Menjajal Avatar – Frontiers of Pandora: Melebihi Ekspektasi!

Ada dua tren yang sepertinya tengah menggeluti Ubisoft. Pertama, ada kecenderungan bahwa mereka mulai mengandalkan Snowdrop Engine sebagai engine andalan untuk meracik produk game-game terbaru. Kedua? Dengan track record yang memang solid, menyerahkan tanggung jawab pengembangan game-game besar mereka ke tangan Massive Entertainment yang juga bertanggung jawab untuk Snowdrop Engine itu sendiri. Sebagai salah satu developer tersibuk di bawah bendera Ubisoft, Massive punya begitu banyak produk menggoda yang siap menyapa gamer. Salah satu yang akan tiba dalam waktu dekat? Tentu saja Avatar: Frontiers of Pandora yang juga memang sudah diperkenalkan lewat beberapa screenshot dan trailer.
Berbeda dengan game mereka seperti The Division misalnya, tantangan untuk mengadaptasikan IP seperti Avatar ke dalam versi video game dengan budget AAA tentu punya kesulitannya sendiri. Pertama, ia tetap harus menarik perhatian gamer-gamer yang selama ini mungkin tidak pernah tertarik untuk menikmati film Avatar yang kedua serinya, memang berujung super sukses. Kedua? Bagi para penikmat filmnya, ia juga harus mampu membawa dan mewakili semua daya tarik versi film-nya ke dalam format yang interaktif. Berdiri di tengah dua kubu seperti ini memang jadi sebuah resiko yang minim ruang kesalahan. Berita baiknya? Setidaknya dari sesi yang kami jajal, Massive Entertainment sepertinya melakukan tugas yang fantastis.
Kesempatan untuk menjajal game ini lebih cepat tentu datang langsung dari Ubisoft_SEA yang membuka kesempatan tersebut bagi beberapa jurnalis game, termasuk kami. Sesi demo berdurasi nyaris 4 jam dengan 4 misi utama ini dilakukan dengan format cloud gaming, yang untungnya dengan kecepatan internet kantor kami yang bisa diandalkan, berjalan lancar. Tentu saja, mengingat ini bukan build final dan dilakukan via cloud gaming, ada beberapa hal yang mungkin tidak representatif dengan kualitas versi final nantinya, termasuk juga fitur, gameplay, dan tentu saja – visual.
Lantas, apa yang sebenarnya ditawarkan oleh sesi demo kami bersama Avatar: Frontiers of Pandora ini? Mengapa kami merasa ia berhasil melebihi ekspektasi kami? Impresi ini akan memberikan Anda gambaran yang lebih jelas.
Pandora yang Otentik

Sebelum kita terjun lebih dalam membahas Avatar – Frontiers of Pandora, ada baiknya kami menjelaskan lebih dahulu latar belakang kami dengan franchise ini. Kami termasuk salah satu penonton yang terpesona dengan kualitas 3D seri Avatar pertama yang dilepas di tahun 2009 silam, hingga batas untuk membuat kami kembali ke bioskop untuk menikmatinya 2 kali lagi. Ini sepertinya menjadi testimoni yang jelas soal betapa cintanya kami pada seri pertama film ini dari sisi kualitas dan teknis, walaupun rasa ketertarikan yang sama hilang saat menyambut sang seri kedua – Avatar: way of the Water yang kami lewatkan di tahun 2022 kemarin. Jadi tentu, kami cukup familiar dengan seri ini.
Berita baiknya? Dengan cerita yang tidak terlalu erat berhubungan, Anda tetap akan bisa menikmati Avatar: Frontiers of Pandora ini tanpa harus menikmati film-film Avatar lebih dahulu. Berita buruknya? Seperti game adaptasi film lainnya, apresiasi Anda tentu akan sangat ditentukan oleh seberapa besar informasi yang Anda miliki soal si film dan dibandingkan dengan apa yang ditawarkan oleh si video game. Urusan yang terakhir ini memang terelakkan dan bisa jadi, akan menentukan apakah Anda akan berujung tertarik atau tidak tertarik untuk menikmati Avatar: Frontiers of Pandora nantinya.
Bagi Anda yang sempat menikmati dan mencintai Avatar, lewat sesi demo singkat kami dengan Froniters of Pandora, kami dengan bangga dan senang hati mengumumkan bahwa sensasi mengeksplorasi Pandora yang ditawarkan oleh Massive ini terasa begitu natural dan otentik di saat yang sama. Melengkapi dan menyempurnakan konsep open-worldnya adalah kesempatan untuk menyelami dan menjelajahi planet alien yang super asing ini, yang notabene berisikan binatang dan beragam tumbuhan yang tidak akan Anda temui di bumi. Dunia yang asing ini kemudian dibangun Massive untuk mewakili semua hal yang pernah Anda lihat dan rasakan di film Avatar.


