Review Star Ocean – The Divine Force: Bukan Melesat, Malah Meleset!
Di era keemasan Playstation pertama dan kedua, nama Star Ocean memang pantas disandingkan sebagai salah satu produk JRPG paling menggoda yang tersedia di kelasnya. Ada banyak hal yang membuatnya unik, dari gameplay dengan cita rasa action yang lebih kental alih-alih turn-based sekaligus tema cerita yang ditawarkan. Untuk urusan terakhir ini, Star Ocean selalu terikat pada kisah soal ragam manusia atau makhluk dari beragam dunia yang memiliki peradaban berbeda untuk saling bekerjasama menyelesaikan satu masalah yang sama. Ini juga berarti eksplorasi beberapa dunia dengan peradaban lebih kuno, setara, dan bahkan lebih maju. Elemen-elemen inilah yang selalu kami pikirkan ketika bicara soal identitas Star Ocean.
Walaupun masih dikembangkan oleh tri-Ace sebagai developer utama, fokus untuk menjaga identitas tersebut tidak lagi dijadikan prioritas selama beberapa seri terakhir. Jelas bahwa ada tendensi bahwa yang menjadi fokus dari sang developer adalah terus membuat sisi gameplay-nya kian modern dan tentu saja, membuat visualnya berujung indah. Namun perlahan tapi pasti, identitas Star Ocean yang selama ini kita kenal terus tergerus. Ketika dua karakter The Divine Force diperkenalkan sebagai dua protagonis dari dua peradaban yang berbeda, ada sedikit harapan terbentuk bahwa ia akan mampu menawarkan pengalaman klasik Star Ocean yang kian dirindukan tersebut.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh Star Ocean: The Divine Force? Mengapa kami menyebutnya sebagai seri yang meleset alih-alih melesat? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Plot
Di Star Ocean: The Divine Force, Anda akan diberikan kesempatan untuk menggunakan satu di antara dua karakter utama yang ada. Ada seorang kapten pesawat luar angkasa bernama Raymond dan seorang putri dari kerajaan Aucerius yang lebih kuno – Laeticia untuk Anda pilih. Walaupun akan bergerak ke satu titik cerita yang sama, akan ada banyak cabang cerita dimana kedua karakter ini berpisah satu sama lain. Ini berarti Anda akan punya perspektif cerita yang lebih lengkap jika Anda berujung memainkan dan menyelesaikan Star Ocean: The Divine Force menggunakan keduanya.
Cerita dimulai dengan jatuhnya pesawat yang dipimpin oleh Raymond ke sebuah palnet bernama Aster IV. Serangan yang entah apa pemicunya tersebut membuat Raymond kehilangan kru-nya, sebelum ia bertemu dengan penduduk lokal yang kebetulan adalah Laeticia dan Albaird, yang berasal dari keluarga bangsawan. Singkat cerita, atas nama usaha untuk bertahan hidup pula, Raymond dan Laeticia pun berusaha saling membantu. Laeticia akan membantu Raymond mencari teman-temannya, sementara Raymond akan membantu Laeticia menyelesaikan beberapa masalah kerajaan yang pelik. Setidaknya itu menjadi akar kisah yang ada.
Namun seperti yang bisa diprediksi, segala sesuatunya kian bertumbuh kompleks setelah Raymond dan Laeticia menemukan bahwa ada peradaban lain yang ikut andil dalam konflik ini. Mereka menemukan sebuah ras asing yang ternyata membantu sang kerajaan rival untuk tidak hanya membangun senjata lebih mutakhir saja, tetapi juga mempersiapkan diri untuk perang dalam skala lebih besar. Uniknya lagi? Raymond juga menemukan bahwa pihak-pihak ini sepertinya menaruh perhatian besar pada robot drone misterius yang seharusnya menjadi kargonya – D.U.M.A.
Lantas, peradaban modern mana yang terlibat? Mampukah Raymond menemukan teman-temannya? Apa pula rahasia yang sebenarnya disimpan oleh sang D.U.M.A ini? Anda tentu harus mencicipi Star Ocean: The Divine Force ini untuk mendapatkan jawaban atas misteri-misteri ini.