Review HoneyCome: Kelewat Nakal, Kelewat Mahal!
Berapa banyak dari Anda yang pernah mendengar nama ILLUSION GAMES sebelumnya? Jika Anda termasuk gamer pria yang sudah malang melintang di ranah game PC selama setidaknya dua dekade terakhir, nama developer yang satu ini boleh dibilang punya identitas dan status unik yang tidak bisa digantikan oleh developer manapun. Benar sekali, ketika developer lain berlomba-lomba menghadirkan game RPG dan petualangan yang meminta Anda untuk menyelamatkan dunia, game-game dari ILLUSION menawarkan konsep “petualangan” lain yang bermain-main di ranah fantasi yang terhitung tabu. Tidak mengherankan jika banyak gamer pria yang bersedih atau pura-pura tidak bersedih ketika developer yang satu ini mengumumkan penutupannya beberapa waktu yang lalu.
Ketika “harapan” sudah terhitung sirna, tidak ada yang mengira bahwa dari puing-puing runtuhnya ILLUSION GAMES akan berujung bangkit sebuah nama developer baru yang siap untuk melanjutkan obor perjuangan yang sama. Kabarnya dibentuk oleh mantan karyawan ILLUSION itu sendiri, developer tersebut diberi nama ILLGAMES dengan ambisi, visi, dan misi yang jelas sama. Tidak perlu menunggu terlalu lama hingga mereka memperkenalkan proyek game nakal perdana yang langsung diracik untuk juga mencuri hati gamer luar Jepang – HoneyCome. Tak main-main, ia langsung tersedia di Steam dengan dukungan bahasa pengantar bahasa Inggris yang membuat nilai jualnya menguat.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh HoneyCome? Mengapa kami menyebutnya sebagai game yang kelewat nakal dan kelewat mahal di saat yang sama? Review ini akan membahasnya lebih dalam untuk Anda.
Kelewat Nakal
Jujur saja, dengan penjelasan yang tak banyak mendetail bahkan untuk halaman store di Steam-nya sekalipun, kami menaruh ekspektasi bahwa HoneyCome akan datang sebagai game super nakal dengan konten yang cukup variatif di dalamnya. Bahwa untuk genre yang satu ini, sudah begitu banyak developer yang berhasil menyulapnya menjadi pengalaman yang jauh lebih imersif lewat garis cerita yang dibangun sedemikian rupa untuk memenuhi fantasi-fantasi spesifik, baik dari skenario atau dari kepribadian target yang ingin Anda “kencani”. Ada ekspektasi demikian.
Namun yang akan Anda temukan dari HoneyCome adalah sebuah pengalaman “kelewat nakal” yang benar-benar lugas. Tidak ada skenario di sini, tidak ada cerita untuk menghadirkan sensasi imersif soal apa yang terjadi, tidak ada akomodasi untuk fantasi, dan tidak ada usaha untuk membuat kepribadian karakter yang ia tawarkan lebih bersinar. HoneyCome hadir dengan satu tujuan dan satu tujuan saja. Tujuan yang mungkin membuat beberapa dari Anda memahami dan mengerti, atau justru membuat beberapa di antaranya seperti kami, merasa sedikit kecewa dengannya.
Pada akhirnya, esensi HoneyCome memang berkutat pada animasi berhubungan badan yang dijadikan sebagai nilai jual utama. Tidak ada skenario atau cerita yang menemani. Permainan hanya meminta Anda untuk memilih setidaknya dua karakter wanita dari yang sudah tersedia atau yang Anda racik sendiri, dan opsi – satu atau dua karakter pria untuk menemani mereka. Langkah selanjutnya adalah memilih “peta”. Ini tentu bukan Counter Strike: Global Offensive dimana peta akan menentukan strategi atau gaya bermain Anda. Peta di HoneyCome hanya berfungsi sebagai setting dimana Anda “bersenang-senang”. Sejauh mata kami memandang, pilihan peta tidak membatasi sama sekali jenis serangan yang bisa Anda pilih ke pasangan Anda.
HoneyCome juga tidak menghadirkan objektif, misi, atau hal sejenis yang memicu progress sama sekali. Seperti yang kami bicarakan tadi, inti permainan adalah soal berhubugan badan dengan semua alternatif gaya yang tersedia. Memang akan ada indikator soal kepuasan Anda dan pasangan Anda, namun pada akhirnya tidak esensial untuk pengalaman yang ada. Indikator ini bak bar tak berguna yang sekadar didesain untuk menawarkan ilusi bahwa karakter Anda tengah menikmati satu sama lain, yang juga mendorong Anda untuk memulai segala sesuatunya dengan pelan dan berirama, sebelum “menggila” bak banteng kerasukan di beragam situasi.
Kondisi “kelewat nakal” yang terlalu lugas ini tentu saja mengecewakan. Karena pada akhirnya, HoneyCome datang sebagai game nakal yang super dangkal. Walaupun apresiasi pantas diarahkan untuk pilihan gaya bertarung yang lumayan lengkap dengan variasi posisi dan pintu masuk, yang juga siap mengakomodasi fetish atau pilihan gaya favorit Anda, ia berujung jadi pengalaman yang akan mudah terasa repetitif, apalagi dengan sedikitnya karakter wanita default yang tersedia. Situasi ini tentu saja sangat disayangkan.
Daya tarik lainnya yang ia tawarkan adalah kesempatan untuk menciptakan karakter pria dan wanita Anda sendiri, dengan opsi kustomisasi yang harus diakui, cukup lengkap. Untuk konten yang satu ini, HoneyCome sepertinya cukup mampu mengakomodasi aksi cipta karakter anime / pria yang Anda impikan, yang bahkan juga menyangkut kesempatan untuk memilih jenis rambut di kepala dan rambut di bagian tubuh yang lain. Walaupun demikian, setidaknya dari pengalaman kami pribadi, ada rasa yang “aneh” dan sedikit “gila” ketika Anda berujung menghabiskan waktu lebih dari setengah jam untuk meracik karakter wanita favorit Anda dan melihatnya bertarung di beragam gaya. Ini membuat rasa “moral ternodai” lebih intens dibandingkan sekadar memainkan karakter wanita default.