Review Dead Space Remake: Isak Tangis di Luar Angkasa!
Luar Angkasa yang Lebih Seram

Keputusan untuk melakukan proses remake alih-alih hanya merilisnya kembali dalam format definisi tinggi alias Remaster adalah salah satu keputusan terbaik yang diambil oleh EA untuk Dead Space Remake ini. Walaupun seri originalnya harus diakui merupakan salah satu game survival horror paling seram yang pernah eksis, meraciknya ulang dengan Frostbite Engine sebagai basis berhasil memberikan elevasi kualitas atmosfer yang dibutuhkan hampir di semua level yang ada. Ini membuat sang seri Remake ini berujung jauh lebih seram dibandingkan seri originalnya. Apalagi jika Anda memutuskan untuk menikmati sisi audio-nya dengan perangkat headset terbaik yang Anda alami.
Proses modernisasi dari sisi visual memang tidak hanya menawarkan tekstur baru saja, tetapi juga beberapa penyesuaian baru, termasuk modifikasi wajah karakter-karakter yang terlibat di dalamnya. Model yang juga hadir close-up di banyak cut-scene ini terlihat menjalankan tugasnya dengan baik, apalagi ditemani dengan peningkatan detail juga pada hampir semua sektor dari material armor yang digunakan oleh Isaac hingga sekadar beragam koridor USG Ishimura yang harus Anda lewati. Namun modifikasi terbaik? Tentu saja segala sesuatu yang berhubungan dengan atmosfer yang ada. Kita bicara soal kabut yang lebih tebal di beberapa area, membuat ancaman yang datang terlihat lebih mencekam dan berbahaya. Atau kita bicara soal kegelapan dan efek cahaya kecil dari senjata Anda yang membuat Isaac kian terlihat terancam dari beragam arah. Atau kita bicara soal hal sekecil efek partikel baru yang memperlihatkan kerusakan mekanikal di sana-sini. Di sinilah Dead Space Remake bersinar.

Jika ada satu tambahan yang juga berujung kami sukai adalah cara Necromorph “dibangun” di proses Remake ini. Bahwa tak seperti di seri original dimana model mereka hanya dibangun dari permukaan kulit saja, EA Motive sepertinya menyibukkan diri dengan menyuntikkan bagian internal yang lebih detail untuk setiap model yang ada. Oleh karena itu, selalu ada keasyikan tersendiri saat melihat senjata seperti Force Gun yang Anda dapatkan agar di akhir cerita tak hanya berpotensi memutilasi mereka, namun selalu berhasil membuat kulit mereka terkelupas dari kepala hingga kaki. Ini membuat kesan Force Gun sebagai senjata yang lebih menyenangkan dan destruktif di saat yang sama. Di sisi lain? Necromorph tanpa kulit yang masih berusaha mengejar Anda memberikan ekstra level kengerian di sana.
Pendekatan One-Shot Camera ala God of War yang membuat Anda tak pernah terputus untuk terus mengikuti langkah Isaac juga membuat pengalaman sinematik yang tentu saja lebih baik dari seri originalnya. Tidak ada waktu loading, tidak ada lagi scene yang terputus dan berubah, membuat perjalanan Anda seperti sebuah petualangan besar, apalagi dengan fakta bahwa mereka juga membangun USG Ishimura sebagai satu “taman bermain” besar yang terhubung satu sama lain. Anda tidak harus mengandalkan tram untuk berpindah tempat misalnya, karena sang kapal kini memungkinkan Anda untuk berjalan dari satu lokasi ke lokasi lainnya dengan hanya memanfaatkan pintu yang ada.


