Menjajal Pre-Alpha RIFTSTORM: Ini Beneran Game Indonesia??!
Bersih, Rapi, Adiktif

Lantas, mengapa kami cukup takjub dan sulit untuk membayangkan bahwa RIFTSTORM adalah game racikan talenta Nusantara? Karena harus diakui, ia berhasil melampaui nyaris semua ekspektasi kami. Sebagai sebuah game yang masih berada dalam kondisi pre-alpha dengan proses pengembangan yang bahkan belum rampung hingga titik 50%, sisi vertical slice yang dipamerkan kepada kami ini berujung menjanjikan dan karenanya membangun rasa optimisme tersendiri. Untuk sebuah game yang masih berada di masa pre-alpha, ia hadir bersih dan rapi.
Bersih dan rapi dalam pengertian bahwa bukan hanya ia datang dengan pendekatan visual di atas standar untuk sisi teknikal dan presentasi saja, tetapi juga fakta bahwa ia sudah dibangun di atas pondasi gameplay yang memang terasa dan terlihat sudah direncanakan dan dieksekusi sematang yang bisa dilakukan oleh Mythic Protocol di sini. Sensasi guna senjata terasa memuaskan, ia hadir dengan cukup banyak varian untuk memfasilitasi gaya bermain, dan diskusi dengan sang developer juga membuka tabir misteri soal apa yang hendak mereka suntikkan dan capai, termasuk ambisi untuk membangun sebuah semesta ala Marvel Cinematic Universe atau apa yang dilakukan Riot Games saat ini dengan League of Legends di masa depan.


Sensasi adiksi juga menyeruak kuat dari fakta bahwa kombinasi dari cita rasa bersih dan rapi untuk sebuah game pre-alpha tersebut juga diikuti dengan gameplay loop yang berujung solid. Memperkenalkan sistem loot senjata dengan ragam tingkat kelangkaan adalah rumus yang efektif untuk membuat banyak gamer untuk kembali dan kembali di masa depan, bahkan untuk fase ini, dimana mode campaign-nya sendiri belum tersedia. Dengan lebih banyak level, jenis musuh, dan ragam tantangan di masa depan, yang juga seharusnya diikuti dengan lebih banyak loot dari senjata dan equipment, daya tarik RIFTSTORM memang tidak terelakkan.
Bagian paling fantastisnya? Mythic Protocol juga sudah menyuntikkan sistem RISK – REWARD yang menarik di sini. Salah satu level yang dipamerkan kepada kami ternyata memuat sistem level bertingkat alih-alih linear yang langsung selesai di akhir. Jadi Anda yang sudah menyelesaikan level tersebut akan berkesempatan untuk melanjutkan perjalanan ke tingkat lebih atas, yang tentu saja punya tingkat kesulitan lebih tinggi. Rewardnya? Tingkat kesulitan lebih tinggi berarti loot lebih bagus. Risk-nya?L Mengingat loot Anda akan jatuh dan lenyap jika Anda mati, ini berarti memperbesar resiko tersebut. Apalagi si RIFSTORM akan membiarkan Anda “naik tingkat” dengan kondisi terakhir karakter saat menyelesaikan level sebelumnya. Keluar dulu untuk mengamankan loot atau lanjut ke tingkat lebih tinggi dan beresiko kehilangan semuanya? Anda akan mau tak mau terlibat dalam diskusi aktif dengan anggota tim Anda yang lain.


Cita rasa “polished” yang sudah ia raih juga datang dari fakta betapa nikmatinya ia di mata kami ketika berbicara soal pertarungan boss yang ditawarkan. Walaupun desainnya sendiri masih terbatas, namun pertarungan boss yang sempat kami jajal di dua tingkat kesulitan berbeda benar-benar datang dengan tantangan yang berbeda pula. Boss di tingkat kesulitan lebih tinggi tidak hanya lebih a lot saja, tetapi juga punya serangan senapan mesin dengan kuantitas setara bullet-hell, kemampuan untuk memutar bak Sonic dengan damage besar yang akan menguji kesigapan roll Anda, hingga gimmick serangan AOE satu layar dimana Anda butuh berdiri di shield tertentu agar bisa selamat. Pertarungan boss menantang seperti ini berujung super seru, dimana sulit rasanya untuk tidak memompa adrenalin Anda dan teman satu tim yang ada. Lebih kerennya lagi? Game ini juga punya level dengan eskalasi tingkat kesulitan cukup tinggi hingga kami berujung tidak mampu menyelesaikannya.


Salah satu kesalahan terbesar di mata kami terkait RIFTSTORM adalah cara Mythic Protocol memasarkan game ini di masa lalu dengan kata “web3” yang terus diulang, diulang, dan diulang. Bagi banyak orang awam seperti kami, web3 selalu identik dengan NFT, yang notabene jadi “produk digital” yang sangat dihindari. Padahal yang hendak mereka implementasikan adalah sesuatu yang berbeda. Berbicara dengan sang tim developer, sistem “web3” yang hendak mereka implementasikan hanyalah soal kemudahan sistem simpan dan transfer data mengingat ambisi mereka untuk membangun sebuah semesta sekelas League of Legends. Bayangkan sebuah skenario dimana Anda bisa membawa karakter atau senjata Anda ke game Mythic Protocol yang lain nantinya setelah RIFTSTORM misalnya. Implementasi ini juga memungkinkan user untuk mungkin nantinya, saling bertukar karakter atau senjata. Untuk saat ini, Mythic Protocol mengaku belum punya bentuk monetisasi pasti untuk RIFTSTORM walaupun punya ambisi untuk memutarnya di sistem “mempercepat progress” alih-alih membuka secara eksklusif konten atau karakter tertentu.
RIFTSTORM, Pantaskah untuk Ditunggu?

Dengan apa yang kami cicipi di versi demo pre-alpha RIFSTORM ini, sepertinya tidak ada keraguan untuk menjawab “iya”. Jika ini adalah pengalaman yang berhasil ditawarkan oleh Mythic Protocol di level proses pengembangan belum 50%, baik dari sisi presentasi hingga gameplay loop, maka ada rasa optimisme kuat ia akan bisa berujung pada versi final dengan kualitas yang bahkan cukup untuk membuat gamer-gamer indonesia kaget bahwa game yang mereka nikmati merupakan produk racikan lokal. Namun di sisi lain, memang harus diakui tetap akan beberapa QOL kecil yang perlu dibenahi, seperti informasi status effect, kemudahan ganti senjata di luar hub, memastikan sistem loot tak berujung memancing frustrasi, hingga sekadar masalah informasi jenis tembakan Assault Rifle yang Anda pakai apakah semi-auto ataukah burst, yang saat ini tidak tersedia.
Mythic Protocol sendiri masih belum memberikan informasi pasti soal jendela rilis pasti untuk RIFSTORM. Bagaimana menurut Anda? Menarik?












