Review The Last of Us Part I: Lebih Indah, Lebih Emosional!
Sony dan kemampuan mereka meracik game-game first party dengan narasi yang kuat memang identitas yang bisa dibilang baru mulai terbangun sejak era Playstation 3. Salah satu ujung tombaknya tentu saja Naughty Dog yang bergerak dari game sekelas Crash Bandicoot dan Jak & Daxter ke game sekelas Uncharted dan setelahnya, The Last of Us. Untuk urusan terakhir ini, ia berujung datang dengansebuah produk yang memesona. Tidak ada yang memprediksi bahwa Playstation 3 yang di kala itu terhitung sebagai hardware tua bisa menangani game dengan visual sekelas The Last of Us yang sekaligus dirangkai sebuah game survival horror dengan cerita dan karakter yang tak kalah dengan film Hollywood sekalipun. Tak heran ia langsung menyabet begitu banyak penghargaan.
Naughty Dog dan Sony juga sepertinya memahami bahwa potensi The Last of Us memang mau tidak mau harus diakui, terpengaruh oleh keterbatasan Playstation 3, baik dari sisi visual, performa, ataupun beragam elemen yang lain. Ada upaya untuk membawanya ke level baru lewat The Last of Us: Remastered untuk Playstation 4 yang setidaknya terasa berada di definisi lebih tinggi lengkap dengan framerate lebih solid. Bertahun-tahun setelahnya, apalagi setelah eksis The Last of Us Part II, mereka hendak mendongkrak potensi tersebut ke level yang setidaknya setara. Naughty Dog kemudian berujung terlibat dalam proses remake yang mereka resmi namai, The Last of Us Part I untuk Playstation 5.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh The Last of Us Part I? Mengapa kami menyebutnya sebagai sebuah seri yang lebih indah dan lebih emosional? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Apa itu The Last of Us Part I?
Untuk Anda yang tidak terlalu familiar dengan The Last of Us, yang cukup untuk membuat kami bingung bagaimana Anda tidak pernah mendengar nama game ini sebelumnya, ia merupakan game survival horror racikan Naughty Dog yang dilepas pertama kali di tahun 2013 yang lalu untuk Playstation 3. Ia menceritakan kisah duo – Joel dan Ellie yang melintasi Amerika yang kini dihuni monster-monster yang sudah terinfeksi jamur Cordyceps sekaligus kelompok-kelompok manusia yang bertahan hidup. Ellie yang jelas memperlihatkan resistensi pada si jamur diyakini merupakan obat wabah yang selama ini dinanti oleh dunia. Interaksi antara Joel dan Ellie tentu saja menjadi highlight utama game ini.
The Last of Us Part I sendiri merupakan proses remake untuk seri teranyar ini, menggunakan engine pondasi dari The Last of Us Part II yang visualnya juga berujung dipuja-puji. Mengingat ini proses remake, Naughty Dog membangun segala sesuatunya dari awal untuk memaksimalkan performa Playstation 5 sembari mempertahankan beberapa elemen seperti data motion dan facial capture, serta voice acting, dari para aktor seri originalnya. Tujuannya tentu saja tidak hanya untuk membuat The Last of Us pertama kini lebih dekat dengan The Last of Us Part II, tetapi juga untuk meningkatkan pengalaman yang ditawarkan oleh salah satu game terbaik sepanjang masa ini.
Intinya tentu saja proses modernisasi di beragam elemen. The Last of Us Part I datang dengan beberapa perubahan yang membuat pengalaman Part II memang lebih solid, seperti misalnya – user-interface. User-interface yang Anda gunakan di The Last of Us Part I saat ini, terutama saat mengganti senjata dan melakukan crafting akan didasarkan pada Part II yang memang jauh lebih intuitif. Menu hadir lebih jelas, lebih mudah dinavigasi, yang tentu akan berkontribusi pada kecepatan dan efektivitas Anda pada saat bertempur. Tidak ada lagi menu berbentuk baris daftar dengan tulisan kuno yang Anda lihat di The Last of Us Remaster.
