Review Assassin’s Creed Mirage: Balik Klasik, Balik Asyik?
Adzan di Baghdad

Salah satu kekuatan utama Assasssin’s Creed selama ini, terlepas dari upaya untuk menggabungkan cerita historis dengan fantasi yang mereka racik, adalah usaha untuk memastikan setting sejarah yang mereka bawa memang direpresentasikan dengan seakurat mungkin. Ubisoft begitu percaya pada “kekuatan” nilai jual utama yang satu ini hingga mereka tak ragu untuk menyuntikkan mode pendidikan di Origin dan Odyssey, dimana Anda berkesempatan untuk mengunjungi beragam momen dan arsitektur historis untuk belajar soal tak hanya apa yang terjadi, tetapi juga cara hidup penduduk di kala itu. Hal yang sama juga berhasil mereka lakukan di Baghdad.
Kami tentu bukan ahli sejarah yang mampu memberikan kepada Anda soal kepastian seberapa akurat representasi Baghdad “tua” ini. Namun setidaknya ia misalnya, tetap menawarkan dan melebur bagaimana agama Islam dan interaksinya dengan agama lain, Nasrani misalnya, tetapi menjadi warna dan identitas kota di kala itu. Anda akan bertemu dengan beberapa ekstra informasi misalnya, yang menjelaskan apa saja Pilar Islam itu, atau sekadar event kocak bagaimana salah satu karakter NPC yang Anda temui ternyata mengandalkan Masjid untuk mendapatkan sandal baru, yang fenomenanya masih sering Anda temui di Indonesia di kala modern saat ini. Namun bagian terbaiknya? Di titik waktu tertentu, Anda bisa mendengar Adzan menggema di bagian kota yang sayangnya, tidak diikuti pergerakan mendadak para NPC untuk bergerak ke Masjid terdekat.

Berlokasi di gurun dengan peradaban yang dibangun mengitari beragam oase penuh air segar yang juga terletak di beberapa titik, Anda memang bertemu dengan sebuah “taman bermain” yang jauh lebih bersahabat dibandingkan dengan seri-seri action RPG Assassin’s Creed sebelumnya. Mengikuti cita rasa klasik yang lebih kental, ia tidak lagi datang sebagai dunia masif yang berukuran sebegitu besarnya hingga cukup untuk membuat Anda kelimpungan hanya dengan melihatnya saja. Baghdad hadir kecil dan lebih bersahabat. Sistem misi yang ditawarkan oleh Mirage juga membuatnya tidak lagi berujung dipenuhi ikon di kanan dan kiri. Misi sampingan untuk diselesaikan tetap tersedia, namun sedikit dan lebih padat, membuat peta kini terasa jauh lebih lega.
Lantas, bagaimana dengan representasi kultur dan kehidupan masyarakat di sana sendiri? Anda memang tidak akan bertemu dengan aktivitas keagamaan yang kental di sini, namun jelas bahwa masyarakat Baghdad masa lampau adalah masyarakat dengan jenis pekerjaan yang beragam. Di tengah para ahli kain yang juga membutuhkan pusat pewarnaan yang terletak di sudut kota, ada pula para penguasa yang hidup di rumah dan istana, lengkap dengan Masjid megah yang berdiri di kanan dan kiri kota. Pasar dipenuhi dengan beragam rempah, dengan pasukan yang juga berkeliling menjaga keamanan. Kerennya lagi? Tak hanya pusat bisnis saja, Anda juga akan bertemu dengan pusat-pusat intelektual dimana para cendekiawan berkumpul untuk bertukar ide serta membahas soal pengetahuan dan konsep. Sebuah dunia yang menarik.