Bukan Dead Space namanya jika ia tidak mampu membuat Anda terus cemas dan waspada lewat desain suara yang ia hadirkan. Di luar voice acting yang kini tersedia untuk Isaac dan di telinga kami berujung menjalankan tugasnya dengan baik, sisi inilah yang membuat sensasi survival horror di Dead Space Remake ini terasa kian istimewa. Anda mungkin bisa membawa 4 senjata sekaligus yang notabene cukup untuk mengatasi semua ancaman yang ada, namun begitu mendengar sedikit saja suara erangan, gas yang bocor, benda metalik yang jatuh, atau sekadar metal bergesek di kejauhan, Anda akan langsung waspada seketika juga, berusaha menemukan dimana Anda kira-kira akan diserang. Fakta bahwa banyak titik spawn mengejutkan yang tak terprediksi juga memperkuat hal tersebut. Ini selalu jadi salah satu aspek terbaik dan terpenting sebuah seri Dead Space.
Modern sekaligus memperkuat hal-hal yang membuat seri originalnya digadang sebagai salah satu game survival horror terbaik, EA Motive harus diakui melakukan tugas yang fantasis dengan Dead Space Remake ini.
Sedikit Berubah

Usaha EA dan EA Motive untuk merilis ulang game ini dalam bentuk remake tentu saja tidak hanya terkunci pada proses modernisasi di sisi visual dan audio saja. EA Motive jelas menggunakan kesempatan ini untuk mengubah satu atau dua hal di sepanjang perjalanan untuk membuatnya jauh lebih bisa dinikmati. Mau tidak mau harus diakui, terlepas dari ragam puja-puji yang ada, seri original Dead Space memang sudah “tua”.
Anda yang sempat menikmati seri originalnya akan menemukan beberapa perubahan, baik yang signifikan atau tidak. Hal sekecil perubahan estetika pada ruangan atau koridor yang diracik untuk membangun atmosfer yang lebih baik bisa Anda antisipasi di sini, dengan ekstra musuh yang kini terlihat mencekam lewat presentasi sisi visual dan audio yang disempurnakan. Ada pula perubahan yang jauh lebih signifikan, seperti misi untuk melindungi kapal dari meteor yang jatuh misalnya yang di seri original membuat Anda menduduki dan mengendalikan meriam raksasa secara langsung. Di sini? Anda hanya mengarahkan gerak-nya saja menggunakan sistem aim senjata normal Anda hingga objektif tertentu tercapai. Banyak pula wilayah tanpa gravitasi yang di seri original hanya bisa Anda lewati dengan berjalan, kini difasilitasi dengan aksi terbang yang membuat segala sesuatunya berjalan lebih cepat.


Perubahan-perubahan kecil ini tentu saja tidak lantas membuat sensasi bermain Dead Space Remake kemudian terasa berbeda secara signifikan dibandingkan dengan seri originalnya. Ini masih Dead Space yang “sama”, dimana seperti sebuah game survival horror yang seharusnya, Anda selalu memiliki kesempatan untuk melawan balik lewat beragam senjata yang tersedia.
Isaac juga tetap akan dibekali dengan kemampuan untuk aksi Statis yang notabene membuat musuh melambat atau Kinectic – yang membuatnya bisa menarik dan melemparkan objek apapun dengan kecepatan tinggi. Dengan beragam resource peluru dan juga mata uang bernama Credits serta item penting untuk upgrade bernama Nodes, Anda juga akan bisa membuat senjata dan armor-nya lebih bisa diandalkan. Ini juga membuat proses eksplorasi menjadi penting dan biasanya, terlalu terbayar manis.


Ekstra perubahan lain yang akan Anda temui adalah hadirnya misi sampingan baru yang memberikan konteks cerita lebih jelas dibandingkan sang seri original hingga yang memberikan scene “alternatif” yang tidak ada sebelumnya. Misi-misi sampingan ini akan terorganisir secara rapi via menu terpisah, yang untungnya juga bisa Anda targetkan menggunakan beacon jika ia tersedia. Ini akan membantu Anda menemukan jalan yang seharusnya untuk menyelesaikan setiap dari mereka alih-alih terus diarahkan ke misi utama saja. Misi sampingan ini bisa berujung hanya meminta Anda bergerak ke lokasi tertentu atau menemukan objek spesifik misalnya.