Review Hogwarts Legacy: Benar-Benar Bikin Lega Sih!
Mimpi Basah Penggemar Harry Potter

Mimpi basah penggemar Harry Potter memang bukan predikat berlebihan untuk menyebut apa yang berhasil dicapai oleh Avalanche dengan Hogwarts Legacy. Di level teknis, sisi presentasi visual-nya memang pantas mendapatkan puja-puji tersendiri. Memainkannya di Playstation 5 dengan mode Fidelity, Anda bisa menemukan model karakter dengan detail yang cukup tinggi, beragam efek partikel yang memukau di sana-sini, hingga efek tata cahaya yang cukup dramatis di beragam lokasi. Anda juga bisa melihat bagaimana lantai mengkilat di dalam Hogwarts misalnya, juga ikut merefleksikan beragam objek di sekitarnya, walaupun kami sendiri tak bisa mengkonfirmasikan apakah itu ray-tracing atau sekadar screen space reflection semata. Bahwa dengan semua kombinasi ini, Hogwarts Legacy berhasil membawa identitas game generasi baru yang seharusnya, setidaknya dari sisi grafis.
Namun pada akhirnya, puja-puji soal bagaimana ia tak ubahnya mimpi basar para pencinta Harry Potter berujung datang dari sisi desain dan detail dunia yang ada. Jelas bahwa Avalanche berniat untuk memastikan bahwa Hogwarts – sang sekolah sihir dengan bentuk kastil tersebut direpresentasikan tidak hanya baik dan akurat saja, tetapi juga seperti seharusnya. Maka Anda menemukan hampir semua hal yang pernah Anda dengar dari sang novel atau lihat dari versi filmnya di sini. Setiap asrama punya animasi buka pintu hingga arsitektur yang berbeda, lapangan Quidditch terlihat megah di kejauhan, ruangan tangga besar yang penuh dengan lukisan terlihat seperti seharusnya di sini, hingga beragam kelas yang dibangun dengan fantastis.


Hal terbaik dari desain ini adalah fakta bahwa Avalanche mengerti dan memastikan posisi Hogwartse sebagai “kastil tua” yang penuh misteri. Anda yang menggemari Harry Potter tentu sudah memahami bagaimana para guru sekalipun di novel tersebut, seringkali tidak tahu rahasia-rahasia apa saja yang disimpan Hogwarts. Di game ini, kesan tersebut bersinar lewat penempatan beragam puzzle-puzzle keren di beragam sudut yang menyimpan peti-peti rahasia. Kerennya? Beberapa darinya tidak memberikan clue yang jelas bahwa ada rahasia yang bisa dihadirkan di sana, hanya tersirat lewat penempatan objek-objek absurd di beberapa lokasi. Fakta bahwa Anda bisa menemukan hal-hal seperti ini selama proses eksplorasi Anda di Hogwarts kian memperkuat fakta bahwa si developer memahami bahwa si kastil tua ini bukanlah sekadar “setting” saja, tetapi juga “taman bermain” yang sama serunya.
Semuanya menyempurna lewat fakta bahwa Hogwarts hanyalah satu dari sedikit lokasi yang akan Anda kunjungi. Hogwarts Legacy juga membuka daerah sekitar sekolah, termasuk Hogsmeade dengan detail yang tak kalah tinggi untuk Anda kunjungi dengan beragam kepentingan, dari sekadar hiburan, misi sampingan, hingga yang memang mampu menguatkan karakter Anda. Dunia yang dibangun oleh Hogwarts Legacy juga seolah mengkonfirmasikan bahwa daerah sang sekolah juga sebenarnya diisi oleh desa-desa lebih kecil yang disebut “Hamlet”, yang juga punya identitas uniknya masing-masing. Ada yang begitu sepi dan ditinggalkan karena situasi tertentu, ada pula yang ramai dengan jumlah penduduk yang lebih banyak.