Maka visual tersebut pun didukung dengan dukungan audio yang juga pantas diacungi jempol. Walaupun kami tak bisa serta merta menilai seberapa kaku atau halusnya ia, namun fakta bahwa Ubisoft menawarkan bahasa pengantar Arab untuk pengalaman lebih otentik adalah sesuatu yang pantas untuk diacungi jempol. Bahkan untuk playthrough review kami, sejak awal, kami sudah menggunakan bahasa ini untuk kenikmatan Mirage yang lebih optimal. Sementara untuk urusan musik, baik ketika Anda melakukan sinkronisasi tempat tinggi di ragam lokasi atau sekadar berpetualang, musik melakukan tugasnya dengan baik tanpa terasa fenomenal.
Tidak Sepenuhnya Klasik

Salah satu narasi yang terus didorong oleh Ubisoft untuk “menjual” Assassin’s Creed Mirage adalah bagaimana ia akan datang dengan cita rasa klasik yang lebih kental. Ini berarti ia akan membuang cita rasa action RPG dari tiga seri utama sebelumnya dan kembali ke apa yang kita kenal dari game soal organisasi pembunuh rahasia yang bekerja dari balik bayangan ini – stealth. Namun pada nyatanya, Mirage tidak sepenuhnya “klasik”. Ia adalah upaya mereplika pengalaman klasik tersebut dengan tubuh baru yang sepertinya di mata Ubisoft, memang tidak lagi tergantikan.
Salah satu bagian paling signifikan dari pendekatan Mirage adalah membuang sistem level dan signifikan perbedaan power level dengan musuh. Ini berarti seperti halnya cita rasa klasik ketika ia masih game action saja, dengan bermodalkan aksi mengendap-ngendap, Anda bisa membunuh semua jenis target musuh tanpa terkecuali. Anda juga kembali disediakan lebih banyak ruang untuk bersembunyi atas nama untuk membantu Anda menyelesaikan misi dengan resiko sekecil mungkin, dari sekadar tempat duduk di sudut kota, kerumunan orang, hingga beberapa bilik dengan kain pelindung. Sebuah tombol khusus untuk menunduk akan membantu Anda mengendap lebih baik untuk aksi bunuh diam lebih efektif mengingat ia juga meminimalisir pergerakan suara. Entah berita buruk atau baik? Sensasi klasik ini akan terasa kentara hanya di setidaknya 1 jam awal permainan. Sisanya? Assassin’s Creed yang lebih modern.


Kami tentu tidak mengatakan bahwa sensasi modern ini buruk, hanya saja ia mungkin tidak memenuhi harapan gamer yang memang menginginkan sesuatu yang benar-benar klasik. Sebagai contoh? Fleksibilitas misalnya. Jika di masa lampau terdapat misi-misi dimana Anda memang harus bergerak stealth dan misi akan berujung gagal jika Anda ketahuan, Mirage datang dengan pendekatan fleksibel ala seri Assassin’s Creed modern. Ini berarti, misi tetap akan berlanjut dan Anda diperbolehkan untuk perang terbuka jika terdesak. Contoh lain? Assassin’s Creed masa lampau akan meminta Anda memikirkan sendiri soal metode gerak dan cara untuk menghabisi para target utama yang ada. Sementara untuk Mirage? Anda kini akan disuguhkan beragam ikon soal “Solusi alternatif” yang bisa Anda ambil atau tidak, yang membuat metode ini bisa terasa linear jika Anda akhirnya memutuskan untuk memilih dan mengikuti satu metode yang ada. Mirage memang kembali menjadikan stealth sebagai fokus, namun bukan berarti ia tiba-tiba melompat mundur ke “era” Assassin’s Creed lama.
Maka jejak-jejak fitur dan mekanik Assassin’s Creed modern, setidaknya dari tiga seri terakhir ini, akan semakin jelas begitu Anda menyelami beragam mekanik yang ada. Assassin’s Creed Mirage tetap datang dengan sistem equipment, senjata ataupun armor, yang akan membuat aspek tertentu dari Basim menjadi lebih kuat. Game ini juga tetap datang dengan sistem skill yang dibagi ke dalam tiga kategori berbeda, walaupun tidak lagi punya sistem level. Mirage juga punya sistem progress misi berdasarkan proses investigasi, dimana setiap target Order yang harus Anda bunuh akan punya misi kecil lainnya yang harus diselesaikan lebih dahulu sebelum informasi terkait target utama Anda terbuka. Semua hal ini tidak ada di seri Assassin’s Creed lawas dan merupakan apa yang Anda kenal dari seri yang lebih modern. Bagi kami sendiri? Kami termasuk gamer yang menyambutnya dengan tangan terbuka.


