya berpisah, dimana terlepas dari keberanian Tess, Anda memahami bahwa ia belum sepenuhnya siap menerima takdirnya. Percakapan emosional antara Joel dan Ellie yang ikonik juga kian emosional ketika Anda melihat air mata kecil yang jatuh di sudut mata Ellie.

Ekspresi wajah yang jauh lebih manusiawi memang harus diakui merupakan daya tarik utama yang ditawarkan The Last of Us Part I, yang membuat konteks untuk banyak adegan kini terasa kaya. Tidak hanya masalah “sembab” saja, tetapi juga linangan air mata yang kini juga jelas mengalir di wajah karakter, yang membuat Anda memahami seberapa traumatis kejadian yang baru mereka lewati. The Last of Us Part I memang tidak menambahkan cerita, adegan, atau dialog baru yang signifikan, namun kehadiran ekspresi wajah ini benar-benar membuat beberapa adegan yang sudah Anda nikmati di versi Remaster seolah menawarkan konteks baru yang mungkin Anda lewatkan sebelumnya. Ini adalah pemanfaatan teknologi yang tepat sasaran.

9 Tahun dan Tetap Relevan

The Last of Us Part I jagatplay 210
Keputusan Naughty Dog untuk tidak mengubah gameplay dan cerita secara signifikan mungkin terdengar bodoh. Namun siapa yang menyangka ia justru berubah jadi testimoni betapa kerennya sang seri original yang dirilis 9 tahun lalu.

Ketika Naughty Dog mengumumkan bahwa mereka tidak akan mengubah banyak sisi gameplay, selain memperkuat AI musuh dan mengubah user-interface agar terasa modern dan lebih mudah dinavigasi, sebagian besar gamer mungkin akan langsung skeptis. Kita bicara soal game yang sudah tersedia sejak 9 tahun yang lalu, yang eksis di era Playstation 3. Untuk sebagian besar game, 9 tahun adalah usia yang terlalu tua untuk tidak mengubah apapun atau menawarkan sesuatu yang baru sama sekali. Ada banyak potensi sensasi “tua” itu bocor dan merebak kuat di versi Remake, yang tentu saja mencederai pengalaman yang ada. Mencicipi The Last of Us Part I justru menimbulkan satu efek yang tak pernah kami prediksi sebelumnya – apresiasi ekstra.

Bahwa percaya atau tidak, formula yang sudah mereka tawarkan 9 tahun yang lalu tersebut, tanpa banyak modifikasi dan perubahan di sisi cerita dan gameplay, ternyata masih terasa fantastis di tahun 2022 ini. Ini membuat apresiasi kami terhadap The Last of Us original kian meninggi dan tak ragu untuk memasukkannya ke dalam kategori salah satu game revolusioner yang memang pantas dirayakan.

Hampir semua elemen tersebut tidak hanya terasa tetap mantap di tahun 2022, bahkan tak sulit menundukkan game-game rilis modern yang lain. Kita bicara dari hal sekecil sensasi menggunakan senjata, yang di awal selalu diikuti getaran tangan Joel yang membuat akurasi tak pernah mutlak, menghasilkan ketegangan tersendiri. Kita bicara soal komposisi musuh di satu area dan tata letak mereka serta kebebasan untuk menundukkan mereka secara frontal ataupun stealth yang menghasilkan sensasi yang tetap intens. Kita bicara soal bagaimana proses eksplorasi kecil-kecilan selalu terasa pantas dan berharga berkat material dan peluru terbatas yang bisa Anda kumpulkan, yang kesemuanya berkontribusi pada besar kesempatan Anda untuk bertahan hidup. Posisinya sebagai salah satu game survival horror terbaik yang pernah eksis tetap tidak tergeser.

The Last of Us Part I jagatplay 107
9 tahun berlalu, dengan sedikit perubahan UI dan AI, ia tetap terasa seperti game survival horror yang matang.
The Last of Us Part I jagatplay 200
Impact dari sisi cerita tetap sama beratnya, bahkan lebih tertuang berkat ekspresi wajah dan detail baru yang disuntikkan.