Salah satu bagian terbaik yang membuat kami jatuh hati sejak pandangan pertama? Bahwa ia terasa berbahaya. Walaupun sesi kami sudah memungkinkan kami menggunakan busur panah dan senjata mesin sejak menit pertama, eksplorasi tetap mampu membuat bulu kuduk bergidik. Sepanjang perjalanan dari satu objektif ke objektif lainnya, Anda terus mendengar lolongan binatang liar yang tentu saja tak bisa Anda prediksi arah dan perilakunya. Lolongan tersebut senantiasa mengikuti kemana Anda bergerak, hingga bahkan di satu titik, berujung membuat kami diserang sekelompok dinosaurus kecil yang cukup pintar untuk bergerak memutar atas nama memerangkap kami.
Selain binatang-binatang liar, ganas ataupun tidak, Anda juga akan menemukan beragam flora-flora dengan desain super aneh juga di sepanjang perjalanan. Ada beberapa yang interaktif secara otomatis, dimana bak tanaman putri malu, ia akan menyusut dengan bunyi khas tersendiri setiap kali Anda menyentuhnya. Anda juga akan menemukan bahwa beberapa pohon akan memuat buah-buah bisa dipetik yang nantinya akan bisa Anda gunakan di sesi gameplay, yang nanti akan kita bahas di sesi selanjutnya. Kombinasi flora dan fauna ini, apalagi dengan permainan warna-warna cerah bak lampu Neon di bumi untuk lingkungannya, terutama saat malam, siap untuk membuat Anda merasa terjun di dalam Pandora yang sesungguhnya.
Tidak sampai berhenti di sana saja, kami juga mengapresiasi keputusan Massive untuk membuat proses eksplorasi Anda berujung “mentah” tanpa banyak clue visual yang seringkali mencabut pengalaman imersif yang ada. Walaupun kami tidak tahu pasti apakah absennya clue ini memang datang karena ini belum versi final atau memang disengaja dari sisi desain, kami mencintai konsep seperti ini. Absennya clue ini membuat Pandora kian imersif setelah misi meminta kami untuk memanjat sebuah gunung tinggi untuk menundukkan Ikran alias “naga terbang” kecil pertama kali. Selama perjalanan memanjat dari satu titik ke titik lainnya, jalur ini tidak memberikan banyak clue visual yang membuat Anda harus mawas dan memilih sendiri kemana Anda harus berlari dan melompat misalnya. Ini membuat sisi platforming seperti ini, yang kami tidak tahu akan terjadi seberapa sering nantinya di versi final, menjadi tantangan tersendiri. Ditemani dengan desain Pandora yang indah, ini juga jadi pengalaman yang memanjakan mata.


Usaha untuk menawarkan pengalaman Avatar yang “otentik” ini kemudian juga diterjemahkan di salah satu sisi gameplay, yang bagi kami saat ini, bisa berujung jadi buah simalakama tersendiri. Iya, kita tengah bicara soal sisi animasi saat sang karakter utama memanen beragam buah yang ada atau memutuskan untuk menguliti binatang yang baru ia bunuh. Tak seperti game dengan konsep looting yang biasanya membuat proses ini cepat dengan animasi yang ringkas, Avatar: Frontiers of Pandora memutuskan untuk menjadikan animasi ini sebagai perwakilan konfirmasi bahwa karakter yang Anda gunakan, memang bagian dari Na’Vi. Ini berarti animasi pada saat memanen setiap buah yang ada benar-benar memperlihatkan tangan sang karakter yang juga diikuti dengan mini-game tersendiri untuk dilakukan. Sementara untuk proses menguliti? Anda akan bertemu dengan animasi sedikit doa diawal untuk rasa syukur karena manfaat yang Anda terima sebagai suku Na’Vi sebelum mendapatkan resource yang Anda butuhkan dari sang mayat. Ini mungkin akan keren di awal, tetapi sulit rasanya untuk tidak melihat ini sebagai masalah repetisi ketika dipertahankan di rilis final nantinya.
Untungnya, bersama dengan sisi presentasi visual yang sudah memesona, sisi audio Avatar: Frontiers of Pandora juga memamerkan tajinya. Di luar suara binatang dan tumbuhan yang kami bicarakan sebelumnya, karakter-karakter yang hadir di cerita dan misi sampingan juga berbicara dengan “aksen” Na’Vi yang seharusnya. Salah satu bagian yang paling kami suka? Bahwa mereka juga tetap membawa dan menyuntikkan OST racikan James Horner “Climbing up Ikimaya” di momen yang tepat, membuat momen panjat atas nama mendapatkan Ikran yang sudah keren di mata, kini juga terdengar keren di telinga.