Lagipula memang ada beberapa aspek yang kini terasa jauh lebih nyaman dan bersahabat. Aksi copet milik Basim kini punya QTE kecil berbasis timing yang akan menjamin Anda tetap tidak digubris selama Anda menekannya di momen yang tepat. Sistem panjat tower untuk membuka area misalnya kini ditawarkan dengan desain sederhana ala Assassin’s Creed modern yang tidak bertele-tele misalnya, dan Anda juga kini akan disambut dengan cukup banyak titik fast travel untuk bergerak secepat kilat ke titik-titik misi yang Anda butuhkan. Assassin’s Creed Mirage adalah Assassin’s Creed yang kembali menonjolkan sisi stealth tanpa membawa kembali semua rasa frustrasi karena keterbatasan teknologi dan fitur Assassin’s Creed lawas.
Di samping beragam cerita utama yang Anda selesaikan, Anda juga akan bertemu dengan beragam misi sampingan yang terbagi menjadi dua: yang Anda temukan sebagai ikon di peta atau yang Anda ambil secara manual sebagai Contract dari beragam markas Hidden Ones yang tersebar di Baghdad. Misi bisa berujung dari sekadar membunuh target tertentu, mencuri sesuatu, atau sekadar melindungi seseorang selama periode waktu tertentu. Misi sampingan dari peta bernama “Tales of Baghdad” biasanya datang dengan cerita lebih lengkap dan menarik dibandingkan dengan Contract. Reward? Ia bisa berujung dari Skill Points, resource untuk memperkuat senjata dan equipment Anda, hingga potongan equipment baru yang biasanya terkunci di peti dengan bentuk yang spesifik.


Satu reward yang pasti Anda dapatkan dan menjadi salah satu mekanik terunik Mirage adalah Khidmah Tokens yang dibagi ke dalam tiga kategori berbeda: Merchant, Power, dan juga Scholar. Fungsinya? Mata uang yang berbeda dengan Dirham yang notabene Anda gunakan untuk aksi jual beli semata. Khidmah Tokens ini bisa Anda distribusikan untuk fungsi yang jauh lebih penting dan berharga, yang biasanya berhubungan dengan opsi menyelesaikan misi. Anda misalnya bisa menggunakannya untuk menyuap para prajurit bayaran untuk menghabisi siapapun yang menghalangi Anda, menyogok salah satu pembantu untuk membukakan jalan rahasia, membayar para penyiar berita untuk menghilangkan status buronan Anda, meminta tolong para merchant untuk menyelundupkan Anda dan sebagainya. Hadir sebagai salah satu reward dari misi sampingan, Khidmah Tokens ini akan jadi “mata uang” penting yang tidak selalu Anda butuhkan memang, namun akan berharga untuk dimiliki apalagi saat masa genting terjadi.

Basim sendiri masih menggunakan kemampuan khas Assassin – Eagle Eye untuk mendapatkan informasi secara instan soal lokasi sekitar yang tengah ia eksplorasi, yang lewat perbedaan warna, akan memberikan Anda informasi soal posisi musuh, harta karun, dan objektif penting untuk menyelesaikan sang misi utama atau sampingan. Namun karena areanya yang terbatas, Anda juga akan terus mengandalkan si Elang yang juga bisa dipanggil di sebagian besar situasi untuk langsung memberikan highlight lebih akurat dan pasti soal lokasi objektif, kunci yang perlu Anda dapatkan, hingga lokasi musuh yang juga akan ditandai secara permanen. Ini kembali, adalah pendekatan Assassin’s Creed yang lebih modern.
Dengan semua yang ia tawarkan, ada hal lain yang membuat Assassin’s Creed Mirage sulit untuk terasa seperti seri lawas Assassin’s Creed terlepas dari sensasi stealth yang ia usung. I a adalah soal tingkat kesulitan yang butuh kita bicarakan di sesi selanjutnya.