Seolah detail ini masih belum cukup, seperti seharusnya game open-world dengan kualitas tinggi, Hogwarts Legacy juga dipenuhi dengan event-event acak yang tidak berpengaruh pada cerita, namun memberikan ekstra kekayaan pada dunianya sendiri. Event-event ini tidak bisa terprediksi, tidak harus Anda tonton, dan mudah Anda lewatkan begitu saja. Kami sempat menemukan dua siswa yang berujung diusir dari toko lelucon – Zonko karena ketahuan mencuri, menemukan murid yang dibully oleh hantu brengsek – Peeves di Hogwarts, dan menemukan dua hantu sejoli yang memadu kasih ketika mengeksplorasi Hogwarts di kala malam. Fakta bahwa Avalanche memastikan konten-konten “tak penting” ini tetap hadir pantas memicu rasa apresiasi tersendiri.
Sisanya? Avalanche jelas hendak memastikan bahwa hampir sebagian besar yang Anda baca di buku Harry Potter, atau sebagian besar hal yang sempat Anda temukan di versi film-nya juga akan Anda temukan di sini. Jelas bahwa ada motivasi “fan-service” yang lebih kuat dari Avalanche untuk memastikan Anda bisa mereka ulang pengalaman tersebut secara interaktif, walaupun secara plot, ia berada di masa yang berbeda. Anda misalnya akan bersinggungan dengan para Centaur ketika menjelajahi Forbidden Forest, belajar cara menangani Mandrake di hari pertama Herbology Anda, berkesempatan untuk naik sapu terbang atau menunggangi Hippogrif untuk mengelilingi wilayah yang ada, sampai melakukan duel di kelas Dark Arts. Ini semua adalah hal yang sempat Anda baca dan tonton, yang kini diwujudkan kembali dalam Hogwarts Legacy dengan kapasitas yang seharusnya.


Sayangnya, presentasi fantastis dari sisi visual dan dunia yang diusung Hogwarts Legacy ini tak diikuti oleh sisi audio yang ada, terutama untuk urusan soundtrack. Walaupun para VA menjalankan tugasnya dengan baik untuk memerankan karakter-karakter yang ada, dari pendukung hingga yang punya peran penting dalam cerita utama, hal yang sepadan tak ditawarkan oleh si musik yang justru bermasalah. Bukan hanya karena ia tak punya level musik ikonik yang serupa dengan versi si film, kami juga sering menemukan bug dimana musik berujung dimulai dan berhenti di situasi yang absurd atau bahkan, tidak diputar sama sekali hingga meninggalkan kesan yang sunyi dan canggung di saat yang sama. Urusan yang satu ini memang butuh pembenahan dari Avalanche. Namun setidaknya kami mengapresiasi konsistensi sang karakter utama untuk terus meneriakkan sihir yang Anda gunakan terlepas dari pergantian yang mungkin cepat saat bertarung.
Beneran RPG

Membayangkan sebuah kisah remaja yang tinggal di sekolah sihir mampu disulap menjadi game action RPG alih-alih sebuah game adventure biasa tentu saja meninggalkan banyak rasa penasaran. Mengapa? Karena mengusung kata “RPG”, apalagi dalam kapasitasnya sebagai RPG barat, Hogwarts Legacy sudah sepantasnya menawarkan setidaknya sensasi permainan peran yang seharusnya. Berita baiknya? Mereka melakukannya dengan cukup baik.
Dimulai sejak awal game, kebutuhan untuk bermain peran tersebut sudah datang dari aksi memilih asrama dimana Anda bernaung. Pilihan asrama ini memang tidak akan mempengaruhi cerita utama yang ada, namun akan menentukan jenis misi sampingan seperti apa yang akan bisa Anda akses, termasuk salah satunya kesempatan untuk melawan para Dementor. Sensasi permainan peran tersebut kemudian dibalut kembali lewat sistem percakapan yang mengingatkan Anda pada sesuatu yang datang dari Mass Effect ataupun The Witcher. Anda bisa meminta ekstra reward setelah menyelesaikan misi sampingan tertentu, memilih untuk meminta atau justru menolak untuk belajar spell tertentu, dan tentu saja merespon ragam pernyataan NPC yang lain dengan rendah hati atau congkak.


Yang menariknya dari Hogwarts Legacy? Sang developer memutuskan untuk tidak menyuntikkan sistem moralitas sama sekali. Maka, selain keputusan-keputusan yang memang berpengaruh pada outcome spesifik seperti soal belajar spell yang kami bicarakan sebelumnya, Anda punya kebebasan yang mutlak untuk memainkan peran karakter Anda sebebas yang Anda inginkan tanpa harus takut akan jatuh pada kategori tertentu dan karenanya mempengaruhi cerita yang ada. Situasi ini juga mereka implementasikan untuk fungsi 3 Kutukan-Tidak-Termaafkan yang bisa Anda akses saat bertarung tanpa harus menuai banyak konsekuensi fatal seperti halnya di buku atau di film, bahkan dari Kementerian Sihir yang memang tak banyak bermain peran di sini.
Namun Hogwarts Legacy punya satu cara “cerdas” dan sederhana untuk memastikan bahwa peran apapun yang Anda ambil, Anda tetap akan berdiri di spektrum protagonis yang seharusnya. Apa itu? Dengan membuat tidak satupun NPC, terutama murid-murid sekolah yang Anda temui, bisa dijadikan target serangan spell kapanpun dimanapun. Bahwa satu-satunya cara Anda bisa menyerang atau melukai mereka hanyalah lewat event duel resmi yang dijadikan sebagai misi sampingan. Jadi tak seperti Bully atau GTA dimana Anda bisa menyerang semua orang yang Anda temui di jalan tanpa terkecuali, Hogwarts Legacy menihilkan kesempatan tersebut. Ingin menyalurkan hasrat psikopatik Anda untuk meneriakkan Crucio ke semua murid yang sekadar lewat di depan Anda? Sayangnya, opsi tersebut tak tersedia.