Tentu saja, ada beberapa perubahan lainnya, seperti tingkah laku AI yang kini tidak lagi dibatasi oleh performa Playstation 3 yang kuno di kala itu. Walaupun belum sampai pada tahap Part II dimana setiap AI memiliki namanya masing-masing untuk membuat mereka lebih manusiawi, namun jelas ada perubahan tingkah laku baik untuk AI manusia dan clickers yang Anda temui. Dari AI manusia misalnya, kami merasa mereka jauh lebih sering melakukan ganking dari sisi tepi yang tidak Anda jaga daripada seri originalnya. Mereka juga jauh lebih cepat dan responsif untuk menembak Anda lebih dulu daripada menunggu Anda menghabisi mereka. Sementara dari sisi Clickers? Selain lebih responsif pada suara, jenis tertentu seperti Stalker kini misalnya lebih menempatkan posisi mereka secara strategis dan agresif ketika Anda mendekat.
Dari sisi gameplay, The Last of Us Part I memang tidak lantas bertransformasi menjadi The Last of Us Part II. Sebagai contoh, Anda tetap tidak bisa melakukan prone secara manual atau melompat seperti seri kedua tersebut. Keputusan yang diambil oleh Naughty Dog ini sendiri memang bisa dimengerti mengingat hampir tidak ada perubahan desain dari sisi level di Part I yang membuat kedua ekstra aksi ini antara berujung sia-sia atau justru berpotensi menimbulkan masalah teknis yang lain. Namun ada sesuatu yang menarik dari struktur The Last of Us yang akan kami bicarakan di sesi selanjutnya.
Tentu saja, Anda tetap akan mendapatkan beberapa hal baru yang pantas untuk diantisipasi, bahkan untuk gamer yang sudah mencicipi seri Remaster sebelumnya sekalipun. Anda yang ingin menantang diri bisa menikmati mode Permanent Death dan Speed-Run. Benar sekali, untuk yang terakhir ini, Naughty Dog akan menghadirkan satu mode khusus yang didesain seakurat mungkin untuk mencatat waktu keberhasilan Anda menyelesaikan setiap chapter yang ada. Menyelesaikan game ini juga akan memberikan lebih banyak modifier untuk Anda nikmati, baik di New Game+ ataupun untuk bersenang-senang ketika Anda mengulang ragam chapter lainnya. Ada kesempatan untuk mengubah tampilan Ellie dengan ragam T-shirt baru termasuk God of War: Ragnarok sekalipun sampai kesempatan untuk mengubah setiap panah Anda menjadi Explosive Arrow dari Part II yang siap membinasakan banyak musuh secara instan.
Dengan dibangunnya ia untuk Playstation 5, maka jelas performa dan kualitas visual bukan satu-satunya nilai jual The Last of Us Part I. Seperti game-game Playstation 5 yang lain, ia juga menjadikan beberapa fitur barunya untuk menawarkan pengalaman yang lebih imersif. Lewat DualSense, Anda akan merasakan sensasi Haptic Feedback dan Adaptive Trigger dalam kapasitas yang seharusnya. Untuk urusan terakhir ini, dengan senjata panah yang mungkin akan sering Anda gunakan untuk membunuh musuh secara diam-diam. Namun dari semua fitur yang diusung, kami jatuh hati pada 3D Audio yang kami nikmati dengan headset Pulse 3D milik Playstation. Dengan detail suara yang kini tidak hanya mendukung atmosfer, tetapi juga memberikan detail soal posisi Clickers dan apakah mereka reaktif pada langkah Anda, ini tentu saja fitur yang memesona.
Maka lewat proses Remake yang ia usung, Naughty Dog sepertinya memprioritaskan satu hal di The Last of Us Part I – memodernisasi beragam hal untuk membuatnya setara dengan The Last of Us Part II, tanpa menyentuh sisi cerita sama sekali dan kesetiaan untuk menjaga konteks tetap mirip dengan seri originalnya. Walaupun demikian, bukan berarti ia datang tanpa sesuatu yang signifikan.