Hal yang sama juga terjadi di sisi cerita. Seperti yang kita tahu, dengan rilis ulang seperti ini, Naughty Dog selalu punya kesempatan untuk mengubah, menambahkan, dan memperkuat sisi cerita yang ada dengan tambahan scene dan dialog, yang bisa saja menambah atau justru mengubah keseluruhan atmosfer yang ada. Namun keputusan untuk tidak mengubah apapun, mempertahankan apa yang kita kenal namun dengan penyempurnaan ekspresi wajah dan detail ternyata tidak mencederai The Last of Us Part I. Ia tetap menjadi sebuah cerita yang solid dengan tema berat yang penuh dengan kekerasan dan rasa putus asa, tetapi juga cinta dan harapan di saat yang sama. Fakta bahwa cerita ini masih terasa relevan dan punya impact yang sama di tahun 2022 ini seolah jadi testimoni tak langsung bahwa harus diakui, cerita dan karakter yang ia sampaikan memang sudah solid sejak awal eksistensinya.

The Last of Us Part I jagatplay 112
Fitur aksesibilitas ini akan menerjemahkan intonasi dialog menjadi getaran unik di DualSense, yang tentu membantu gamer-gamer tuna rungu untuk mendapatkan konteks lebih baik daripada sekadar membaca dialog.

Bahkan, The Last of Us Part I berhasil tampil semakin relevan berkat tambahan fitur aksesibilitas seperti yang mereka tawarkan di The Last of Us Part II, bahkan di level yang lebih tinggi dan lengkap. Salah satu fitur aksesibilitas baru yang didesain untuk gamer tuna rungu bahkan datang memaksimalkan fitur Haptic Feedback yang ada. Walaupun besar kemungkinan mereka tidak bisa mendengar dialog yang ada, intonasi percakapan kini diterjemahkan lewat kuat – lemahnya getaran Haptic di DualSense. Haptic muncul untuk mengekspresikan emosi yang mungkin hilang bagi gamer tuna rungu yang hanya bisa membaca dialog yang diberikan. Perhatian ekstra Naughty Dog untuk lebih banyak opsi aksesibilitas, memberikan kesempatan bagi gamer penyandang disabilitas atau sekadar gamer yang kesulitan untuk tetap bisa menikmati The Last of Us Part I secara optimal, tanpa harus kehilangan menikmati kesempatan mendapatkan trophy sekalipun, adalah langkah yang selalu pantas kita sambut dengan tangan terbuka.

Pages: 1 2 3
Load Comments

JP on Facebook


PC Games

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
November 29, 2024 - 0

Palworld Dan Terraria Crossover Event Akan Hadir Pada 2025

Palworld dan Terraria umumkan event crossover yang akan digelar pada…
October 29, 2024 - 0

Review Call of Duty – Black Ops 6 (SP): Ternyata Keren!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh mode campaign / single-player Call…

PlayStation

June 21, 2025 - 0

Review Clair Obscur Expedition 33: RPG Turn-Based nan Indah, Seru, & Memilukan

Clair Obscur: Expedition 33 menjadi bukti akan pentingnya passion dan…
June 19, 2025 - 0

Review Monster Hunter Wilds: Keindahan Maksimal di Tengah Derasnya Adrenalin

Monster Hunter Wilds berhasil gabungkan beragam elemen terbaik dari seri…
December 7, 2024 - 0

Preview Infinity Nikki: Game Indah Di Mana Baju Adalah Pedangmu

Kesan pertama kami setelah memainkan Infinity Nikki selama beberapa jam;…
November 15, 2024 - 0

Review LEGO Horizon Adventures: Kurang Kreatif!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh LEGO Horizon Adventures ini? Mengapa…

Nintendo

June 30, 2025 - 0

Review Nintendo Switch 2: Upgrade Terbaik Untuk Console Terlaris Nintendo

Nintendo Switch 2 merupakan upgrade positif yang telah lama ditunggu…
July 28, 2023 - 0

Review Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Tak Sesempurna yang Dibicarakan!

Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang tak sesempurna yang dibicarakan…
May 19, 2023 - 0

Preview Legend of Zelda – Tears of the Kingdom: Kian Menggila dengan Logika!

Apa yang ditawarkan oleh Legend of Zelda: Tears of the…
November 2, 2022 - 0

Review Bayonetta 3: Tak Cukup Satu Tante!

Apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Bayonetta 3? Mengapa kami menyebutnya…