Maka seperti game-game RPG yang seharusnya, hal selanjutnya yang harus Anda pikirkan tentu saja menguatkan karakter. Hogwarts Legacy menawarkan cukup banyak solusi untuk hal tersebut. Salah satu yang secara otomatis terintegrasi adalah Talents yang berperan bak sebuah pohon skill yang terbagi ke dalam beragam kategori berbeda. Talents yang pointnya bisa Anda dapatkan di setiap kenaikan level bisa memperkuat karakter Anda dari ragam aspek, dari membuat spell personal kini punya efek AOE, membuat kutukan kegelapan Anda lebih mematikan, membuat potion Anda lebih efektif, hingga membuat aksi stealth Anda lebih efektif. Sementara untuk urusan mempelajari spell baru untuk digunakan? Anda tetap harus mengunjungi kelas yang mengajarkan hal-hal tersebut atau menemui sang guru untuk ekstra pelajaran yang biasanya diikuti lebih dulu dengan kebutuhan untuk memicu syarat dan ketentuan yang ditetapkan sebelumnya. Contoh? Ingin belajar Spell A dari Guru A, selesaikan dulu syarat A dan B misalnya.
Sisanya, tentu saja memanfaatkan beragam loot yang akan Anda dapatkan di sepanjang perjalanan. Loot akan dibagi ke dalam beragam level kelangkaan yang tentu saja, semakin langka semakin baik. Terbagi ke dalam unit pakaian dari kepala hingga ujung kaki, status Anda akan dibagi ke dalam tiga kategori super sederhana: HP, Offense, dan Defense yang selugas yang dibayangkan. Walaupun demikian, pakaian lebih langka akan mampu disuntikkan dengan Traits yang fungsinya mirip Gem di game RPG lain, dimana ia akan memberikan Anda buff spesifik yang akan memperkuat aspek tertentu dari spell sampai item sekalipun. Di sini jugalah, aksi kumpul resource dan crafting Hogwarts Legacy bersinar.


Seperti yang Anda tahu, dengan menggunakan koin emas yang Anda miliki, Anda memang bisa berbelanja di Hogsmeade untuk semua kebutuhan petualangan Anda. Namun pada akhirnya Anda akan memahami bahwa resource yang satu ini akan terlalu berharga untuk Anda hamburkan begitu saja. Untungnya? Hogwarts Legacy menawarkan solusi via Room of Requirements dimana Anda bisa memanfaatkan ruangan magis ini untuk beragam hal yang esensial. Selain aksi tata-menata interior seperti yang Anda inginkan, Anda bisa menyuntikkan pot tanaman untuk menumbuhkan ragam tanaman istimewa yang bisa Anda gunakan sebagai senjata nantinya. Anda bisa menghadirkan tempat masak potion untuk memastikan kebutuhan ramuan Anda terpenuhi. Anda juga bisa menangkap dan memelihara para beast di sana untuk mendapatkan resource lainnya yang seperti kita bicarakan sebelumnya, esensial untuk memperkuat equipment Anda. Tentu saja, akan ada alat tenun untuk meningkatkan level equipment Anda, menjadikan status mereka lebih tinggi, serta membuka kesempatan untuk mengubah trait mereka.

Apresiasi juga pantas diarahkan pada cara Hogwarts Legacy memperlakukan misi utama dan misi sampingan mereka. Selain memastikan bahwa setiap misi sampingan datang dengan cerita yang kuat, ia juga menawarkan tipe misi sampingan yang lebih “istimewa” yakni misi-misi berbasis karakter. Bahwa Anda akan bertemu dengan setidaknya 3-4 karakter khusus dimana mereka akan punya jalinan dan konflik mereka sendiri, yang bisa Anda ikuti dari awal hingga akhir tanpa perlu menjadi sebuah kewajiban. Menariknya lagi? Kisah yang mereka tawarkan tak hanya menjanjikan petualangan yang lebih fantastis saja, tetapi juga tema yang super gelap. Seperti yang bisa diprediksi, kematian, pengorbanan, dan kehancuran menjadi bagian yang tidak terpisahkan.